Rangkuman Berita Utama Timteng Kamis 5 Agustus 2021

jet tempur israelJakarta, ICMES. Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Avichai Adraee mengumumkan bahwa jet tempur Israel telah melancarkan serangan udara ke Libanon, dan menyebut pemerintah Libanon bertanggungjawab atas apa yang terjadi di wilayahnya.

Panglima pasukan elit Iran Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Mayjen Hossein Salami menyatakan pasukan negara ini siap meladeni serangan musuh, menyusul ancaman AS, Israel dan Inggris bahwa mereka akan menanggapi apa yang mereka sebagai serangan Iran terhadap kapal tanker Israel di Laut Oman.

Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah, Selasa (4/8) menegaskanbahwa kelompok pejuang yang dia pimpin di Libanon itu tidak akan terjebak masuk dalam perang saudara di negara ini, menyusul insiden kontak senjata di Beirut selatan, yang oleh sebagian media dikaitkan dengan isu sektarian Sunnah-Syiah.

Berita Selengkapnya:

Israel Serang Libanon Selatan, Perbatasan Meradang

Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Avichai Adraee mengumumkan bahwa jet tempur Israel telah melancarkan serangan udara ke Libanon, dan menyebut pemerintah Libanon bertanggungjawab atas apa yang terjadi di wilayahnya.

Pada dini hari Kamis, (5/8), Adraee di Twitter menuliskan; “Malam ini jet-jet tempur melancarkan serangan ke berbagai kawasan di mana hari ini beberapa roket telah ditembakkan dari Libanon ke berbagai wilayah Israel, di samping infrastruktur juga digunakan untuk tujuan-tujuan teror.”

Dia juga menyebutkan, “Jet-jet tempur telah menyerang sasaran lain di kawasan yang dari situ sebelumnya telah ditembakkan beberapa roket ke arah Israel… Serangan IDF akan berlanjut, dan bisa jadi akan meningkat dalam menghadapi upaya teroris menyerang negara dan warga Israel.”

Jubir IDF kemudian memperingatkan, “Pemerintah Libanon bertanggungjawab atas apa yang terjadi di wilayahnya.”

Sebelumnya, sumber-sumber Israel menyatakan bahwa Angkatan Udara Israel telah menyerang posisi-posisi Hizbullah di dekat perbatasan di kawasan Marjeyoun sebagai balasan atas serangan roket ke Qiryat Shemona, Israel (Palestina pendudukan 1948).

Beberapa media Libanon melaporkan bahwa pada pukul 00.40 jet-jet tempur Israel melancarkan dua serangan di Libanon selatan.

Sumber-sumber Libanon mengatakan bahwa Israel juga menyerang kawasan itu dengan roket-roket dari darat ke udara.

Seorang pejabat militer Libanon menyatakan pihaknya tidak memiliki komentar, dan masih menunggu penyelidikan. Pejabat keamanan Lebanon lain juga tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Associated Press.

Beberapa saksi di daerah perbatasan di Lebanon selatan mengatakan dua roket mendarat di sebuah komunitas Israel di seberang perbatasan, diikuti oleh beberapa peluru artileri yang ditembakkan dari Israel. Peluru-peluru Israel mendarat di daerah antara desa Marjayoun dan Khiam di Lebanon, kata mereka, seraya menambahkan tidak jelas dari mana roket ditembakkan.

Beberapa insiden serupa juga pernah terjadi dalam beberapa bulan terakhir di mana tembakan roket diyakini oleh otoritas Israel telah diluncurkan oleh kelompok-kelompok Palestina yang berbasis di Lebanon dan bukan kelompok militan Hizbullah. Namun, kecil kemungkinan kelompok Palestina dapat beroperasi tanpa persetujuan Hizbullah.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengutuk serangan roket dari Lebanon.

“Israel berhak mempertahankan diri terhadap serangan demikian,” katanya kepada wartawan di Washington, seraya menambahkan bahwa AS akan tetap terlibat dengan mitra “di kawasan itu dalam upaya untuk meredakan situasi.”

Juru bicara PBB Stephane Dujarric juga angkat bicara dengan menyatakan bahwa misi penjaga perdamaian PBB di Lebanon, UNIFIL, mengetahui serangan roket dan respons artileri Israel, dan bahwa komandan UNIFIL, MaMayjen Stefano Del Col, menyerukan gencatan senjata serta mendesak kedua belah pihak untuk “melakukan pengendalian maksimum demi menghindari eskalasi lebih lanjut.” (raialyoum/alalam/ap)

Panglima IRGC: Pasukan Iran Siap Ladeni Serangan Musuh

Panglima pasukan elit Iran Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Mayjen Hossein Salami menyatakan pasukan negara ini siap meladeni serangan musuh, menyusul ancaman AS, Israel dan Inggris bahwa mereka akan menanggapi apa yang mereka sebagai serangan Iran terhadap kapal tanker Israel di Laut Oman.

“Sistem rudal, pertahanan, angkatan laut , pesawat nirawak dan pasukan darat kami sekarang berada pada tingkat kesiapan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan dapat merespons ancaman apa pun dalam skala apapun dan di mana pun,” tegasnya saat meninjau pasukan maritim di kawasan pantai Nilgun dan Selat Hormuz, Rabu (4/7).

“Musuh yang sengaja mengancam pemerintahan Republik Islam (Iran), terutama rezim perampas Zionis, harus menyadari realitas daya pertahanan, militer dan ofensif Republik Islam Iran dan IRGC. Dalam kebijakan dan strategi pertahanan kami, tidak ada tindakan dari musuh mana pun dalam skala apa pun yang dapat diterima, dan tidak memaksa kami untuk bereaksi keras dan tegas,” imbuhnya.

Salami mengingatkan kepada musuh-musuh Iran, “Sebagaimana kalian lihat di sini, di Teluk Persia di kawasan Nilgun, ini adalah bagian dari kesiapan, dan ini ada di berbagai tempat kami dan pada berbagai pasukan pertahanan kami… Guncangan keamanan di kawasan penyebabnya adalah kebijakan campur tangan musuh. Mereka harus tahu bahwa babak kali ini dalam masalah ini sudah berbeda, dan segala ancaman dari musuh akan menghadapi balasan.”

Di bagian akhir pernyataannya, Salami menegaskan, “Pesan kami ini bukan pesan diplomatik, melainkan pesan militer, kami bicara dengan pembicaraan lapangan. Mereka yang berbicara dengan kami dengan pola intidimidasi, termasuk perdana menteri dan para pejabat lain Rezim Zionis, hendaklah menyadari bahaya perkataan mereka dan implikasinya, dan memperhitungkannya dengan cermat.”

Teheran membantah tuduhan Israel, AS dan Inggris bahwa Iran berada di balik serangan terhadap kapal tanker di Laut Oman pekan lalu. Dan ketika negara-negara itu mengaku akan menanggapi serangan tersebut, Iran menegaskan kesiapannya menghadapi segala kemungkin terburuk dari “para petualang”. (mna/raialyoum)

Sayid Nasrallah: Hizbullah Tak akan Terjebak Perang Saudara

Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah, Selasa (4/8) menegaskanbahwa kelompok pejuang yang dia pimpin di Libanon itu tidak akan terjebak masuk dalam perang saudara di negara ini, menyusul insiden kontak senjata di Beirut selatan, yang oleh sebagian media dikaitkan dengan isu sektarian Sunnah-Syiah.

“Hizbullah tak akan terseret ke dalam perang saudara, kami tahu apa yang harus kami lakukan,” ujarnya dalam sebuah pertemuan dengan para pelantun takziyah kesyahidan Imam Husain ra, cucunda Nabi Muhammad saw.

Sayid Nasrallah memastikan bahwa Hizbullah dewasa ini hendak dilemahkan oleh musuhnya, Israel dan AS, dengan cara mendiskreditaskan Hizbullah dan menyeretnya kepada perang saudara, sembari menyinggung kasus lama di mana pemerintah Arab Saudi yang notabene sekutu AS tak segan-segan menahan Perdana Menteri Libanon Saad Hariri ketika Hariri berkunjung ke Riyadh.

“Berdasarkan data-data yang bermula sejak penahanan Hariri, tindakan ini ditujukan untuk mengobarkan perang saudara, namun sikap faksi-faksi politik Libanon, termasuk Hizbullah, membuat Arab Saudi terkejut dan kemudian mengubah sikapnya,” ujar Nasrallah.

Dia lantas menyinggung kasus pembunuhan Ali Shebli, seorang anggota Hizbullah, pada Sabtu pekan lalu oleh seseorang yang disebut Hizbullah sebagai anggota kawanan begundal jalanan.

“Tak ada darah kami yang ternistakan, tapi kami juga tak akan beranjak menuju apa yang dikehendaki musuh, karena pengerahan Hizbullah ke lapangan berarti keputusan untuk perang saudara. Ada orang-orang tertentu yang berusaha mengangkat senjata untuk berperang dengan kita,” terangnya.

Seperti pernah diberitakan, Beirut, ibu kota Libanon, pada Ahad lalu digemparkan oleh kontak senjata yang dipicu oleh aksi penembakan sekelompok orang terhadap rombongan peserta prosesi pemakaman jenazah anggota Hizbullah Ali Shebli.

Aksi itu menjatuhkan empat korban tewas dan puluhan korban luka, dan tentara Libanon segera mendatangi lokasi dengan mengerahkan sejumlah mobil lapis baja untuk mencegah eskalasi. Media Barat mengaitkan insiden ini dengan isu Sunni-Syiah. (fna)