Rangkuman Berita Utama Timteng Kamis 23 Januari 2020

trump di davosJakarta, ICMES. Di tengah beredarnya laporan mengenai meningkatnya jumlah korban tentara AS yang terluka akibat gempuran rudal balistik Iran di Irak, Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa luka yang mereka derita tidaklah parah.

Pejabat kantor kepresidenan Iran Mahmoud Vaezi menyatakan bahwa Menteri Luar Negeri Oman Yusuf bin Alawi berkunjung ke Iran tanpa membawa surat apapun untuk pemerintah Iran.

Sebuah sumber politik Irak menyatakan bahwa penasehat politik di kepresidenan negara ini mengundurkan diri setelah Presiden Barham Salih mengadakan pertemuan dengan Presiden AS Donald Trump di sela-sela Forum Ekonomi Davos, Swiss.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi menyatakan bahwa tujuan AS membunuh Jenderal Qassem Soleimani ialah membatasi pengaruh dan eksistensi Iran di Timur Tengah, tapi justru kontraproduktif.

Berita selengkapnya:

Diminta Jujur, Trump Klaim Tentara AS Yang Terluka Akibat Rudal Iran Tidak Parah

Di tengah beredarnya laporan mengenai meningkatnya jumlah korban tentara AS yang terluka akibat gempuran rudal balistik Iran di Irak, Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa luka yang mereka derita tidaklah parah.

Dalam sebuah konferensi pers yang dijadwalkan secara tergesa di Davos, Swiss, Rabu (22/1/2020), ketika ditanya ihwal klaim dia sebelumnya bahwa sama sekali tidak ada korban di pihak tentara AS akibat serangan itu, sementara belakangan justru diloporkan bahwa ada belasan tentara AS yang terluka, termasuk didiagnosis gegar otak (concussion),  Trump menjawab bahwa mereka hanya “sakit kepala” dan lain-lain.

“Tidak, saya mendengar bahwa mereka sakit kepala (headache), dan beberapa hal lain, tetapi saya akan mengatakan, dan saya dapat melaporkan, itu tidak terlalu serius,” jawabnya Trump dengan acuh tak acuh, seperti dikutip dan digambarkan CNN.

Dia juga mengatakan, “Saya tidak menganggap mereka cedera yang sangat serius dibandingkan dengan cedera lain yang pernah saya lihat… Saya telah melihat apa yang telah dilakukan Iran dengan bom pinggir jalan mereka terhadap pasukan kami. … Saya telah melihat orang-orang yang terluka parah di daerah itu, dalam perang itu.”

Mengenai tentara yang dibawa untuk perawatan pada pekan lalu dia berkata lagi, “Tidak, saya tidak menganggap itu sebagai cedera parah, tidak.”

Pada awal bulan ini Trump mengklaim tidak ada korban setelah Iran pada 8 Januari menghujankan rudal-rudal balistiknya ke pangkalan yang menampung pasukan AS di Irak. Namun Pentagon pekan lalu mengungkapkan bahwa 11 tentara AS telah dievakuasi dari Irak dan dibawa ke rumah sakit di Jerman dan Kuwait untuk perawatan atas gegar otak yang mereka derita akibat serangan Iran ke Pangkalan Udara Ain Assad.

Selasa malam lalu beberapa tentara AS tambahan diterbangkan ke Jerman untuk evaluasi lebih cermat atas derita yang sama, namun jumlahnya secara persis tidak disebutkan.

“Dengan sangat hati-hati, para tentara telah dipindahkan ke Landstuhl, Jerman, untuk evaluasi lebih lanjut dan perawatan yang diperlukan. Mengingat sifat cedera yang sudah dicatat, ada kemungkinan cedera tambahan diidentifikasi di masa mendatang,” kata Urban seperti dikutip dari Associated Press, Rabu (22/1) (cnn/thehill)

Menlu Oman Berkunjung ke Iran  Tanpa Membawa Surat dari AS

Pejabat kantor kepresidenan Iran Mahmoud Vaezi menyatakan bahwa Menteri Luar Negeri Oman Yusuf bin Alawi berkunjung ke Iran tanpa membawa surat apapun untuk pemerintah Iran.

Vaezi menjelaskan bahwa kunjungan itu bertujuan antara lain memperluas hubungan bilateral sekaligus mendiskusikan berbagai isu regional, terutama keamanan kawasan Teluk Persia.

“Kerajaan Oman terletak di satu sisi Selat Hormuz sedangkan Iran terletak di sisi lainnya, karena itu kami memiliki kerjasama (dengannya) di berbagai bidang, bertolak dari idealisme yang telah kami utarakan bahwa negara-negara kawasan adalah pihak yang bertanggungjawab atas keamanannya sendiri. Dukungan kepada idealisme ini dan penguatan atasnya tidak akan terwujud tanpa dialog dan pertukaran pendapat,” terangnya, Rabu (23/1/2020).

Menteri Luar Negeri Oman berkunjung ke Iran dan tiba di Teheran Selasa lalu tanpa pemberitahuan sebelumnya, namun dipastikan tidak membawa surat pesan apapun dari AS, meskipun belakangan ini kerap disebut-sebut selalu membawa surat AS setiap kali terjadi eskalasi ketegangan antara Teheran dan Washington.

Saat mengikuti Forum Dialog Teheran Pada 8 Januari lalu Yusuf bin Alawi menyatakan “tidak ada mediasi antara AS dan Iran setelah peristiwa pembunuhan Qassem Soleimani”, dan “tak ada peluang untuk itu sekarang”.

Seperti diketahui, AS telah membunuh mantan komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) pada 3 Januari lalu, dan kemudian Iran membalas dengan merudal dua pangkalan militer AS di Irak pada 8 Januari lalu. (alalam)

Presiden Irak Jumpai Trump, Penasehatnya Pilih Mundur

Sebuah sumber politik Irak menyatakan bahwa penasehat politik di kepresidenan negara ini mengundurkan diri setelah Presiden Barham Salih mengadakan pertemuan dengan Presiden AS Donald Trump di sela-sela Forum Ekonomi Davos, Swiss.

Penasehat politik di kepresidenan, Ahmad al-Yasiri, mengajukan surat pengunduran diri dari jabatannya,” ungkap sumber itu, Rabu (22/1/2020).

Dia menambahkan, “Hal itu dilakukan menyusul pertemuan Presiden Barham Salih dengan Presiden AS Donald Trump.”

Trump dan Salih mengadakan pertemuan pada hari itu pula, dan keduanya membahas hubungan Washington-Baghdad serta keberadaan pasukan AS di Irak.

Dalam jumpa pers di Davos Salih menyebut jenderal Iran Qassem Soleimani yang dibunuh oleh AS sebagai simbol bagi sistem keamanan nasional Iran yang telah bersama pasukan Irak berjuang memerangi ISIS.

Ketika ditanya mengenai menguatnya pengaruh Iran di Irak jika tentara AS ditarik dari Irak dia mengatakan, “Kami bertetangga dengan Iran. Tak satupun orang Irak menghendaki kembalinya situasi konflik atau perang dengan Iran. Kami telah banyak berperang di masa lalu.”

Dia menambahkan bahwa Irak ingin menjalin hubungan baik dengan Iran yang disebutnya sebagai pemain besar geopolitik dan negara penting di kawasan.

Barham Salih mengadakan pertemuan dengan Trump meskipun sebelumnya telah mendapat ancaman akan diusir dari Baghdad oleh kelompok pejuang relawan Brigade Hizbullah Irak. (alalam)

Teheran: AS Bunuh Soleimani untuk Bendung Pengaruh Iran di Timteng

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi menyatakan bahwa tujuan AS membunuh mantan komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Mayjen Qassem Soleimani ialah membatasi pengaruh dan eksistensi Iran di Timur Tengah, tapi justru kontraproduktif.

“Terbunuhnya Komandan Soleimani merupakan tragedi besar, tapi berkah darah sosok syahid ini telah membangkitkan energi besar di dunia, telah terjadi unjuk rasa di berbagai kawasan dunia, termasuk di kawasan yang bahkan tak pernah kami bayangkan sebelumnya. Para pengunjuk rasa berkumpul di depan Kedutaan Besar AS secara spontan, sementara acara-acara belasungkawa yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar kami mendapat sambutan yang signifikan,” papar Mousavi, Rabu (22/1/2020).

Dia menambahkan, “Buah hasil pertama darah para syuhada kita saksikan di Irak ketika pemerintah dan rakyatnya menyatakan satu suara menuntut keluarnya pasukan AS, dan parlemen Irakpun menyetujui undang-undang yang didukung pula oleh pemerintah dan rakyat Iran serta menjadi perwujudan tuntutan seluruh bangsa regional untuk tidak lagi melihat kebercokolan asing di kawasan, baik militer maupun non-militer.”

Abbas Mousavi memastikan bahwa biang kerok kacaunya keamanan dan stabilitas serta maraknya konflik dan perpecahan di kawasan Timur Tengah adalah campur tangan asing, dan karena itu dia berharap langkah yang ditempuh oleh bangsa Irak untuk mengatasi masalah ini dapat membuahkan hasil.

Dia menekankan bahwa kasus pembunuhan Jenderal Soleimani dan rekan-rekannya itu juga ditindak lanjuti oleh Iran secara hukum, termasuk dengan melayangkan surat peringatan kepada Dewan Keamanan PBB, mengajukan pengaduan, dan memastikan pembunuhan itu sebagai serangan teror.

Dia juga menegaskan bahwa langkah pertahanan yang telah ditempuh oleh Iran dengan menyerang pangkalan-pangkalan militer AS di Irak merupakan tindakan membela diri sesuai pasal 51 Piagam PBB. (alalam)