Jakarta, ICMES. Pemimpin Besar Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei menegaskan bahwa upaya membongkar konspirasi Rezim Zionis Israel merupakan tugas bagi pelaksana ibadah haji.
Otoritas Iran mengaku telah mencopot dua kamera Badan Energi Atom Internasional setelah kepala lembaga yang bernaung di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa ini mulai meningkatkan ketegangan terhadap Teheran.
Sumber keamanan mengatakan kepada media bahwa Konsulat AS di kota Erbil, Irak utara, telah menjadi target serangan yang dilancarkan dengan menggunakan pesawat nirawak.
Pemimpin gerakan Ansarullah Yaman, Sayid Abdul Malik Al-Houthi, menyatakan bahwa Yaman sudah memiliki rudal balistik buatan dalam negeri yang tak dapat dicegat atau ditembak jatuh oleh sistem rudal permukaan-ke-udara buatan Amerika Serikat.
Berita Selengkapnya:
Ayatullah Khamenei: Pembongkaran Konspirasi Zionis Tanggung Jawab Penting dalam Haji
Pemimpin Besar Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei menegaskan bahwa upaya membongkar konspirasi Rezim Zionis Israel merupakan tugas bagi pelaksana ibadah haji.
“Mengungkap plot dan konspirasi Zionis adalah salah satu tugas penting dalam haji,†kata Ayatullah Khamenei dalam kata sambutannya pada pertemuan dengan para pejabat yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan ibadah haji Iran, Rabu (8/6).
“Pemerintah Arab dan non-Arab yang bergerak menuju normalisasi hubungan mereka dengan Rezim Zionis, bertentangan dengan keinginan negara mereka dan demi keinginan Amerika Serikat, harus tahu bahwa interaksi ini tidak akan membawa apa-apa selain eksploitasi di tangan Rezim Zionis,†lanjutnya.
Dia menyebut dimulainya kembali ibadah haji setelah jeda dua tahun akibat pandemi Covid-19 sebagai berkah besar, dan memandang ibadah tahunan di bulan Dzulhijjah itu sebagai simbol persatuan umat Islam.
Ayatullah Khamenei menekankan keharusan upaya memelihara persatuan Islam, dan memperingatkan bahwa pembangkitan perselisihan sektarian sudah lama menjadi agenda Inggris.
Pada April lalu Ayatullah Khamenei mengatakan bahwa perkembangan terakhir di Palestina dan kawasan membuktikan kesia-siaan semua upaya kompromi dan normalisasi hubungan dengan Israel.
“Gerakan jihad rakyat Palestina di dua bagian utara dan selatan tanah pendudukan tahun 1948, dan pada saat yang sama, demonstrasi besar-besaran di Yordania dan Quds Timur, pertahanan Masjid Al-Aqsha oleh pemuda Palestina, dan manuver militer di Gaza menunjukkan bahwa seluruh Palestina telah berubah menjadi arena perlawanan. Saat ini, rakyat Palestina sepakat untuk melanjutkan perjuangan ini di jalan Allah,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, “Insiden-insiden ini dan apa yang terjadi di Palestina dalam beberapa tahun terakhir merupakan segel pembatalan pada semua skema untuk kompromi dengan musuh Zionis. Ini karena tidak ada skema atau rencana tentang Palestina yang dapat diterapkan tanpa adanya Palestina atau bertentangan dengan persetujuan pemiliknya, orang Palestina. Ini berarti bahwa semua perjanjian sebelumnya seperti Kesepakatan Oslo, Solusi Dua Negara Arab, Kesepakatan Abad Ini dan upaya-upaya memalukan baru-baru ini untuk normalisasi hubungan menjadi tak berlaku.†(fna)
Kesal terhadap IAEA, Iran Copot Dua Kamera Pengawas Aktivitas Nuklirnya
Otoritas Iran mengaku telah mencopot dua kamera Badan Energi Atom Internasional (IAEA) setelah kepala lembaga yang bernaung di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ini mulai meningkatkan ketegangan terhadap Teheran. Dua kamera itu semula terpasang di luar kewajiban Iran di bawah perjanjian perlindungan.
Organisasi Energi Atom Iran (AEOI), Rabu (8/6), menyebut IAEA tidak menghargai iktikad baik Iran dan sebaliknya memandang langkah sukarela Teheran sebagai bagian dari upayanya, dan karena itu AEOI memerintahkan supaya Online Enrichment Monitor dan pengukur aliran dimatikan.
Namun demikian, AEOI juga menyebutkan bahwa 80 persen kamera pengintai IAEA yang terpasang sesuai upaya Iran di bawah perjanjian perlindungan tetap terpasang dan beroperasi.
Iran bertindak demikian di tengah beredarnya kabar bahwa pertemuan Dewan Gubernur IAEA di Wina akan menghasilkan resolusi anti-Iran sesuai sepak terjang Inggris, Prancis, Jerman, dan AS, untuk menuduh Iran enggan bekerjasama dengan IAEA, dan setelah Kepala IAEA Rafael Grossi berkunjung Israel.
Iran sebelumnya telah memperingatkan IAEA agar tidak membiarkan Israel mempengaruhi mandat independen dan pengambilan keputusan lembaga ini.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Israel adalah satu-satunya pemilik senjata nuklir di kawasan Timur Tengah, dengan persediaan hulu ledak nuklir sebanyak ratusan unit. Adanya perlindungan dari AS dan Eropa membuat Israel enggan membukakan situs nuklirnya kepada tim pengawas IAEA serta menolak bergabung dengan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT).
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdollahian pada Ahad lalu memperingatkan bahwa mereka yang mendukung atau mensponsori adopsi resolusi terhadap Iran di IAEA akan bertanggung jawab atas konsekuensinya.
“Mereka yang mendorong resolusi anti-Iran di IAEA akan bertanggung jawab atas semua konsekuensinya,†ungkap Amir Abdollahian di halaman Twitter-nya.
Iran juga sudah berulang kali memperingatkan bahwa adopsi resolusi anti-Iran hanya akan kontraproduktif dengan pembicaraan yang sedang berlangsung untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan negara-negara terkemuka dunia. (fna)
Konsulat AS di Erbil Mendapat Serangan Drone
Sumber keamanan mengatakan kepada media bahwa Konsulat AS di kota Erbil, Irak utara, telah menjadi target serangan yang dilancarkan dengan menggunakan pesawat nirawak (drone).
Sebuah serangan drone telah menargetkan Konsulat AS di kota utara Irak Erbil pada hari Rabu Rabu (8/6), ungkap sumber itu kepada Reuters.
Tidak ada laporan segera tentang korban atau kerusakan yang mungkin ditimbulkan oleh serangan tersebut.
Saluran telegram Sabireen News melaporkan bahwa distrik Shoresh di Erbil mendapat serangan drone yang membidik zona aman di dekat konsulat UEA, beberapa kilometer dari gedung konsulat AS yang sedang dibangun.
Sumber keamanan Kurdi melaporkan suara beberapa ledakan di dekat Bandara Internasional Erbil. Jaringan berita Al-Mayadeen dan Al-Ahd masing-masing mengkonfirmasi serangan itu dalam laporan terpisah.
Sabereen News mengabarkan bahwa gumpalan asap membumbung ke langit dan pasukan Kurdi memberlakukan jam malam di daerah itu menyusul serangan tersebut.
RT milik Rusia memberitakan bahwa serangan itu menyebabkan kerusakan pada beberapa mobil di jalan resor Saladin, Erbil. (alam)
Pemimpin Ansarullah: Yaman Punya Rudal Balistik Buatan Dalam Negeri Anti Pertahanan Udara AS
Pemimpin gerakan Ansarullah Yaman, Sayid Abdul Malik Al-Houthi, menyatakan bahwa Yaman sudah memiliki rudal balistik buatan dalam negeri yang tak dapat dicegat atau ditembak jatuh oleh sistem rudal permukaan-ke-udara buatan Amerika Serikat (AS).
Dalam kata sambutan pada pertemuan dengan sejumlah tokoh adat dan pejabat provinsi Taiz di Sanaa, ibu kota Yaman, Rabu (8/6), Al-Houthi menyatakan bahwa prioritas utama saat ini adalah ” melawan agresi (yang dipimpin Arab Saudi)” , ketika “ancaman militer” bertahan dan musuh terus menimbun amunisi untuk memicu “lebih banyak ketegangan pada fase berikutnya.â€
Dia kemudian menyebutkan bahwa upaya sedang dilakukan untuk memasukkan teknologi mutakhir ke dalam drone tempur Yaman dan meningkatkan daya tahan penerbangan drone.
“Upaya juga sedang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan pertahanan udara kami, karena kami telah berhasil menjatuhkan semua jenis drone musuh dalam beberapa tahun terakhir,†katanya.
Menyinggung serangan pasukan koalisi pimpinan Saudi di provinsi Taiz, Sayid Al-Houthi menekankan bahwa kejahatan terorganisir dan serangan pasukan koalisi pimpinan Saudi di daerah tersebut dengan bertujuan menghancurkan infrastruktur tak akan pernah terlupakan.
Dia juga mengatakan, “AS dan Barat sedang bekerja untuk menghilangkan semua hambatan luar biasa di kawasan itu bagi musuh, Israel, dengan dalih normalisasi hubungan diplomatik.â€
Seperti diketahui, Arab Saudi dan sekutu terdekatnya, Uni Emirat Arab (UEA), mulai melancarkan invasi militer di Yaman pada Maret 2015 dengan dukungan senjata dan logistik dari AS dan negara-negara Barat lainnya.
Invasi itu bertujuan memulihkan rezim Abd Rabbuh Mansur Hadi dan menumpas gerakan Ansarullah, yang menjalankan urusan negara tanpa adanya pemerintahan fungsional di Yaman.
Saudi dan UEA gagal mencapai tujuan itu namun perang telah menewaskan ratusan ribu orang Yaman dan menimbulkan krisis kemanusiaan terburuk di dunia. (presstv)