Jakarta, ICMES: Putra Mahkota Arab Saudi Mohamed bin Salman pernah menyatakan bahwa Saudi dan Israel sudah seharusnya memerangi Iran dan faham Mahdisme.
Pasukan pertahanan udara Suriah menangkis serangan rudal Israel ke arah Tal al-Harah, provinsi Daraa, di wilayah selatan Suriah.
Unit rudal Yaman mengaku telah melepaskan rudal bersayap jenis cruise ke Bandara Internasional Abha di wilayah selatan Arab Saudi.
Libanon tidak akan memenuhi undangan Amerika Serikat untuk menghadiri sebuah konferensi ekonomi di Bahrain dengan alasan bahwa Palestina tidak menghadiri pertemuan ini.
Berita selengkapnya:
Bin Salman Pernah Serukan Perang Saudi dan Yahudi Melawan “Mahdisme” Syiah
Laman al-Alam milik Iran, Selasa (11/6/2019), menyebutkan bahwa surat kabar The New York Times telah mengungkap bahwa Putra Mahkota Arab Saudi Mohamed bin Salman (MbS) pernah menyatakan bahwa Saudi dan Israel sudah seharusnya memerangi Iran dan faham Mahdisme.
“Perang kami dan Yahudi melawan Mahdi Syiah adalah perang eksistensial (antara hidup dan mati),” ujarnya dalam sebuah pertemuan dengan sekelompok politisi dan pemikir AS dalam kunjungannya ke Washington pada dua tahun lalu.
Pada pertemuan itu, seorang Yahudi bertanya kepadanya, “Bagaimana rencana jangka panjang dan strategis Anda?”
MbS menjawab, “Kami dan Yahudi berhadapan dengan ancaman eksistensial kolektif bernama Mahdi yang diyakini Syiah dan disebar luaskan oleh Iran dengan kuat dan dengan keyakinan yang mendalam. Ia akan menghancurkan siapa yang berkuasa di Saudi dengan anggapan bahwa kami adalah kafir Wahhabi, dan akan menghancurkan pula kaum Yahudi di Israel dengan anggapan bahwa Yahudi adalah musuh Islam dan Arab. Para pengikutnya akan keluar di antara pepohonan dan bebatuan untuk memerangi kalian. Karena itu, mulai sekarang kita harus merusak kekuatan rezim (Iran) ini dan para pengikutnya karena mereka menghasut eksistensi kita, dan kami tidak akan membiarkannya.”
MbS menambahkan, “Kita harus menyatukan barisan untuk mencegah ancaman eksistensial ini, dan kami di Kerajaan melakukannya, memblokir orang yang meyakini faham ini, dan tak menunda lagi untuk mengeksekusinya dengan pedang atas dakwaan apa saja. Israel harus bekerja sama dengan kami untuk menghantam faham ini melalui program-program yang sudah dipelajari, dan serangan terhadap faham dan keyakinan Mahdisme memerlukan fasilitas besar.”
The New York Times menyebutkan bahwa di antara kaum Muslim Syiah ada meyakini keharusan menyiapkan kondisi bagi kemunculan Imam Mahdi, dan hal ini menjadi salah satu sebab permusuhan klan al-Saud dan kelompok Wahhabi terhadap Syiah.
Menurut surat kabar AS ini, MbS dalam sebuah wawancara televisi pada tahun lalu juga telah mengungkap permusuhan ini dengan mengatakan, “Kami tidak dapat sefaham dengan sebuah negara yang berusaha menguasai kaum Muslimin, menyebarkan mazhab Jakfari di dunia, dan menyebarkan (faham) kemunculan Imam Mahdi.” (alalam)
Pasukan Suriah Tangkis Serangan Israel
Pasukan pertahanan udara Suriah menangkis serangan rudal Israel ke arah Tal al-Harah, provinsi Daraa, di wilayah selatan Suriah.
Al-Alam, Rabu (12/6/2019), dalam sebuah laporan singkatnya menyebutkan bahwa pasukan Suriah dapat merontokkan beberapa rudal Israel, sedangkan rudal yang lolos telah menyebabkan kerugian materi dan tidak sampai menjatuhkan korban jiwa ataupun luka.
Televisi Suriah menyebutkan bahwa setelah melancarkan serangan itu Israel menggunakan perang elektronik untuk mengacaukan radar pertahanan udara Suriah.
Serangan ini merupakan yang kedua kalinya dalam dua minggu terakhir. Pada Minggu 2 Juni lalu pasukan Zionis Israel yang berada di Dataran Tinggi Golan melancarkan serangan rudal ke bagian barat daya Suriah hingga menyebabkan sedikitnya tiga tentara Suriah terbunuh serta menimbulkan kerusakan materi.
Israel telah berulang kali menyerang Suriah, dan sistem pertahanan udara Suriahpun dapat menangkis sebagian rudal yang dilepaskan Israel. Pada awal 2018, Suriah berhasil menembak jatuh setidaknya satu F-16 Israel yang memasuki zona udara Suriah. (alalam)
Pasukan Yaman Merudal Bandara Abha di Saudi
Unit rudal Yaman mengaku telah melepaskan rudal bersayap jenis cruise ke Bandara Internasional Abha di wilayah selatan Arab Saudi pada dini hari Rabu (12/6/2019).
Sumber dari unit rudal Yaman memastikan bahwa rudal itu tepat mengena ke sasaran sehingga aktivitas aviasi di bandara itu terhenti.
Serangan rudal jenis cruise itu merupakan yang keduanya kalinya, sedangkan serangan rudal cruise pertama diarahkan ke fasilitas reaktor nuklir Barakah di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, pada Desember 2017.
Juru bicara Angkatan Bersenjata Yaman, Yahya Sarie, Selasa (11/6/2019), mengatakan, “Pasca operasi pada hari kesembilan Ramadhan serangan tidak akan seperti sebelumnya lagi, dan musuh hendaknya mempertimbangkan hal ini.”
Dia mengimbau kepada warga sipil agar menjauh dari semua sasaran militer dan vital karena akan menjadi “sasaran yang sah”.
Yahya Sarie bersumbar, “Kami memiliki kejutan-kejutan besar dan menekan, dan pada beberapa hari mendatang akan terungkap bagi mereka. Insya Allah, dalam waktu dekat ini kami akan mencapai kaidah bandara dengan bandara, usia dengan usia, dan mata dengan mata.”
Ketua delegasi nasional Yaman Mohammad Abdul Salam di halaman Twitter-nya pada Ahad lalu juga bersumbar, “Negara-negara agresor harus dibuat mengerti bahwa bandara-bandara mereka terjangkau serangan kami, dan penutupan atau pelumpuhan bandara-bandara itu merupakan cara yang paling terjangkau untuk memecah blokade Bandara Sanaa.” (alalam)
Demi Palestina, Libanon Tidak Akan Menghadiri Konferensi Bahrain Yang Diprakarsai AS
Menteri Luar Negeri Libanon Gebran Bassil menyatakan negaranya tidak akan memenuhi undangan Amerika Serikat (AS) untuk menghadiri sebuah konferensi ekonomi di Bahrain dengan alasan bahwa Palestina tidak menghadiri pertemuan ini.
Media Libanon, Selasa (11/6/2019) memberitakan hal ini dengan mengutip pernyataan Bassil dalam wawancara dengan saluran CNN.
“Di Libanon ada tanah-tanah yang diduduki dan di dalamnya terdapat sejumlah pengungsi Palestina sejak tahun 1948, sehingga tidaklah wajar jika Libanon tidak diajak berkonsultasi mengenai apa yang disebut rencana perdamaian,” ungkapnya.
Bassil menekankan bahwa Israel harus diyakinkan bahwa “mencapai perdamaian tidak bisa dilakukan dengan kekuatan, melainkan dengan pengembalian hak Libanon dan Suriah serta pengakuan atas hak orang-orang Palestina dengan negara.”
Dia kemudian menegaskan, “Kami tidak akan berpartisipasi dalam konferensi Bahrain karena Palestina tidak berpartisipasi, dan kami lebih memilih untuk memiliki gagasan yang jelas tentang rencana perdamaian yang diusulkan… Kami tidak diajak berkonsultasi mengenai (rencana ini).”
Times of Israel juga memberitakan pernyataan Bassil ini sembari menyebutkan bahwa “penolakan terhadap lokakarya ekonomi yang disponsori AS itu dinyatakan beberapa jam setelah Yordania, Mesir, dan Maroko memberi tahu pemerintahan Presiden AS Donald Trump bahwa mereka akan berpartisipasi dalam konferensi tersebut.” (alalam/timesofisrael)