Rangkuman Berita Utama Timteng Rabu 14 Juni 2023

Jakarta, ICMES. Presiden Venezuela Nicolas Maduro memuji Iran sebagai negara yang telah menjelma menjadi kekuatan besar dan maju.

Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi mengecam hegemoni dan ambisi Barat untuk mendominasi dunia, sembari menegaskan bahwa resistensi merupakan satu-satunya cara meladeni arogansi dan ketamakan musuh.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa 90% masalah keamanan negaranya berasal dari Iran, dan bahwa kesepakatan nuklir apa pun yang ditandatangani Amerika Serikat (AS) dengan Iran tidak akan mengikat Israel.

Berita Selengkapnya:

Dikunjungi Sayid Raisi, Maduro Sebut Iran Menjelma Jadi Kekuatan Besar dan Maju

Presiden Venezuela Nicolas Maduro memuji Iran sebagai negara yang telah menjelma menjadi kekuatan besar dan maju. Dia juga mengenang jenderal legendaris Iran Syahid Qasem Soleimani  antara lain dengan menyebut jasanya mengungkap “serangan siber brutal” yang diluncurkan oleh Amerika Serikat (AS) terhadap infrastruktur sektor energi Venezuela.

Dalam pembicaraan resmi dengan Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi di Caracas, ibu kota Venezuela, Selasa (13/6), ketika Presiden Raisi memuji pejuang anti-imperialis Simon Bolivar, Maduro berkata, “Saya ingat dan salut kepada Jenderal Soleimani. Ketika AS melancarkan serangan siber brutal terhadap infrastruktur sektor energi kami pada tahun 2018, dia menugaskan tim untuk mengungkap serangan itu dan banyak membantu kami.  Banyak yang tidak tahu ini. Saya juga menghormatinya, dan kami akan mendirikan patung untuknya di makam Simon Bolivar.”

Maduro juga menyebutkan, “Dunia multipolar akan menjadi tandingan imperialisme AS dan Eropa.  Iran, yang stabilitasnya hendak digoyahkan oleh AS dan Barat dalam beberapa tahun ini, telah menjadi kekuatan besar dan maju.”

Menanggapi undangan yang diberikan oleh Presiden Raisi kepadanya untuk berkunjung ke Iran lagi, Presiden Maduro menyambut baik dengan mengatakan, “Memang benar bahwa 16 jam penerbangan memisahkan kita, tetapi kita adalah saudara dan sekutu, dan saya akan segera berada di rumah saya, Teheran.”

Dalam pertemuan itu, keduanya telah membicarakan upaya peningkatan volume perdagangan antara kedua negara.

Presiden Iran menekankan perlunya peningkatan volume perdagangan antara kedua negara menjadi sekitar US$10 miliar  pada tahap pertama.

Presiden Venezuela lantas menjawab , “Ya, volume perdagangan di antara kita harus melebihi US$10 miliar  dalam jangka menengah, dan mungkin ketika itu tidak akan ada satu dolar melainkan menjadi 10 juta Brics atau yang lain. Tahap berikutnya adalah 20 miliar setara dolar!”

Iran dan Venezuela telah mengumumkan keputusan untuk meningkatkan volume perdagangan bilateral menjadi US$20 miliar.

Pengumuman itu disampaikan dalam konferensi pers bersama yang dihadiri oleh Raisi Maduro, di Caracas setelah kedua kepala negara ini mengadakan pembicaraan bilateral.

“Kami telah memutuskan untuk meningkatkan kerja sama antara kedua negara. Volume pertukaran perdagangan antara Iran dan Venezuela akan ditingkatkan menjadi US$10 miliar pada langkah pertama, yang dapat dinaikkan menjadi US$20 miliar pada langkah kedua,” kata Raisi.

Konferensi pers itu didahului dengan upacara resmi di mana menteri kedua negara dan pejabat tinggi lainnya menandatangani total 19 perjanjian kerja sama dan nota kesepahaman.

Perjanjian tersebut ditujukan untuk memperluas kerja sama antara Teheran dan Caracas di banyak bidang, termasuk petrokimia, karena kedua belah pihak bergerak untuk memperluas kerja sama secara keseluruhan di sektor minyak.

Presiden Raisi tiba di Caracas pada hari Senin selaku kepala delegasi tingkat tinggi atas undangan resmi dari Presiden Maduro. (alalam/pt)

Di Hadapan Para Cendikiawan Venezuela, Presiden Raisi: Kami akan Terus Melawan Barat

Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi mengecam hegemoni dan ambisi Barat untuk mendominasi dunia, sembari menegaskan bahwa resistensi merupakan satu-satunya cara meladeni arogansi dan ketamakan musuh.

Hal itu dia kemukakan dalam pidatonya pada pertemuan dengan mahasiswa dan cendikiawan muda Venezuela di Kompleks Budaya Teresa Carreño,Caracas, Selasa (13/6), ketika dia membahas geopolitik kontemporer dan perspektif tatanan dunia baru.

“Sepenuhnya salah mentalitas  bahwa dengan menyerah pada musuh, maka musuh akan mundur. Kita tidak boleh menyerah pada musuh yang berniat menjarah seluruh kepentingan materi dan spiritual bangsa-bangsa,” kata Raisi.

 â€œPengalaman bangsa Iran telah menunjukkan bahwa satu-satunya cara  menghadapi musuh adalah berdiri dan melawan,” sambungnya.

Menyinggung tatanan dunia yang, menurutnya, selama ini menguntungkan para ambisius haus dominasi, Presiden Iran mengatakan, “Tatanan internasional saat ini adalah tatanan yang mendukung imperialisme dan hanya mencari dominasi atas rakyat. Apa yang mereka tuntut adalah kita menjual sumber daya alam kita, dan memberikannya kepada siapa pun yang mereka inginkan,  (tapi) bukan untuk kepentingan rakyat kita.”

Dia kemudian menjelaskan bahwa ada dua prasyarat untuk kemenangan suatu bangsa, yaitu menggantungkan harapan (tawakkal) Tuhan dan percaya pada aset bangsa sendiri.

“Sebagian  orang percaya bahwa musuh akan menyerah atau mundur jika kita merunduk. Namun, kami akan mengalahkan musuh selama masih ada perlawanan,”

Sayid Raisi menambahkan bahwa tatanan internasional yang tidak adil saat ini mengandalkan berbagai  sarana, termasuk kerajaan media dan isu HAM, demi mencapai tujuannya.

Dia menegaskan,  “Kami akan melawan sampai tatanan internasional baru terbentuk. Kami telah bersama rakyat Venezuela di hari-hari sulit, dan kita akan tetap bersama… Negara-negara merdeka akan maju, sementara imperialisme sedang menurun. Ini berarti masa depan yang cerah bagi rakyat Iran, Venezuela, dan negara-negara berdaulat lainnya.”

Presiden Raisi tiba di Caracas pada hari Senin atas undangan resmi dari Presiden Maduro. Dia berkunjung ke Venezuela sebagai kepala delegasi yang melibatkan menteri luar negeri, menteri perminyakan, menteri pertahanan, dan menteri kesehatan, dalam safari lima hari di mana dia juga akan berkunjung ke Nikaragua dan Kuba. (pt)

Netanyahu Nyatakan 90% Problema Keamanan Israel Berasal dari Iran

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa 90% masalah keamanan negaranya berasal dari Iran, dan bahwa kesepakatan nuklir apa pun yang ditandatangani Amerika Serikat (AS) dengan Iran tidak akan mengikat Israel.

“Lebih dari 90% masalah keamanan kita berasal dari Iran dan proksi-proksinya. Pendirian kita, tidak ada kesepakatan dengan Iran yang akan mengikat Israel, yang akan melakukan yang terbaik untuk mempertahankan diri, “ kata Netanyahu dalam pernyataan di Komisi Keamanan dan Luar Negeri Knesset Israel, Selasa (13/6), seperti dikutip website Walla Israel.

Dia menambahkan, “Penentangan kami untuk kembali ke perjanjian awal sangat tegas, dan kita membuat pendirian kami jelas dan terbuka. Pada saat yang sama, kami berupaya untuk memperluas lingkaran perdamaian, dan ini  berarti kami memiliki tantangan besar di depan tapi kami juga membuka peluang.”

Netanyahu menyatakan demikian setelah tersiar laporan bahwa AS dan negara-negara Eropa melanjutkan pembicaraan dengan Iran mengenai aktivitas nuklir negara republik Islam ini.

Dilaporkan bahwa untuk pertama kalinya sejak AS di bawah pemerintahan Donald Trump pada 2018 keluar dari perjanjian nuklir 2015, pembicaraan langsung diadakan antara AS dan Iran.

Pekan lalu, Wakil Tetap Israel untuk PBB, Gilad Erdan, mengakui adanya perbedaan antara Israel dan AS terkait “ancaman” nuklir Iran.

“Visi Israel dan AS tidak sejalan dalam hal bagaimana menghentikan Iran,” kata Erdan dalam sebuah wawancara dengan radio militer Israel saat itu.

Dia juga mengatakan, “Iran semakin dekat dengan senjata nuklir dan menjadi ancaman bagi seluruh dunia.”( raialyoum)