Rangkuman Berita Utama Timteng Rabu 12 Agustus 2020

ledakan beirut-puingJakarta, ICMES. Beberapa dokumen rahasia mengungkap bahwa Presiden Libanon Michel Aoun dan perdana penteri Lebanon yang telah mengundurkan diri, Hassan Diab, sudah menerima peringatan ihwal potensi ledakan di Pelabuhan Beirut dua minggu sebelum tragedi besar itu terjadi.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi menyatakan prihatin atas pengembangan program nuklir Arab Saudi yang dilakukan tanpa pengawasan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), dan mengecam standar ganda lembaga internasional dalam memperlakukan  Iran dan Saudi.

Kementerian Luar Negeri Irak mengumumkan pembatalan kunjungan Menteri Pertahanan Turki ke Irak, sekaligus memberitahukan pemanggilan duta besar Turki di Baghdad untuk penyerahan nota protes terkait dengan terbunuhnya dua perwira Irak dalam serangan drone Turki di wilayah Irak.

Konvoi pasukan koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat (AS) mendapat serangan ketika sedang melewati daerah utara Baghdad, ibu kota Irak.

Berita selengkapnya:

Presiden dan PM Libanon Ternyata Sudah Diperingatkan Soal Ledakan Beirut Dua Minggu Jelang Tragedi

Beberapa dokumen rahasia mengungkap bahwa Presiden Libanon Michel Aoun dan perdana penteri Lebanon yang telah mengundurkan diri, Hassan Diab, sudah menerima peringatan ihwal potensi ledakan di Pelabuhan Beirut dua minggu sebelum tragedi besar itu terjadi.

Reuters yang mengutip keterangan seorang pejabat anonim melaporkan bahwa Aoun dan Diab sudah mendapat peringatan mengenai bahaya material amonium nitrat di pelabuhan Beirut, dan dalam peringatan itu bahkan disebutkan bahwa material sebanyak 2750 ton yang menggunung di Pelabuhan Beirut dapat menghancurkan kota ini jika sampai meledak.

Sebuah laporan dari Direktorat Jenderal Keamanan Negara mengenai tragedi itu telah mengisyaratkan adanya sebuah surat khusus yang terima Aoun dan Diab pada tanggal 20 Juli.

Menurut Reuter, seorang pejabat keamanan senior mengatakan, “Surat itu merangkum hasil penyelidikan yudisial yang dimulai pada Januari dan menyimpulkan bahwa bahan kimia itu harus segera diamankan.”

Laporan keamanan negara yang berisi dokumen-dokumen itu belum pernah dilaporkan sebelumnya, karena mengkonfirmasi korespondensi yang ditujukan kepada Aoun dan Diab.

“Ada risiko bahan-bahan ini, jika dicuri, dapat digunakan dalam serangan teror,” lanjut sumber yang meminta namanya tidak disebutkan itu.

Dia menjelaskan, “Di akhir penyelidikan, Jaksa Agung di Pengadilan Kasasi Hakim Ghassan Oueidat menyiapkan laporan akhir yang telah dikirim ke pihak berwenang.”

Penjelasan ini mengacu pada surat yang dikirim oleh Direktorat Jenderal Keamanan Negara kepada Perdana Menteri Hassan Diab dan Pimpinan Keamanan Negara yang mengawasi keamanan pelabuhan.

“Saya memperingatkan mereka bahwa ini mungkin menghancurkan Beirut jika meledak,” kata pejabat yang berpartisipasi dalam penulisan surat itu.

Seperti diketahui, ledakan besar di Pelabuhan Beirut menewaskan ratusan orang, melukai lebih dari 6000 lainnya, menyebabkan puluhan orang hilang, dan menimbulkan kehancuran yang sangat luas.

Tragedi ini juga menyebabkan Hassan Diab dan pemerintahannya mundur di tengah maraknya aksi unjuk rasa protes. (raialyoum)

Soal Nuklir, Teheran Kecam Standar Ganda IAEA Terhadap Iran dan Saudi

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi menyatakan prihatin atas pengembangan program nuklir Arab Saudi yang dilakukan tanpa pengawasan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), dan mengecam standar ganda lembaga internasional dalam memperlakukan  Iran dan Saudi.

“Hal yang mengkhawatirkan tentang program nuklir Arab Saudi adalah bahwa inspektur badan ini (IAEA) tidak ada di negara itu,” kata Mousavi kepada surat kabar Iran Etemad, Selasa (11/8/2020).

Dia mengingatkan bahwa sebagai anggota Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) Arab Saudi berhak mengembangkan program nuklir damai, tapi harus menyetujui pengamanan dan inspeksi.

Menurut Mousavi, dalam 20 tahun terakhir ini Saudi enggan menyetujui inspeksi IAEA. Karena itu dia meminta lembaga pengawas nuklir PBB itu menggunakan instrumennya untuk membuat Saudi bertanggung jawab.

“Kami tidak mengerti mengapa badan ini terlalu bungkam. Situasi ini, khususnya jika dibandingkan dengan ketergesaan yang tak dapat dibenarkan (dalam inspeksi) tentang program nuklir Iran oleh badan ini, mengingatkan kita pada pendekatan standar ganda. Pembentukan citra demikian tentang pendekatan badan ini terhadap isu-isu pengamanan bukanlah untuk kepentingan prinsip imparsialitas, independensi dan profesionalisme badan ini, ”kata Mousavi.

Iran pekan lalu juga menyerukan kepekaan global terhadap proyek nuklir rahasia Saudi, dan mendesak agar Riyadh menerima inspeksi IAEA, apalagi dalam beberapa tahun ini Riyadh melakukan tindakan-tindakan yang membahayakan stabilitas regional.

Awal bulan ini, badan-badan intelijen AS dilaporkan melihat penampakan situs nuklir yang tidak diumumkan di dekat Riyadh, dan mengamati upaya negara kerajaan ini memroses uranium dan bergerak menuju pengembangan bom atom.

Surat kabar AS The New York Times pada tanggal 5 Agustus melaporkan bahwa badan-badan tersebut dalam beberapa pekan terakhir telah mengedarkan analisis rahasia tentang upaya Saudi membangun kemampuannya memproduksi bahan bakar nuklir yang berpotensi mengarah pada pengembangan senjata nuklir.

Surat itu kabar itu menyebutkan bahwa kajian yang ada menunjukkan adanya “struktur yang baru selesai digarap di dekat area produksi panel surya di dekat Riyadh, yang oleh beberapa analis pemerintah dan ahli luar negeri dicurigai dapat menjadi satu di antara beberapa situs nuklir yang tidak diumumkan.”

Situs itu terletak di daerah gurun terpencil yang tidak terlalu jauh dari kota al-Uyaynah, Saudi,  dan berada di 30 kilometer barat laut Riyadh.

“Analisis itu menimbulkan kekhawatiran bahwa mungkin ada upaya rahasia Saudi-China untuk memroses uranium mentah menjadi bentuk yang nantinya dapat diperkaya menjadi bahan bakar senjata, menurut pejabat Amerika,” tambah laporan itu.

Sehari sebelumnya, sebuah artikel di The Wall Street Journal menyebutkan bahwa para pejabat Barat prihatin ihwal situs gurun di barat laut Arab Saudi, tepatnya di selatan kota al-Ula. (fna)

Dua Perwira Senior Irak Tewas Diserang Turki, Kunjungan Menhan Turki ke Baghdad Dibatalkan

Kementerian Luar Negeri Irak mengumumkan pembatalan kunjungan Menteri Pertahanan Turki ke Irak, sekaligus memberitahukan pemanggilan duta besar Turki di Baghdad untuk penyerahan nota protes terkait dengan terbunuhnya dua perwira Irak dalam serangan drone Turki di wilayah Irak.

Kementerian Luar Negeri Irak, Selasa (11/8/2020), menyatakan pihaknya akan “memanggil duta besar Turki, memberinya nota protes keras, dan memberitahu dia ihwal tentang penolakan tegas Irak atas serangan-serangan yang dilakukan oleh negaranya”.

Sebelumnya di hari yang sama, media keamanan Irak yang bernaung di bawah komando operasi gabungan Irak dalam siaran persnya melaporkan keterbunuhan dua perwira senior pasukan penjaga perbatasan Irak akibat serangan drone Turki di kawasan Syed Kan di bagian utara Irak.

Disebutkan bahwa drone Turki telah menyerang sebuah mobil milik pasukan penjaga perbatasan di daerah Syed Kan, 189 kilometer utara Arbil, hingga menyebabkan beberapa orang yang ada di dalam mobil itu tewas, termasuk dua perwira Kurdi Irak. (raialyoum)

Konvoi Pasukan Koalisi Internasional Mendapat Serangan lagi di Irak

Konvoi pasukan koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat (AS) mendapat serangan ketika sedang melewati daerah utara Baghdad, ibu kota Irak.

Sel Media Keamanan Irak dalam sebuah pernyataan singkatnya, Selasa (11/8/2020), menyebutkan, “Sebuah alat peledak telah diledakkan pada konvoi Pasukan Koalisi Internasional di daerah Taji di utara Baghdad, yang menyebabkan keterbakaran sebuah kontainer. ”

Pernyataan itu menambahkan bahwa serangan itu tak sampai menjatuhkan korban.

Sebelumnya, seorang pejabat AS mengatakan bahwa konvoi yang diincar itu adalah sebuah perusahaan kontraktor Irak.

Sel Media Keamanan Irak dua hari sebelumnya juga melaporkan adanya serangan yang ditujukan terhadap pasukan koalisi internasional.

“Sebuah alat peledak meledak di dekat konvoi sipil yang mengangkut peralatan koalisi internasional di jalan internasional di Provinsi Dhi Qar, dan insiden itu mengakibatkan kerusakan kecil pada salah satu roda,” ungkap media itu. (amn/rudaw)