Rangkuman Berita Utama Timteng Kamis 4 Juli 2019

sayid khamenei dan panitia haji 2019Jakarta, ICMES: Pemimpin Besar Iran Grand Ayatullah Sayid Ali Khamenei menekankan keharusan adanya kepedulian kepada isu-isu keumatan dan Dunia Islam dalam ibadah haji dalam upaya menunaikan kewajiban menolong kaum tertindas, menggalang persatuan umat, dan keberlepasan diri dari kaum musyrik.

Militer Iran menyatakan bahwa negara ini memiliki senjata rahasia khusus yang akan digunakan jika terjadi perang melawan serangan musuh besarnya, Amerika Serikat (AS).

Pasukan elit Iran Korps Garda Revolusi Islam menyatakan AS takut berkonfrontasi militer dengan Iran sehingga memilih memerangi Iran  melalui tekanan ekonomi.

Presiden AS Donald Trump memperingatkan Iran agar “berhati-hati dengan ancaman” setelah Presiden Iran Hassan Rouhani menyatakan negaranya akan meningkatkan pengayaan uraniumnya melebihi yang ditetapkan dalam kesepakatan nuklir 2015.

Berita selengkapnya:

Ayatullah Khamenei Tekankan Kewajiban Mengangkat Isu Dunia Islam Dalam Ibadah Haji

Pemimpin Besar Iran Grand Ayatullah Sayid Ali Khamenei menekankan keharusan adanya kepedulian kepada isu-isu keumatan dan Dunia Islam dalam ibadah haji dalam upaya menunaikan kewajiban menolong kaum tertindas, menggalang persatuan umat, dan keberlepasan diri dari kaum musyrik.

Dalam kata sambutannya saat ditemui oleh rombongan pejabat panitia nasional penyelenggara ibadah haji Iran di Teheran, Rabu (3/7/2019), Ayatullah Khamenei menilai tidak tepat anggapan dan seruan bahwa isu politik tidak semestinya disertakan dalam ibadah tahunan ini.

“Apa arti (seruan) itu? Mewujudkan persatuan adalah isu politik dan pertahanan. Pertolongan kepada bangsa Palestina dan orang-orang tertindas lain di Dunia Islam semisal Yaman adalah aksi politik. Membela kaum tertindas adalah ajaran Islam dan suatu kewajiban. Demikian pula keberlepasan diri dari kaum musyrik yang tergolong kewajiban suci (faridhoh ilahiyyah). Semua ini merupakan bagian dari ajaran agama,” terangnya.

Dia menambahkan, “Ya, ibadah haji merupakan aksi politik (amal siyasi), namun aksi politik ini memiliki unsur kewajiban religius, sebagaimana larangan terhadap aktivitas politik juga merupakan aksi politik, tapi politik yang menyalahi agama.”

Menurutnya, ibadah haji merupakan “miniatur masyarakat Islam nan luhur dan manifestasi peradaban Islam modern”.

“Ketinggian akhlak, maknawi, dan spiritual, serta ketundukan dan kekhusyukan dalam ibadah haji seharusnya berbanding lurus dengan kemajuan aspek kehidupan materi,” lanjutnya.

Sayid Khamenei menjelaskan berbagai dimensi yang terkandung dalam ibadah haji, dan menekankan bahwa di sisi dimensi spiritual ibadah superkolosal yang mempertemukan umat Islam dari pelbagai penjuru dunia ini terdapat pula “dimensi kehidupan sosial untuk perdamaian  semisal persatuan, persaudaraan, dan kesetaraan”, “keterhimpunan para individu di Arafah, Masy’ar al-Haram, dan Mina”, dan “pergerakan, tawaf, dan sa’i” yang semuanya menampilkan manifestasi yang memukau ihwal “akhlak, persaudaran, dan toleransi”.

“Ungkapan sebagian orang ‘janganlah menyusupkan politik pada ibadah haji’ adalah pernyataan keliru, karena dimensi politik pada haji sejalan dengan tuntutan dan ajaran Islam,” tuturnya. (alalam)

Pasukan Iran Ancam AS Dengan “Senjata Rahasia”

Komandan pasukan pertahanan udara Iran, Jenderal Amir Sabahi, menyatakan bahwa negara ini memiliki senjata rahasia khusus yang akan digunakan jika terjadi perang melawan serangan musuh besarnya, Amerika Serikat (AS).

“AS jangan sampai lupa untuk selamanya, kami selalu mengingatkan bahwa era unjuk kekuatan militer di depan Iran sudah berlalu, apalagi ada senjata rahasia yang hanya dimiliki oleh Iran, dan dengannya kami akan melawan,” tegasnya, Rabu (3/7/2019).

Dia menambahkan, “Keterhentian pasukan AS sejarak 200 mil di laut adalah karena kekuatan militer Iran. Musuh tahu persis bahwa kesiapan Iran tak dapat dijajal, sekali saja mereka berbuat salah maka akan menjadi kesalahan mereka yang terakhir kalinya.”

Dia juga menegaskan bahwa Iran tidak akan sudi lagi berunding dengan AS karena perjanjian nuklir multilateral yang sudah pernah dicapai pada tahun 2015 sudah membuktikan bahwa negara arogan itu memang bukan pihak yang patut dipercaya dalam perjanjian.

Ketegangan meningkat tajam antara Teheran dan Washington dalam beberapa pekan terakhir, yaitu setahun setelah AS menarik diri dari kesepakatan nuklir antara Iran dan negara-negara terkemuka dunia untuk membatasi program nuklir Iran dengan imbalan pencabutan sanksi keuangan internasional.

Presiden AS Donald Trump menyerukan perundingan dengan rezim Iran “tanpa prasyarat,” tapi Teheran menolaknya sembari menegaskan bahwa Trump harus kembali kepada perjanjian itu jika ingin bernegosiasi.

Suasana semakin tegang antara kedua negara setelah pasukan elit Iran Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) menembak jatuh drone pengintai kebanggan AS di atas Selat Hormuz. (raialyoum/sputnik)

IRGC: Takut Perang Dengan Iran, AS Memilih Fokus Pada Konflik Ekonomi

Pasukan elit Iran Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) menyatakan bahwa Amerika Serikat (AS) takut berkonfrontasi militer dengan Iran sehingga memilih memerangi Iran  melalui tekanan ekonomi.

Panglima IRGC Mayjen Hossein Salami mengatakan Iran telah “sepenuhnya menutup jalan bagi musuh” di bidang militer.

“Dalam situasi saat ini pihak musuhlah yang takut terhadap pecahnya perang, dan ketakutan ini terlihat dalam perilaku fisik dan taktis mereka … Di persimpangan saat ini, perang ekonomi adalah bidang utama bagi musuh dalam menghadapi kami,” ujarnya, seperti dilansir Fars, Rabu (3/7/2019).

Ketegangan meningkat antara Washington dan Teheran sejak Presiden AS Donald Trump menarik Washington dari kesepakatan nuklir multilateral pada tahun lalu dan menerapkan kembali sanksi terhadap Teheran demi menekan penjualan minyak Iran hingga ke titik nol.

AS juga menuduh Iran melakukan serangan terhadap enam kapal tanker di Teluk selama dua bulan terakhir, dan Iranpun membantahnya.

Bulan lalu, bayang-bayang perang menguat antara keduanya setelah Iran menembak jatuh drone pengintai kebanggan AS. Iran menyebut drone berukuran besar seharga $ 200-an juta  itu telah melanggar zona udaranya, sementara AS mengklaim drone itu berada di wilayah udara internasional.

Trump mengaku semula berniat membalas penembak jatuhan drone itu namun membatalkannya pada menit-menit terakhir dengan dalih demi menghindari jatuhnya ratusan korban jiwa.

Hesamodin Ashena, penasihat Presiden Hassan Rouhani, memperingatkan Trump agar tidak mendengarkan kelompok elang dalam pemerintahannya. Dia juga menyebutkan bahwa agresi terhadap Iran dapat menjadikan Trump sebagai “presiden satu periode”.

“Kami telah kehilangan kursi presiden AS di masa lalu, kami bisa melakukannya lagi,” cuit Ashena di Twitter, merujuk pada Jimmy Carter yang kehilangan kesempatan untuk menjadi presiden AS dua periode akibat krisis sandera AS di Iran pada tahun 1980. (sputnik/aljazeera)

Trump Minta Iran “Berhati-Hari Dengan Acaman”

Presiden AS Donald Trump memperingatkan Iran agar “berhati-hati dengan ancaman” setelah Presiden Iran Hassan Rouhani menyatakan negaranya akan meningkatkan pengayaan uraniumnya melebihi yang ditetapkan dalam kesepakatan nuklir 2015.

“Iran baru saja mengeluarkan Peringatan Baru. Rouhani mengatakan bahwa mereka akan Memperkaya Uranium menjadi ‘jumlah yang kita inginkan’ jika tidak ada Kesepakatan Nuklir yang baru, ”cuit Trump di Twitter, Rabu (4/7/2019).

“Hati-hati dengan ancamannya, Iran. Mereka dapat kembali menggigit Anda seperti tidak ada yang pernah digigit sebelumnya! ”Katanya.

Rouhani dalam rapat kabinetnya di hari yang sama mengatakan Iran akan meningkatkan pengayaan uraniumnya mulai Ahad mendatang  kecuali jika negara-negara yang tersisa dalam perjanjian nuklir 2015 membantu meringankan sanksi AS terhadap negara itu.

“Dalam jumlah berapa pun yang kami inginkan, jumlah apa pun yang diperlukan, kami akan mengambil alih 3,67… Saran kami kepada Eropa dan AS adalah kembali ke logika dan ke meja perundingan,” lanjutnya.

Dia menambahkan, “Kembalilah kepada pemahaman, untuk menghormati hukum dan resolusi Dewan Keamanan PBB. Dalam kondisi seperti itu, kita semua dapat mematuhi perjanjian nuklir.”

Sementara itu, para pemimpin Eropa mengaku tidak akan mengambil tindakan disipliner terhadap Iran, setelah badan pengawas nuklir, IAEA, mengkonfirmasi bahwa Iran telah melanggar batas persediaan yang disepakati pada tahun 2015.

Namun mereka mendesak Teheran untuk tidak mengurangi kerjasamanya dengan kesepakatan itu. (reuters/aljazeera/nyt)