Jakarta, ICMES. Wakil Panglima Korps Garda Revolusi Islam Iran, Brigjen Ali Fadavi, menyatakan AS telah gagal dalam semua konflik yang mereka lakukan terhadap Iran selama 44 tahun.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani mengecam Jerman , dan menyatakan bahwa dua diplomat Jerman telah ditetapkan sebagai persona-non-grata dan diusir dari Iran.
Tentara Israel mengatakan bahwa pasukan keamanan negara Zionis ini telah mengeksekusi seorang warga Palestina, dan menangkap tiga orang yang diduga terlibat dalam penembakan yang menewaskan seorang warga Israel-AS di wilayah pendudukan Tepi Barat pada Senin lalu.
Penasihat Khusus Kepresidenan Suriah, Bouthaina Shaaban, menyatakan Damaskus terbuka untuk hubungan dengan semua negara Arab, karena Suriah semula “telah lama menjalin hubungan yang sangat baik dengan negara-negara Arab.”
Berita Selengkapnya:
Jenderal IRGC: AS Tak Bisa Kalahkan Iran karena Iran Tunaikan Kewajiban Suci
Wakil Panglima Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, Brigjen Ali Fadavi, menyatakan AS telah gagal dalam semua konflik yang mereka lakukan terhadap Iran selama 44 tahun.
“Segala upaya telah dilakukan AS selama 44 tahun, namun mereka tidak dapat mencapai kemenangan atas Iran, meski mereka dulu dan sampai sekarang masih lebih kuat dari kita karena kemampuan materi mereka, dan penyebab kegagalan mereka adalah karena selama periode ini kita relatif telah menunaikan kewajiban suci kita,†ujarnya Fadavi pada Forum Dewan Amar Makruf Nahi Munkar, Rabu malam (2/3).
Dia menyebutkan bahwa penunai kewajiban pada tingkat yang minim itu saja sudah membuat Iran tangguh dan musuhnya frustasi terhadap negara republik Islam ini, dan semua itu merupakan perwujudan dari janji Allah kepada orang yang menunaikan kewajiban.
Dia mengatakan, “Di bidang militer, karena kita mengamalkan apa yang telah diperintahkan oleh Allah maka kita menang atas musuh. Meski demikian, musuh tak kan berhenti memusuhi kita. Dengan kata lain, para penjahat dunia dan ‘kolom kelima’ (musuh dalam selimut) tak akan berhenti berusaha membangkitkan fitnah terhadap revolusi (Islam Iran), dan karena itu mereka kali ini bersikeras dengan tekanan ekonomi.â€
Di bagian akhir pidatonya dia mengatakan, “Jika dirasa perlu, kami tak kan menunda waktu untuk bertindak, sebab IRGC adalah pembela revolusi Islam, dan dari sisi lain terkait langsung dengan Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata (Pemimpin Besar Ayatullah Ali Khamenei) sehingga kami tak ragu-ragu bertindak, sementara musuh makin bernafsu karena mereka gagal dalam gelombang kerusuhan di mana mereka merasa sudah menyiapkan pekerjaan untuknya sesempurna mungkin.†(alalam)
Iran Membalas dengan Usir Dua Diplomat Jerman
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani mengecam Jerman , dan menyatakan bahwa dua diplomat Jerman telah ditetapkan sebagai persona-non-grata dan diusir dari Iran.
“Para diplomat Jerman itu diusir menyusul tindakan intervensionis dan tidak bertanggung jawab dari pemerintah Jerman mengenai urusan internal dan yudisial Republik Islam Iran,” kata juru Kanaani, Rabu (1/3).
Kanaani menjelaskan bahwa utusan Jerman untuk Teheran juga telah dipanggil ke kementerian luar negeri Iran dan telah diberitahu tentang keputusan tersebut.
Dia menegaskan kembali bahwa Iran akan dengan tegas menanggapi tuntutan yang berlebihan, dan menekankan bahwa prioritas Iran selalu menjaga interaksi dalam suasana saling menghormati, sehingga jika ada pihak-pihak lain ingin mengabaikan standar fundamental dan standar kedaulatan nasional Iran itu maka penetapan opsi alternatif tidak bisa dihindari.
Menyusul tindakan Teheran yang menghukum mati pemimpin jaringan teroris Thunder, Jerman baru-baru ini memanggil dua karyawan kedutaan Iran dan memerintahkan mereka untuk meninggalkan negara itu.
Departemen Kehakiman Provinsi Teheran baru-baru ini mengumumkan bahwa Jamshid Sharmahd telah divonis mati karena terbukti telah melakukan aktivitas teror.
Pengadilan Iran memutuskan bahwa warga negara Iran berusia 67 tahun itu telah terlibat dalam komplotan untuk melakukan 23 serangan teroris dan telah berhasil melaksanakan lima kasus. (mm/fna)
Pasukan Israel Bunuh Satu Orang Palestina Menyusul Tewas Warga Israel-AS
Tentara Israel mengatakan bahwa pasukan keamanan negara Zionis ini telah mengeksekusi seorang warga Palestina pada hari Rabu (1/3), dan menangkap tiga orang yang diduga terlibat dalam penembakan yang menewaskan seorang warga Israel-AS di wilayah pendudukan Tepi Barat pada Senin lalu.
Ketegangan terus mewarnai Tepi Barat di mana polisi Israel menangkap 10 orang, termasuk satu anak di bawah umur, karena dicurigai terlibat dalam gelombang bentrokan dengan massa pemukim Zionis pada akhir pekan lalu, menyusul serangan Palestina yang menewaskan banyak orang.
Pasukan keamanan Israel pada hari Rabu melancarkan serangan siang hari di kamp Aqabat Jaber, yang berdekatan dengan kota Jericho, dan mengepung sebuah rumah yang berisi dua tersangka pembunuhIlan Janilis yang berkewarganegaraan ganda Israel-Amerika.
Seorang juru bicara militer Israel mengatakan kepada Reuters bahwa salah satu tersangka mencoba melarikan diri dan yang lainnya ditembak dan dibunuh. Tentara Israel menyebutkan bahwa dua pria tersangka lainnya menyerah setelah terkepung.
Penangkapan dilakukan saat Janelis dimakamkan setelah dia ditembak dan tewas saat mengendarai mobil di Tepi Barat.
Insiden penembakan ini terjadi di tengah gelombang kekerasan yang dilancarkan oleh para pemukim Zionis di mana mereka membunuh seorang warga Palestina, melukai puluhan lainnya, dan membakar puluhan mobil dan rumah. (raialyoum)
Menlu Saudi Dikabarkan akan Berkunjung ke Suriah, Begini Komentar Pejabat Damaskus
Penasihat Khusus Kepresidenan Suriah, Bouthaina Shaaban, menyatakan Damaskus terbuka untuk hubungan dengan semua negara Arab, karena Suriah semula “telah lama menjalin hubungan yang sangat baik dengan negara-negara Arab.”
Shaaban menyatakan demikian dalam wawancara eksklusif dengan RT Arabia sebagai jawaban atas pertanyaan mengenai hubungan antara Suriah dan Arab Saudi, seperti dikutip Rai Al-Youm, Rabu (1/3).
Shaaban menambahkan bahwa terlepas dari semua yang terjadi selama krisis Suriah, “Presiden Suriah Bashar al-Assad masih percaya pada hubungan baik dengan negara-negara Arab, mengingat nasib orang Arab adalah satu.”
Sebelumnya, beredar laporan media bahwa Menteri Luar Negeri Saudi Faisal bin Farhan akan berkunjung ke Damaskus, tetapi sumber informasi mengatakan kepada RT Arabia bahwa tidak ada pembicaraan di Damaskus saat ini tentang kunjungan itu.
Arab Saudi telah mengirimkan bantuan kemanusiaan kepada penduduk yang terkena dampak gempa di Suriah. Sebuah pesawat Saudi yang membawa bantuan makanan mendarat di bandara Aleppo bulan lalu untuk pertama kalinya sejak hubungan diplomatik antara kedua negara terputus setelah Suriah dilanda konflik pada tahun 2011.
Mengenai krisis Ukraina, Shaaban mengatakan bahwa Barat dan Washington ingin mengubah identitas Ukraina dan membuatnya tunduk pada Barat, meski ada fakta bahwa budaya, bahasa, dan identitas Ukraina secara historis terhubung dengan Rusia.
Pejabat Suriah itu menegaskan kembali dukungan negaranya kepada Rusia, dan menekankan”hak Moskow menjamin keamanan dan integritas teritorialnya.” (raialyoum)