Jakarta, ICMES. Majelis Umum PBB secara mayoritas menyetujui sebuah resolusi yang menuntut gencatan senjata kemanusiaan segera di Jalur Gaza, sesuatu yang sejauh ini gagal dilakukan oleh Dewan Keamanan PBB, sehingga meningkatkan tekanan terhadap Israel dan Washington.
Media Israel melaporkan rasa sakit yang ditimbulkan oleh Hizbullah di kalangan warga Israel di utara, karena kerusakan rumah mereka akibat pemboman , dan menyatakan bahwa Hizbullah menentukan volume rasa sakit itu.
Juru bicara militer Brigade Al-Quds, Abu Hamza, dalam sebuah pernyataan video menyatakan bahwa para mujahidinnya terlibat pertempuran dengan tentara Zionis Israel dari “jarak nol (dekat)” dan “membunuh puluhan tentara serta melukai ratusan lainnya.”
Berita Selengkapnya:
Majelis Umum PBB Kembali Serukan Gencatan Senjata di Gaza
Majelis Umum PBB secara mayoritas menyetujui sebuah resolusi yang menuntut gencatan senjata kemanusiaan segera di Jalur Gaza, sesuatu yang sejauh ini gagal dilakukan oleh Dewan Keamanan PBB, sehingga meningkatkan tekanan terhadap Israel dan Washington.
Pada hari Selasa (12/12), sebanyak 153 negara di Majelis Umum – yang terdiri dari 193 negara – memberikan suara mendukung resolusi tersebut, sementara 10 negara, termasuk Amerika Serikat (AS) dan Israel, menentangnya, sementara 23 negara abstain dalam pemungutan suara.
Washington tidak memiliki hak veto di Majelis Umum, namun menggunakan hak yang sama untuk menentang resolusi serupa di Dewan Keamanan pekan lalu.
Resolusi-resolusi Majelis Umum tidak bersifat mengikat, namun mempunyai bobot politik dan mencerminkan opini global mengenai perang.
Sebelumnya di hari yang sama, Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki di Jenewa mengumumpulkan para menteri luar negeri dan duta besar banyak negara mulai dari Indonesia, Iran hingga Arab Saudi untuk menyerukan komunitas internasional mengambil tindakan demi mendukung Palestina di Gaza.
Sekitar 200 orang berkumpul di aula PBB sebagai bagian dari inisiatif untuk mendukung Palestina, di sela-sela perayaan 75 tahun Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
Pada pembukaan perundingan, Al-Maliki menegaskan bahwa situasi di Jalur Gaza “mengerikan,”. Dia mengecam kegagalan komunitas internasional untuk “memikul tanggung jawabnya,” dan menekankan bahwa “apa yang terjadi di Gaza merupakan noda bagi hati nurani manusia.”
Menurut angka kematian terbaru yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza, pemboman Israel menyebabkan gugurnya 18.412 warga Palestina, sekitar 70% di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.
Kemudian, puluhan negara, termasuk Bahrain, Tunisia, Kuba, Venezuela, Aljazair, Filipina, dan Turki, memberikan dukungan kepada Palestina.
Duta Besar Perancis dan Inggris juga menghadiri pertemuan tersebut tanpa berbicara.
Menteri Luar Negeri Saudi menekankan bahwa “kenyataan pahit di Jalur Gaza akan mempengaruhi keamanan internasional dan kredibilitas badan-badan PBB dengan memungkinkan penerapan hukum internasional secara selektif.”
Pada pertemuan yang sama, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdollahian menyatakan dukungannya kepada Hamas, yang ia sebut sebagai “Gerakan Pembebasan Palestina”, sementara Uni Eropa, Amerika Serikat, Kanada dan Israel mengkategorikan Hamas sebagai “organisasi teroris.”
Amir-Abdollahian menambahkan, “Perang bukanlah solusi. Israel dan AS tidak akan pernah bisa menumpas Hamas. Yang ada hanya solusi politik.”
Sementara itu, di Sanaa, ibu kota Yaman, juru bicara pemerintah sementara dan Menteri Penerangan negara ini, Dhaifallah al-Shami, menegaskan, “Rakyat Yaman tidak akan menunda dalam mengaktifkan kartu tekanan yang mereka miliki dalam menghadapi kebijakan AS yang mendukung entitas Zionis.”
Al-Shami menambahkan, “keputusan Sanaa mencegah kapal-kapal menyeberang ke entitas Zionis mewakili ‘veto Yaman’ versus veto AS yang menentang penghentian agresi terhadap Gaza.”
Angkatan bersenjata Yaman mengumumkan pihaknya telah melancarkan operasi militer terhadap kapal tanker minyak Norwegia ketika berlayar menuju Isael, setelah awak kapal itu menolak semua seruan dan peringatan yang ditujukan kepada kapal tersebut. (aljazeera/alalam)
Media Israel Sebut Kerugian di Utara Menyakitkan, Hizbullah Tentukan Volumenya
Media Israel melaporkan rasa sakit yang ditimbulkan oleh Hizbullah di kalangan warga Israel di utara, karena kerusakan rumah mereka akibat pemboman , dan menyatakan bahwa Hizbullah menentukan volume rasa sakit itu.
Koresponden saluran Israel Kan di utara, Han Biar, Selasa (12/12), mengatakan bahwa konfrontasi antara pasukan Israel dan Hizbullah “tampaknya lebih menyakitkan bagi penduduk di utara, terutama mereka yang dievakuasi, akibat kerusakan yang terjadi pada rumah mereka.”
Dia mencontohkan, dua rumah rusak di pemukiman Baram dan sejumlah besar rumah lainnya di pemukiman Metula pada hari Selasa.
Dia menyatakan bahwa kerusakan rumah menciptakan perasaan yang sangat keras bagi Israel, “terutama karena Hizbullah masih menjadi pihak yang menentukan tarafnya.”
Sebelumnya, koresponden Channel 13 Israel, Shlomi Eldar, mengatakan bahwa pemukiman “Metula, Shtula, Kiryat Shmona, dan pemukiman lain yang berdekatan dengan perbatasan dengan Lebanon selalu berada dalam jangkauan rudal Hizbullah,” dan menyebut apa yang terjadi di Israel utara sebagai “perang rudal melawan perisai baja”.
“Hizbullah hadir di dekat perbatasan, dan semakin banyak meluncurkan rudal anti-lapis baja,” ujarnya. Dia menambahkan penembakan “terhadap posisiposisi Israel menjadi lebih akurat dan berbahaya, dan merupakan ancaman besar karena sirene Israel tidak efektif melawan mereka.”
Eldar menyatakan bahwa Hizbullah Senin lalu menembakkan rudal yang mengenai 15 sasaran di Metula, sementara koresponden saluran Kan Israel di utara mengatakan bahwa Hizbullah menggempur Metula untuk mempertahankan persamaan, yang diumumkan sebelumnya, yaitu “sipil (warga Lebanon) dibayar sipil (pemukim Zionis Israel)” .
Sementara itu, Yossi Levit, wakil pejabat keamanan militer di pemukiman Metula dalam sebuah wawancara dengan saluran Kan mengatakan, “Kami belum pernah mengalami serangan Hizbullah yang terjadi di Metulla, bahkan di Perang Lebanon Kedua.”
Media Israel melaporkan lagi bahwa “Hizbullah masih berada di atas angin di wilayah utara.” (almayadeen)
Jubir Brigade Al-Quds: Kami Bunuh Puluhan Tentara Zionis, Kami Pantang Menyerah
Juru bicara militer Brigade Al-Quds, Abu Hamza, dalam sebuah pernyataan video menyatakan bahwa para mujahidinnya terlibat pertempuran dengan tentara Zionis Israel dari “jarak nol (dekat)” dan “membunuh puluhan tentara serta melukai ratusan lainnya.”
Dia juga menegaskan kontinyuitas “pengeboman kota-kota Zionis dengan roket, serta serangan terhadap konsentrasi militer dengan mortir.”
“Kami pantang menyerah, pantang mengibarkan bendera putih, terserah berapa lama pertempuran akan berlangsung,” tegasnya.
Dia menambahkan bahwa pertempuran sekarang bukanlah pertempuran untuk penumpasan kubu resistensi ataupun pemulangan tahanan, “melainkan untuk menyelesaikan masalah (Israel) dengan bangsa Palestina dan kubu pejuang resistensinya.”
Abu Hamza menyebut pengeboman terhadap warga sipil di Gaza oleh Israel sebagai aksi “pengecut yang tidak berdaya, ketika mereka menderita kekalahan di tangan orang-orang yang tetap teguh di tanah mereka.”
Dia menegaskan bahwa kubu pejuang Palestina melancarkan perang terbuka melawan pendudukan Zionis-Amerika, dan membela Masjid Al-Aqsa “atas nama satu miliar umat”.
Dia juga mengucapkan selamat kepada mujahidin Poros Resistensi di Lebanon dan Irak serta memberikan penghormatan kepada “bangsa merdeka Yaman yang telah membuktikan kepada semua orang pertolongan mereka demi (agama) Allah, Islam, jihad, dan Palestina.” (almayadeen)