Jakarta, ICMES: Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengisyaratkan keharusan negaranya memiliki senjata nuklir.
Perdana Menteri Libanon Saad Hariri menyatakan Hizbullah dapat menyulut perang namun tidak mengendalikan pemerintahan Libanon.
Pemimpin kelompok pejuang Ansarullah di Yaman, Sayid Abdel Malik al-Houthi, kembali menasehati pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) agar berlaku jujur dalam menyatakan mundur dari Yaman.
Dua kubu pasukan yang bersaing di Yaman selatan, yaitu kelompok bersenjata yang didukung Arab Saudi dan kelompok bersenjata lain yang didukung Uni Emirat Arab (UEA), mengerahkan pasukan dan perlengkapan militer masing-masing di kota Aden.
Berita selengkapnya:
Erdogan Isyaratkan Keharusan Turki Miliki Senjata Nuklir
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengisyaratkan keharusan negaranya memiliki senjata nuklir. Isyarat itu terlihat ketika dia mengaku tak dapat menerima kenyataan beberapa negara memiliki senjata nuklir sementara negara-negara lain dilarang memiliki senjata yang sama.
“Mengapa kita tidak harus memiliki hulu ledak nuklir sementara yang lain memilikinya? Saya tidak menerima ini,” kata Erdogan dalam pidatonya di kota Sivas di bagian tengah Turki di mana para pemimpin negara ini merayakan peringatan 100 tahun Kongres Sivas, Rabu (4/9/2019)
Dia melanjutkan, “Beberapa negara memiliki rudal berhulu ledak nuklir, bukan satu atau dua, sedangkan saya tidak akan memiliki rudal bertenaga nuklir, saya tidak menerimanya.”
Turki merupakan negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), dan pada tahun 1980 telah meneken Traktat Non-Proliferasi (NPT) Nuklir, perjanjian yang melarang ujicoba senjata nuklir.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir Turki yang memiliki pasukan kedua terbesar di antara negara-negara anggota NATO ini diragukan komitmennya kepada pakta negara-negara Barat tersebut.
Erdogan mengaku bahwa belum lama ini telah menemui presiden suatu negara yang memberitahunya bahwa negara itu memiliki 7500 hulu ledak nuklir.
Dia juga menyebutkan bahwa AS dan Rusia memiliki sebanyak 12.500-15.000 hulu nuklir, serta menyinggung rezim Zionis sebagai negara yang juga memiliki bom nuklir.
“Ada Israel di dekat kita, dan hampir bertetangga dengan kita. Mereka menimbulkan ketakutan dengan memilikinya, dan tak seorangpun dapat mengusik (kepemilikan) mereka,” ujarnya.
Presiden Turki tidak menyebutkan apakah dia lantas merencanakan pengembangan senjata nuklir, dan tidak pula menyebutkan langkah apa yang akan ditempuhnya dalam masalah ini. (trt/raialyoum/alalam)
PM Libanon: Hizbullah Dapat Mengobarkan Perang, Tapi Tidak Mengendalikan Pemerintahan
Perdana Menteri Libanon Saad Hariri menyatakan Hizbullah dapat menyulut perang akibat berbagai faktor regional yang berkenaan bukan dengan Libanon semata, namun kelompok pejuang Libanon yang didukung Iran itu tidak mengendalikan pemerintahan Libanon.
Hal itu ditegaskan Hariri dalam wawancara dengan CNBC, sebagaimana dikutip kantor berita Turki, Anadolu, Rabu (4/9/2019).
“Bukanlah problema atau kesalahan saya ketika Hizbullah menjadi sedemikian kuat, tapi ketika mereka (tanpa menyebutkan pihak mana) mengatakan kepada saya bahwa Hizbullah mengelola pemerintahan maka tidaklah demikian. Hizbullah tidak mengelola pemerintahan, kamilah yang mengelolanya,” tutur Hariri.
Dia menambahkan bahwa “Libanon dan pemerintahnya tidak akan bertanggungjawab atas serangan Israel belakangan ini” terhadap pasukan Rezim Zionis Israel.
“Kami tidak setuju Hizbullah bertindak demikian, saya tidak sepakat dengan Hizbullah atas tindakan ini,” ujar Hariri.
Seperti diketahui, Hizbullah pada Ahad lalu telah menyerang kendaraan militer Israel di kamp militer Avivi, Israel (Palestina pendudukan 1948), di dekat perbatasan Libanon, hingga menewaskan dan melukai beberapa tentara Zionis yang ada di dalamnya.
Sementara itu, pasukan penjaga perdamaian PBB di Libanon selatan (UNIFIL), Rabu, menyatakan pihaknya memantau ketegangan di wilayah perbatasan Libanon-Israel pasca konfrontasi terbatas antara Hizbullah dan Israel. (raialyoum)
Pemimpin Ansarallah Yaman Kembali Nasihati Uni Emirat Arab
Pemimpin kelompok pejuang Ansarullah di Yaman, Sayid Abdel Malik al-Houthi, kembali menasehati pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) agar berlaku jujur dalam menyatakan mundur dari Yaman, karena hal itu “membantu kepentingan UEA sendiri”.
“Nasihatku kepada Emirat ialah hendaknya jujur demi kepentingannya sendiri, karena kondisi yang ada berbahaya bagi mereka, di level ekonomi dan semua level,” ujar al-Houthi seperti dikutip website Ansarullah, Rabu (4/8/2019).
Dia mengingatkan, “Tindakan Emirat melanjutkan agresi dan pendudukan atas negara kami sangatlah berbahaya bagi Emirat, dan ia harus bertanggungjawab atasnya.”
Al-Houthi meminta UEA serius memandang nasihat ini “karena inilah sikap yang benar.”
Nasihat serupa juga telah dinyatakan Abdel Malik al-Houthi pada Agustus lalu setelah Abu Dhabi mengumumkan penarikan sebagian besar pasukannya dari Yaman. (rtarabic)
Kubu Emirat vs Kubu Saudi, Sama-Sama Kerahkan Pasukan di Aden
Dua kubu pasukan yang bersaing di Yaman selatan, yaitu kelompok bersenjata yang didukung Arab Saudi dan kelompok bersenjata lain yang didukung Uni Emirat Arab (UEA), mengerahkan pasukan dan perlengkapan militer masing-masing di kota Aden.
Kantor berita Sputnik milik Rusia, mengutip pernyataan sumber lokal di provinsi Aden, Yaman selatan, bahwa bala bantuan militer UEA telah tiba di kota Aden, Rabu (4/9/2019).
Sumber itu menambahkan bahwa pasukan loyalis presiden pelarian Yaman Abd Rabbuh Mansour Hadi dan pasukan al-Hizam al-Amni (Sabuk Pengaman) yang didukung UEA telah mengerahkan kekuatan militer masing-masing di kota yang disebut-sebut sebagai ibu kota sementara pemerintahan Mansour Hadi itu.
Menurut sumber anonim itu, sekira 70 unit kendaraan militer yang dikapalkan oleh UEA telah tiba di Aden dan segera dipindah ke sebuah kamp militer pasukan al-Hizam al-Amni. Bantuan peralatan tempur itu datang beberapa jam setelah tibanya bantuan serupa yang terdiri atas 30 kendaraan militer beberapa jam sebelumnya.
Sementara itu, sumber militer Yaman mengatakan kepada Sputnik bahwa pasukan loyalis Mansour Hadi yang didukung Arab Saudi telah memindahkan peralatan tempur beratnya, termasuk tank, pelontar roket Katyusha, dan artileri dari provinsi Marib di bagian timur laut Yaman ke Ataq, ibu kota provinsi Shabwah di bagian tenggara negara ini.
Sumber itu menambahkan bahwa sebelumnya, sebuah brigade pasukan telah dikerahkan dari kawasan Shaqrah di bagian timur provinsi Abyan.
Bersamaan dengan ini, pasukan al-Hizam al-Amni yang berafiliasi dengan Dewan Transisi Yaman dan didukung UEA memblokir jalan yang mengarah ke Zanjibar, ibu kota Abyan, dengan memasang beton-beton besardi dekat kawasan Dofas serta menyebar pasukannya di kedua sisi jalan. (rtarabic)