Jakarta, ICMES. Pemimpin Besar Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei dalam sebuah pesannya yang ditayangkan di televisi memperingatkan bahwa pandemi Covid-19 merupakan masalah pertama dan mendesak di negara ini sehingga harus ada tindakan yang menentukan pada semua tanggungjawab dan keputusan untuk menahan laju gelombang inveksi.
Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah mengimbau untuk tidak meremehkan “perang mental dan media†musuh.
Pejabat pemerintah Afghanistan mengkonfirmasi keberhasilan militan Taliban merebut markas tentara di bandara Kunduz.
Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi dalam percakapan telefon dengan sejawatnya dari Turki, Recep Tayyip Erdogan, menekankan pentingnya kerjasama erat antara kedua negara Iran dan Turki dalam upaya penegakan perdamaian, keamanan dan stabilitas regional.
Berita Selengkapnya:
Ayatullah Khamenei: Majlis Asyura Jangan Sampai Menyebabkan Penyebaran Covid-19
Pemimpin Besar Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei dalam sebuah pesannya yang ditayangkan di televisi memperingatkan bahwa pandemi Covid-19 merupakan masalah pertama dan mendesak di negara ini sehingga harus ada tindakan yang menentukan pada semua tanggungjawab dan keputusan untuk menahan laju gelombang inveksi.
Ayatullah Khamenei menekankan keharusan pengambilan metode pertahanan baru dan efektif terhadap mutasi dan varian baru Covid-19.
“Meninggalnya lebih dari 500 orang per hari dan kesedihan keluarga yang ditinggal atas musibah ini, demikian pula terpaparnya puluhan ribu orang dengan penyakit ini setiap hari dan problematika perawatannya adalah persoalan yang sungguh sangat menyakitkan dan mengiris kalbu setiap Muslim dan warga negara. Karena itu kita bertanggungjawab menghadapi kondisi ini,†ungkapnya.
Dia menilai jangka waktu satu minggu yang ditetapkan oleh Presiden Iran untuk menampung usulan dan pengambilan keputusan dalam masalah ini sebagai satu tindakan yang bagus.
Dia juga menyebut tingginya tingkat kelelahan serta tekanan fisik dan mental para tenaga kesehatan sebagai keprihatinan besar.
Ayatullah Khamenei menekankan keharusan ditingkatkannya jumlah pemeriksaan dan pelacakan kasus Covid-19, dan dalam rangka ini pemerintah dan instansi-instansi terkait harus menjamin adanya bantuan untuk pemeriksaan penyakit ini, menyediakan tes diagnostik secara gratis dan meluas dan memberikan vaksin kepada semua warga, baik dengan vaksin lokal maupun dengan vaksin impor.
Dia juga menekankan keharusan untuk segera mengatasi kelangkaan beberapa obat di apotek dan rumah sakit, yang menandai adanya masalah dalam distribusi obat.
Ayatullah Khamenei menyerukan kepada angkatan bersenjata untuk kembali mengerahkan tenaganya guna membantu masyarakat yang kesulitan akibat pandemi ini.
Dia mengimbau masyarakat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan, termasuk dalam penyelenggaraa majelis dukacita peringatan Asyura, demi menjaga kesehatan diri dan orang lain dari resiko bahaya Covid-19 serta demi mengurangi tekanan yang dialami oleh tenaga kesehatan.
“Jangan sampai penyelenggaraan majelis takziyah Al-Husaini menyebabkan penyebaran penyakit dan mengundang kecaman dari para penentang dan musuh,†ujarnya.
Lebih jauh dia mengapresiasi gerakan empati dan bantuan para dermawan kepada warga yang membutuhkan dan terdampak pandemi.
Di bagian akhir pesannya dia menekankan pentingnya peningkatan ibadah dan doa kepada Allah untuk mencegah malapetaka. Dia juga mendoakan bangsa Iran dan seluruh umat manusia terselamatkan dari segala akibat buruk penyakit yang telah menimbulkan banyak kesulitan tersebut. (mm/alalam)
Sayid Nasrallah: Jangan Remehkan Perang Media yang Juga Dialami Imam Husain
Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah mengimbau untuk tidak meremehkan “perang mental dan media†musuh.
“Jangan remehkan perang mental dan media yang dilancarkan musuh terhadap para pejuang resistensi dan orang-orang tertindas di manapun di dunia… Tidak semua perang adalah perang militer. Hal yang sama juga dialami oleh Imam Husain yang dituduh memberontak terhadap pemimpin yang syar’i, dan sebagian orang mengatakan bahwa beliau bangkit demi harta, kedudukan, kekuasaan.  Ada pula yang mengatakan bahwa ini adalah masalah kesukuan, dan sebagian lain menyebutnya masalah pribadi,†ungkap Sayid Nasrallah dalam ceramahnya pada majelis Asyura yang diselenggarakan Hizbullah, Rabu (11/8).
Dia mengatakan bahwa sekarang ini “sedang berlangsung perang media dan mental, dan ada banyak buktinyaâ€.
Sayid Nasrallah berseru, “Semua kekuatan yang tersedia di bidang media dan propaganda harus digunakan untuk melawan perang mental (musuh) yang bertolak dari kedustaan, kepalsuan, manipulasi dan distorsi fakta. Al-Quran telah menetapkan kaidah perlindungan agar kita tak terpengaruh oleh perang ini, ragu, hilang dan putus asa; ‘Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu seorang fasik membawa suatu berita maka periksalah dengan teliti…’ (QS. Al-Hujurat: 6). Tak setiap berita harus dipercaya, melainkan wajib diteliti dan dipastikan sebelum disebarkan.â€
Dia menambahkan, “Konfrontasi kita di ranah media, baik defensif maupun ofensif, berlandaskan prinsip yang antara lain menjelaskan pendirian kepada masyarakat, berlogika dan menyampaikan argumen kepada masyarakat agar mereka dapat menganalisa dan menentukan siap. Kita tak menghendaki mereka berjalan tanpa nalar, agar perjalanan ini optimal. Kita bersandar pada kebenaran dan kejujuran dalam menyampaikan fakta. Kita tak mengelabui siapapun, tak menuduh siapapun tanpa dalil, dan tak pula menjadi tukang kecam dan cemooh.â€
Sekjen Hizbullah menegaskan, “Perang media adalah tanggungjawab semua, semua harus terlibat di dalamnya. Sekarang ini yang paling krusial dan penting ialah media sosial, dan ini memberi peluang kepada semua untuk menjadi bagian dari front media, ofensif maupun defensif…. Media sosial adalah ancaman sekaligus kesempatan. Jangan sampai kita terancam, kita harus mengubah ancaman menjadi kesempatan, menggunakannya, dan tidak menyia-nyiakannya…. Ada banyak sekali suara di AS untuk menetapkan peraturan di media sosial karena andil dalam penyebaran kebencian, kekerasan dan tindak kriminal.†(alalam)
Pemerintah Afghanistan: Taliban Rebut Markas Tentara di Bandara Kunduz
Pejabat pemerintah Afghanistan mengkonfirmasi keberhasilan militan Taliban merebut markas tentara di bandara Kunduz.
Situasi keamanan di Afghanistan kian meradang secara dramatis dalam sepekan terakhir di mana Taliban merebut setidaknya sembilan ibu kota provinsi. Serangan itu terjadi di tengah proses penarikan pasukan AS dan koalisi. Semua pasukan asing, kecuali 500 pasukan kontingen Turki, diperkirakan akan meninggalkan Afhanistan pada akhir Agustus.
Dikutip Sputnik, Rabu (11/8), pejabat pemerintah Afghanistan menyatakan Taliban telah merebut markas tentara di bandara Kunduz, sehingga mengakhiri serangan Taliban di wilayah tersebut.
Beredar berapa video yang diklaim sebagai hasil rekaman di bandara, termasuk rekaman yang dirilis oleh saluran Taliban di Telegram. Di situ terlihat sejumlah militan Taliban berdiri di dalam atau di dekat pangkalan, dan berpose dengan peralatan, termasuk helikopter tempur Mil Mi-24 tanpa rotor di landasan pacu.
Rekaman lain memperlihatkan militan Taliban mengumpulkan senjata yang diduga didapat  dari tentara Afghanistan yang menyerah.
Taliban mengaku  telah merebut kota strategis Kunduz di timur laut Afghanistan pada 8 Agustus. (mna)
Presiden Iran dan Presiden Turki Tekankan Kerjasama Pengadaan Stabilitas Regional
Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi dalam percakapan telefon dengan sejawatnya dari Turki, Recep Tayyip Erdogan, Rabu (11/8) menekankan pentingnya kerjasama erat antara kedua negara Iran dan Turki dalam upaya penegakan perdamaian, keamanan dan stabilitas regional.
Sambil menekankan perlunya mempercepat pengaturan pertemuan Dewan Tinggi Kerjasama ke-7 antara Iran dan Turki, Raisi mengatakan, “Saya yakin bahwa kerjasama antara Iran dan Turki akan membawa kemajuan dan perdamaian bagi kedua negara serta pemulihan keamanan dan perdamaian bagi kawasan dan umat Islam.â€
Menyinggung besarnya kemampuan dan potensi Iran dan Turki di dunia Islam, Raisi menekankan bahwa membantu dan menyelamatkan orang-orang tertindas Palestina dari penindasan Zionis akan menjadi pertimbangan serius kedua negara.
Di pihak lain, Presiden Erdogan kembali mengucapkan selamat atas terlantiknya Raisi sebagai presiden Iran. Erdogan mengatakan bahwa kerjasama bilateral dan regional antara kedua negara Iran dan Turki akan diperkuat di segala bidang pada masa jabatan baru.
Erdogan juga berterima kasih kepada Iran atas bantuan kemanusiaannya kepada Turki dalam pengendalian kebakaran hutan melanda sebagian wilayah Turki belum lama ini. (mna)