Jakarta, ICMES. Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh menyatakan bahwa  Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan menjadi bencana bagi rakyat AS sendiri, bangsa Palestina, dan masyarakat dunia jika dia terpilih lagi dalam pemilihan umum presiden.
Pasukan elit Iran Korps Garda Revolusi Islam menuding Amerika Serikat (AS) dan Rezim Zionis Israel memperuncing konflik antara Azerbaijan dan Armenia.
Asisten gubernur provinsi Ardabil, Iran, untuk urusan politik dan keamanan, Behrouz Ndayi, menyatakan satu unit drone tertembak jatuh di perbatasan antara negara ini dan Azerbaijan.
Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengumumkan bahwa pasukan negara ini berhasil merebut dua kota kecil di wilayah Nagorno-Karabakh.
Berita selengkapnya:
PM Palestina: Bencana Jika Trump Terpilih Lagi
Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh menyatakan bahwa  Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan menjadi bencana bagi rakyat AS sendiri, bangsa Palestina, dan masyarakat dunia jika dia terpilih lagi dalam pemilihan umum presiden.
Dalam pernyataan pada pertemuan dengan legislator Eropa, Selasa (13/10/2020), Shtayyeh memastikan bahwa empat tahun terakhir pemerintahan Trump sangat merugikan Palestina.
“Jika kita akan hidup empat tahun lagi dengan Presiden Trump. Ya Allah, tolonglah kami, …Ya Allah, tolonglah seluruh dunia,” ungkapnya, mengulangi komentar yang dia buat sehari sebelumnya dalam pidato virtual di Parlemen Eropa.
Pernyataan itu juga diposting di halaman Facebook Shtayyeh.
Mengenai kemungkinan calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden memenangi pemilu yang akan diselenggarakan pada 3 November mendatang tersebut, dia mengatakan, “Jika ada perubahan di AS, saya pikir ini akan mencerminkan dirinya secara langsung pada hubungan Palestina-Israel. Dan ini juga akan mencerminkan dirinya pada hubungan bilateral Palestina-Amerika.â€
Orang Palestina biasanya menahan diri untuk tidak mengambil sikap publik yang eksplisit mengenai pemilihan presiden AS, namun kali ini tampak tidak lagi demikian.
Pernyataan Shtayyeh tersebut menandakan keputus asaan pihak Palestina menyusul serangkaian langkah kontroversial Washington, termasuk pengakuan atas Quds (Yerusalem) sebagai ibu kota Israel pada akhir 2017 yang kemudian disusul dengan pemindahan Kedutaan Besar AS untuk Israel dari Tel Aviv ke Quds.
Para pemimpin Palestina menyatakan AS tidak lagi menjadi perantara yang jujur dalam negosiasi, sebab Quds Timur yang diduduki Israel sejatinya adalah ibu kota Palestina di masa mendatang. (aljazeera)
IRGC Sebut AS dan Israel Memperuncing Konflik antara Azerbaijan dan Armenia
Pasukan elit Iran Korps Garda Revolusi Islam menuding Amerika Serikat (AS) dan Rezim Zionis Israel memperuncing konflik antara Azerbaijan dan Armenia.
“Eskalasi konflik antara Republik Azerbaijan dan Armenia atas masalah Karabakh merupakan hasutan baru Amerika-Zionis di wilayah tersebut,†ungkap IRGC, Selasa (13/10/2020).
Wakil Komandan Asyura IRGC, Brigjen Asghar Abbas Quli Zadeh, mengatakan, “Tujuan musuh sejak awal sampai sekarang adalah untuk melawan Islam. Musuh menggunakan berbagai trik untuk menghadapi pemerintahan berbasis kerakyatan (Iran) ini.â€
Dia menambahkan, “Musuh-musuh Islam dan revolusi (Iran) tak ragu barang sejenak untuk menyerang Republik Islam… Tujuan utama musuh saat ini adalah untuk menabur perpecahan di kawasan sekitar.”
Quli Zadeh menegaskan, “Kebijakan Iran dalam hal ini adalah mengutuk pendudukan, dan tujuan Republik Islam adalah menyelesaikan konflik di wilayah ini secara damai.”
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menyambut baik gencatan senjata di wilayah Nagorno Karabakh antara Azerbaijan dan Armenia, yang berlaku sejak Sabtu pagi lalu.
“Kami mendesak para tetangga kami (Azerbaijan dan Armenia) untuk terlibat dalam dialog obyektif atas dasar penghormatan terhadap hukum internasional dan integritas teritorial,”ungkap Zairf.
Dia menekankan bahwa Iran menghargai upaya konstruktif Rusia yang mengarah pada gencatan senjata di Karabakh.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov Sabtu lalu mengumumkan, “Kesepakatan gencatan senjata telah dicapai antara Armenia dan Azerbaijan, mulai dari tengah malam pada 10 Oktober, dengan tujuan untuk pertukaran tahanan dan mayat antara kedua pihak yang berkonflik.” (amn)
Iran Tembak Jatuh Drone Bunuh Diri di Perbatasan Azerbaijan
Asisten gubernur provinsi Ardabil, Iran, untuk urusan politik dan keamanan, Behrouz Ndayi, menyatakan satu unit drone tertembak jatuh di perbatasan antara negara ini dan Azerbaijan.
Sembari memastikan insiden itu tidak menjatuhkan korban, dia menyebutkan bahwa pesawat nirawak ini masih diperiksa untuk diketahui sumber dan pemiliknya.
Sumber lokal memperkirakan drone itu milik tentara Azerbaijan ataupun Armenia, yang dipakai dalam  pertempuran antara kedua negara di wilayah Nagorno-Karabakh.
Disebutkan bahwa drone itu tertembak jatuh di dekat perbatasan Azerbaijan, namun tidak menyebabkan kerusakan pada rumah terdekat dan tidak pula menjatuhkan korban.
Diduga kuat bahwa pesawat itu milik militer Azerbaijan berdasarkan lokasi jatuhnya serta jenis pesawat-nya yang disebut-sebut sebagai drone bunuh diri.
Iran sebelumnya telah memperingatkan Azerbaijan dan Armenia agar tidak memperluas konflik hingga ke wilayah Iran. Iran juga bersumpah untuk mengambil tindakan tegas jika hal itu sampai terjadi. (amn)
Pasukan Azerbaijan Rebut Dua Kota di Karabakh
Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengumumkan bahwa pasukan negara ini berhasil merebut dua kota kecil di wilayah Nagorno-Karabakh.
Disebutkan bahwa pasukan Azerbaijan telah merebut kota Sugovushan dan Suleymanli setelah bertempur melawan kelompok separatis Pasukan Pertahanan Artsakh di bagian selatan wilayah yang dipersengketakan tersebut.
Kementerian Pertahanan Azerbaijan merilis dua rekaman video keberadaan pasukan Azerbaijan di dua kota itu.
Video pertama berkenaan dengan perebutan kota Sugovushan dari Pasukan Pertahanan Artsakh yang didukung pasukan Armenia.
Sedangkan video kedua berkenaan dengan penguasaan pasukan Azerbaijan atas kota Suleymanli.
Gencatan senjata sudah diumumkan pada 10 Oktober lalu, namun pertempuran masih berlanjut, dan pasukan Azerbaijan terus berusaha bergerak maju di berbagai poros, termasuk Hadrat, yang merupakan kota utama di sepanjang jalan menuju Stepanakert, ibu kota Karabakh. (amn)