Jakarta, ICMES. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa Israel menggunakan “taktik perang yang mematikan” terhadap warga Palestina di wilayah pendudukan Tepi Barat sejak lebih dari seminggu setelah entitas pendudukan itu melancarkan agresi militer besar-besaran di wilayah tersebut hingga menewaskan puluhan orang.
Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran memperingatkan bahwa balasan Iran atas pembunuhan kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, oleh Israel, akan “berbeda dan mengejutkan.”
Gerakan perlawanan Palestina Hamas mengeluarkan peringatan keras kepada Israel mengenai genosida yang sedang berlangsung di Gaza, dengan mengatakan bahwa nyawa tawanan di wilayah yang terblokade itu berada dalam bahaya kecuali rezim Zionis tersebut mengubah arahnya.
Berita selengkapnya:
PBB: Israel Gunakan “Taktik Perang Mematikan” di Tepi Barat
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa Israel menggunakan “taktik perang yang mematikan” terhadap warga Palestina di wilayah pendudukan Tepi Barat sejak lebih dari seminggu setelah entitas pendudukan itu melancarkan agresi militer besar-besaran di wilayah tersebut hingga menewaskan puluhan orang.
Juru bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), Stéphane Dujarric, pada konferensi pers di New York pada hari Selasa (4/9), mengatakan bahwa Israel melanjutkan agresinya di Tulkarm dan Jenin.
“PBB telah mencatat lebih dari dua lusin korban jiwa selama seminggu terakhir, termasuk anak-anak,” tutur Dujarric, sembari menyebutkan bahwa beberapa organisasi yang dimobilisasi oleh OCHA telah siap untuk melakukan penilaian di Jenin tetapi ditolak aksesnya oleh otoritas Israel.
“OCHA memperingatkan bahwa hambatan akses berdampak pada kemampuan untuk memberikan respon kemanusiaan yang berarti,” lanjutnya.
Dujarric mengatakan bahwa pergerakan ambulan dan tim medis terhambat dan tertunda sejak dimulainya agresi yang terjadi belakangan ini.
Pada dini hari tanggal 28 Agustus, militer Israel melakukan operasi terbesarnya – yang dijuluki “Kamp Musim Panas” – di Tepi Barat dalam lebih dari 20 tahun, dengan mengerahkan ratusan tentara dan serangan udara di Jenin, Tulkarm, dan Tubas, yang merupakan pusat utama perlawanan Palestina terhadap entitas pendudukan.
Agresi militer yang sedang berlangsung di Tepi Barat saat ini terkonsentrasi di kota Jenin, yang lebih dari 70 persen jalan-jalan dan infrastrukturnya telah rusak sejak dimulainya “Kamp Musim Panas”, menurut pemerintah kota ini.
Dujarric juga memperingatkan bahwa pasukan Israel terus menggunakan “taktik perang yang mematikan” di Tepi Barat, termasuk serangan udara, hingga mengakibatkan banyak orang terbunuh, terluka, dan mengungsi.
Saat berada di Tulkarem pada hari Sabtu, tim OCHA memverifikasi bahwa 120 warga Palestina, termasuk lebih dari 40 anak-anak, mengungsi karena rumah mereka hancur.
OCHA melaporkan, “Pada saat penilaian, 13.000 orang di kamp pengungsi Nour Shams mengalami pemutusan pasokan air, yang disebabkan oleh kerusakan yang terjadi pada jaringan air, dan luapan limbah terlihat. Tim juga mencatat bahwa penduduk tersebut mengalami trauma dan membutuhkan dukungan psikososial.”
Sejak dimulainya agresi saat ini di Tepi Barat, jumlah warga Palestina yang terbunuh oleh pasukan Israel telah meningkat menjadi 34 orang, termasuk 19 orang di Jenin, 8 orang di Tulkarm, 4 orang di Tubas, dan 3 orang di al-Khalil. Total korban gugur di Tepi Barat kini berjumlah 685 orang sejak 7 Oktober tahun lalu.
Eskalasi di Tepi Barat terjadi ketika rezim Israel sejak Oktober terus melakukan serangan biadab di Jalur Gaza hingga menggugurkan lebih dari 40.000 orang, yang sebagian besarnya adalah wanita dan anak-anak. (aljazeera)
IRGC: Balasan Iran pada Waktunya terhadap Israel akan Berbeda dan Mengejutkan
Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran memperingatkan bahwa balasan Iran atas pembunuhan kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, oleh Israel, akan “berbeda dan mengejutkan.”
Wakil komandan operasi Pasukan Quds IRGC, Brigjen Mohsen Chizari, dalam sebuah wawancara dengan Islamic Republic of Iran Broadcasting (IRIB) pada hari Rabu (4/8), menyatakan hal tersebut, sembari memastikan Iran akan menanggapi pembunuhan Haniyeh “pada waktunya.”
Menyinggung operasi militer Hizbullah bersandi Arbain terhadap rezim Israel, Chizari menyatakan serangan itu merupakan tanggapan atas pembunuhan komandan utama Hizbullah, Fuad Shukr, dan kemudian mengatakan tanggapan Iran yang menghancurkan pasti akan berbeda.
Haniyeh dibunuh bersama salah satu pengawalnya di ibu kota Iran, Teheran, pada tanggal 31 Juli, sehari setelah menghadiri upacara pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian.
Pemimpin Besar Iran Ayatollah Sayid Ali Khamenei telah memperingatkan rezim Israel ihwal “tanggapan keras” atas pembunuhan Haniyeh, dengan mengatakan bahwa Iran harus membalas darah pemimpin gerakan perlawanan Palestina tersebut.
Mengenai perkembangan situasi di Tepi Barat Chizari mengatakan bahwa kejahatan rezim Israel terhadap warga Palestina di wilayah pendudukan tersebut telah membuat khayalak dunia percaya bahwa Israel adalah “rezim pendudukan yang gemar merampas dan menindas.”
Dia mengatakan Israel terus melakukan serangan militer besar-besaran terhadap berbagai wilayah di Tepi Barat, dan dengan begitu keadaan justru semakin menyulitkan Israel.
“Struktur perlawanan tetap kuat di Gaza, dan sedang muncul serta menguat di Tepi Barat. Saat ini, rezim Israel tengah mengambil langkah-langkah untuk mencegah terbentuk dan menguatnya perlawanan di Tepi Barat, tapi itu tidak akan pernah berhasil,” ungkapnya.
Menurut Chizari, para pemimpin Zionis pasti mengetahui bahwa kejahatan dan operasi mereka di Tepi Barat dan Jalur Gaza akan sia-sia, dan mereka mencari cara untuk keluar dari kesulitan ini dengan cara apa pun.
Pada tanggal 28 Agustus, militer Israel melancarkan serangan besar-besaran di Tepi Barat, mengerahkan ratusan tentara dan melakukan serangan udara di Jenin, Tulkarm, dan Tubas, yang merupakan pusat-pusat utama perlawanan Palestina terhadap rezim perampas kekuasaan.
Para pejuang Palestina setempat berjuang melawan militer Israel yang melancarkan agresi pada skala terbesar di Tepi Barat sejak lebih dari dua dekade.
Sejauh ini, puluhan warga Palestina telah tewas dalam serangan Israel di Tepi Barat.
Pasukan dan pemukim Israel telah membunuh hampir 680 warga Palestina di Tepi Barat sejak 7 Oktober 2023 ketika rezim tersebut melancarkan perang genosida di Gaza. (presstv)
Hamas Keluarkan Pernyataan Keras Mengenai Orang Israel yang Ditawan di Gaza
Gerakan perlawanan Palestina Hamas mengeluarkan peringatan keras kepada Israel mengenai genosida yang sedang berlangsung di Gaza, dengan mengatakan bahwa nyawa tawanan di wilayah yang terblokade itu berada dalam bahaya kecuali rezim Zionis tersebut mengubah arahnya.
Dalam pesan video yang ditujukan kepada para pemukim Israel, Hamas menyatakan bahwa kelanjutan agresi militer membahayakan keselamatan tawanan Israel.
Hamas mengatakan jika serangan terhadap Gaza berhenti, para tawanan akan dikembalikan dengan selamat, dan jika agresi terus berlanjut, maka nasib mereka akan tetap tidak pasti.
Pesan video tersebut mencatat, “Setiap hari Netanyahu terus berkuasa dapat berarti peti mati baru.”
Hamas menangkap sekelompok besar pemukim dan tentara Zionis sebagai tawanan dalam Operasi Badai Al-Aqsa terhadap Israel pada 7 Oktober .
Hamas semula menawarkan pembebasan para tawanan dengan imbalan pembebasan sejumlah besar warga Palestina yang ditahan oleh Israel. Namun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersikap keras dalam perundingan gencatan senjata Gaza, dan berulang kali mengatakan tekanan militer diperlukan untuk membawa pulang para tawanan.
Menurut media Israel, Netanyahu berselisih dengan pejabat tinggi rezim yang mengatakan kesepakatan harus segera dicapai.
Sejauh ini pPuluhan tawanan tewas dalam pemboman secara membabi buta oleh Israel di Gaza.
Hamas menawan 251 warga Israel, 97 di antaranya sekarang masih berada di Gaza, termasuk jenazah sedikitnya 33 orang yang dikonfirmasi tewas oleh militer Israel.
Awal pekan ini, militer menemukan jenazah enam tawanan di sebuah terowongan di kota selatan Rafah. Hamas mengatakan mereka tewas dalam serangan udara Israel.
Kematian enam tawanan itu memicu kemarahan banyak warga Israel yang selama berbulan-bulan mengecam kebijakan Netanyahu yang menggagalkan kesepakatan dengan Hamas demi kepentingan politiknya.
Pada hari Minggu dan Senin, ratusan ribu warga Israel menggelar aksi protes terbesar sejak 7 Oktober 2023. Mereka turun ke jalan di wilayah pendudukan dan bergabung dalam aksi mogok umum menuntut kesepakatan gencatan senjata segera.
Media Israel melaporkan terjadi bentrokan selama protes di luar kediaman Netanyahu di al-Quds (Jerussalem) dan markas besar partainya, Likud, di Tel Aviv, dan puluhan orang ditangkap. (presstv)