Rangkuman Berita Utama Timteng Kamis 28 Maret 2019

sistem-pertahanan-udara-suriahJakarta, ICMES: Sumber militer senior Suriah menyatakan bahwa sistem pertahanan udara Suriah telah menghadang serangan Rezim Zionis Israel yang ditujukan ke sejumlah posisi militer di kawasan Shaykh Najjar di timur laut Aleppo, Suriah.

Penduduk Suriah di beberapa kota, yaitu Quneitra, Aleppo, Tartous dan Hasakah menggelar unjuk rasa untuk menandai tekad mereka untuk menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan demi membela semua wilayah Suriah.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menilai keputusan Amerika Serikat mengakui kedaulatan Rezim Zionis Israel atas Dataran Tinggi Golan menyebabkan meningkatnya ketegangan di kawasan.

Kepala biro politik Hamas Ismail Haniyeh memastikan bahwa bangsa Palestina pantang menyerah di depan agresi Rezim Zionis Israel.

Gembong kelompok teroris ISIS Abu Bakar al-Baghdadi terus bergerak dan berpindah-pindah sembari menyamar di Suriah dan berusaha masuk ke Irak.

Berita selengkapnya:

Israel Lancarkan Serangan Rudal Ke Suriah

Sumber militer senior Suriah menyatakan bahwa sistem pertahanan udara Suriah telah menghadang serangan Rezim Zionis Israel yang ditujukan ke sejumlah posisi militer di kawasan Shaykh Najjar di timur laut Aleppo, Suriah, Rabu tengah malam waktu setempat (27/3/2019).

“Sekira pukul 23.00 Selasa malam sistem pertahanan udara Suriah mencegat serangan udara Israel ke beberapa posisi di kawasan industri di Shaykh Najjar di timur laut Aleppo, dan merontokkan beberapa rudal penyerang. Terjadi kerugian namun sebatas materi,” ungkap sumber anonim itu, seperti dikutip al-Al-Alam milik Iran.

Kantor berita resmi Suriah, SANA, melaporkan bahwa terdengar ledakan-ledakan kuat di sekitar Bandara Aleppo.

Beberapa sumber lokal juga mengatakan telah terjadi serangan udara ke kawasan Shaykh Najjar, dan ledakan di sekitar Bandara Aleppo terjadi pada gudang milik tentara Suriah dan sekutunya.

Televisi Suriah juga melaporkan rontoknya beberapa rudal Israel dalam peristiwa itu. (alalam/raialyoum)

Unjuk Rasa Rakyat Suriah Anti Pendudukan Israel Atas Golan Masuki Hari Kedua

Penduduk Suriah di beberapa kota, yaitu Quneitra, Aleppo, Tartous dan Hasakah menggelar unjuk rasa untuk menandai tekad mereka untuk menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan demi membela semua wilayah Suriah.

Aksi itu digelar sebagai kelanjutan aksi protes dan kutukan terhadap keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait Dataran Tinggi Golan yang diduduki oleh Rezim Zionis Israel.

Pada aksi di hari kedua secara berturut-turut unjuk rasa rakyat merata di beberapa kota Suriah.

Para mahasiswa di Quneitra, kota terdekat dengan wilayah pendudukan Golan, menegaskan tekad mereka untuk menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan demi membela setiap jengkal tanah Suriah dan menolak keputusan AS yang merugikan negara mereka.

Di Aleppo, Tartous, dan Hasakah, penduduk menggelar unjuk rasa akbar untuk memperlihatkan solidaritasnya kepada saudara-saudaranya setanah air di Golan di depan segala bentuk konspirasi Zionis dan rencana-rencana kotor yang menyasar Suriah sejak delapan tahun silam.

Penduduk Idlib yang ada di kota Hama juga turun ke jalan menggelar aksi demo mengecam keputusan Trump, dan menegaskan bahwa Golan adalah wilayah Arab Suriah, baik secara historis maupun komtemporer dan di masa mendatang. Mereka bersumpah bahwa wilayah pendudukan Golan tak bisa dinegosiasikan. (alalam)

Wasekjen PBB Kecam Keputusan AS Mengenai Dataran Tinggi Golan

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menilai keputusan Amerika Serikat (AS) mengakui kedaulatan Rezim Zionis Israel atas Dataran Tinggi Golan menyebabkan meningkatnya ketegangan di kawasan, dan  menekankan bahwa PBB menjalankan tugas dengan bertolak dari prinsip penghormatan atas integritas wilayah Suriah.

“Kita harus menghindari kesalahpahaman dan tindakan yang menyebabkan eskalasi. Dalam konteks ini, Sekjen telah menyinggung perkembangan situasi mengenai Golan Suriah yang diduduki, ” ungkap Wakil Sekjen PBB untuk Urusan Politik Rosemary DiCarlo pada sidang Dewan Keamanan PBB yang membahas situasi kemanusiaan di Suriah, Rabu (27/3/2019).

Dia melanjutkan, “Sikap PBB dalam masalah ini didasarkan pada keputusan Dewan Keamanan PBB dan Majelis Umum PBB… PBB akan melanjutkan tugasnya dengan bertolak dari penghormatan yang penuh kepada integritas dan kedaulatan Suriah.”

Kantor Sekjen PBB, António Guterres, telah berulang kali menyatakan bahwa sikap lembaga terbesar di dunia ini mengenai status hukum Golan Suriah yang diduduki tetap tidak berubah setelah Presiden AS Donald Rumsfeld mengakui kedaulatan Israel atas dataran tinggi itu.

Seperti diketahui, pada 25 Maret Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih, Washinton, di hadapan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menandatangani sebuah dekrit yang menegaskan pengakuan AS terhadap kedaulatan Israel atas Golan, wilayah Suriah yang diduduki Israel sejak tahun 1967.

Keputusan Trump itu bertentangan dengan semua resolusi internasional mengenai Golan, dan karena itu ditolak dan dikritik oleh PBB, Liga Arab, dan bahkan sekutu AS sendiri di Eropa dan lain-lain. (alalam)

Pemimpin Hamas Pastikan Palestina Pantang Menyerah Kepada Israel

Kepala biro politik Hamas Ismail Haniyeh memastikan bahwa bangsa Palestina pantang menyerah di depan agresi Rezim Zionis Israel.

“Rezim Pendudukan (Israel) tak dapat berilusi bahwa (agresi) itu dapat menghancurkan kehendak rakyat kami,” tegasHaniyeh, Rabu (27/3/2019).

Dia menyatakan bahwa Hamas telah memberikan pelajaran kepada Israel di tengah eskalasi kekerasan belakangan ini, dan Israel juga telah mendapat pesan itu.

“Kubu resistensi memiliki kata terakhir, dan Israel telah menerima pesan ini…  Saya berterima kasih kepada semua pihak yang membantu menghentikan arogansi Zionis di Jalur Gaza.”

Statemen tersebut dinyatakan Haniyeh  setelah dua malam berturut-turut Israel melakukan pemboman ke Jalur Gaza secara masif.

Haniyeh juga menyerukan warga Palestina di Gaza agar berpartisipasi dalam protes massa di sepanjang pagar yang memisahkan Jalur Gaza dari wilayah yang diduduki pada hari Sabtu mendatang untuk menandai peringatan tahun pertama aksi “al-Awdah” (Great March of Return) yang dimulai pada 30 Maret tahun lalu.

Lebih dari 260 warga Palestina gugur syahid di tangan pasukan Israel sejak demonstrasi anti-pendudukan dimulai di Jalur Gaza. Selain itu, lebih dari 26.000 warga Palestina menderita luka-luka. (presstv)

Al-Baghdadi Dikabarkan Berusaha Menyusup Ke Irak

Gembong kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (IS/ISIS/ISIL/DAESH) Abu Bakar al-Baghdadi terus bergerak dan berpindah-pindah sembari menyamar di Suriah. Demikian dilaporkan al-Sumaria dengan mengutip pernyataan kepala Kelompok Irak untuk Studi Strategis, Wathiq al-Hashemi, Rabu (27/3/2019).

Al-Hashemi menjelaskan bahwa pihak intelijen mengkonfirmasi bahwa al-Baghdadi berkeliaran bersama seorang pengemudinya yang berkebangsaan Irak dan satu orang lain yang tidak disebutkan kewarganegaraannya, dan ketiganya bersembunyi dan bergerak secara kontinyu.

Dia menepis semua berita mengenai tertangkapnya al-Baghdadi karena dia tidak bisa memasuki wilayah Irak, dan dia juga berada di kawasan yang jauh dari daerah Baghouz yang belakangan ini berhasil dibebaskan oleh Pasukan Demokrasi Suriah (SDF) dari pendudukan ISIS di Suriah timur.

Menurutnya, dia tidak meninggalkan Suriah namun berusaha masuk ke Irak.

“Orang-orang ini berusaha mencapai dataran Nineveh, wilayah lembah Houran, dan berusaha bergerak di daerah Tuzh Khurmato, Hawija dan Diyala, sebagai upaya untuk menunjukkan eksistensinya,” ujar Hashemi.

Dia memastikan bahwa ISIS sekarang sudah runtuh, tapi juga mengingatkan bahwa ini tidak berarti bahwa riwayat ISIS sudah tamat.

“Beberapa hari yang lalu kami mendapatkan gambar yang mengkonfirmasi keberadaan terowongan besar yang bahkan dapat dimasuki dan dilintasi mobil. Ini berarti bahwa organisasi ini menjaga sel-sel tidur yang bisa jadi jumlahnya lebih besar dari perkiraan,” terangnya. (raialyoum)