Jakarta, ICMES. Media militer Hizbullah miris rekaman video operasi serangannya terhadap situs Al-Raheb , pemukiman Shotula di bagian utara wilayah pendudukan Palestina, dan pangkalan Tsnobar di wilayah pendudukan Golan Suriah.
Israel telah membunuh sedikitnya 50 warga Palestina dan melukai lebih dari 120 orang di Gaza ketika pasukan Zionis memerintahkan evakuasi baru di bagian tengah dan selatan wilayah tersebut.
Faksi pejuang Hamas dan Jihad Islam Palestina (PIJ) menegaskan komitmen keduanya kepada persyaratan kubu resistensi dalam pembuatan perjanjian apa pun dengan Israel. Persyaratan itu antara lain penghentian perang di Jalur Gaza, penarikan total tentara Israel, dimulainya rekonstruksi Jalur Gaza, dan diakhirinya blokade.
Berita selengkapnya:
Hizbullah Rilis Video Serangannya terhadap Militer Israel
Media militer Hizbullah miris rekaman video operasi serangannya terhadap situs Al-Raheb , pemukiman Shotula di bagian utara wilayah pendudukan Palestina, dan pangkalan Tsnobar di wilayah pendudukan Golan Suriah.
Video itu memperlihatkan serangan terhadap pangkalan Netzobar dengan puluhan roket, yang menyebabkan kerusakan parah pada pemukiman Katzrin, sebagaimana terlihat dalam rekaman video yang diambil oleh warga Zionis di wilayah pendudukan.
Video Hizbulah memperlihatkan situs Al-Raheb dan pemukiman Shtoula yang tepat terkena serangan rudal Burkan, seperti ditunjukkan dalam fotografi media militer Hizbullah.
Hizbullah juga mengumumkan pihaknya telah meggempur posisi pasukan artileri Israel di Al-Zaoura dengan rudal, yang juga tepat mengena sasaran.
Unit pasukan drone Hizbullah mengungkap ketidak mampuan sistem pertahanan udara Iron Dome menangkal serangan Hizbullah – yang menurut surat kabar Israel Yedioth Ahronoth, “mematikan”-, terutama dalam operasi serangan terbaru, yang menyasar pangkalan logistik Tsnobar, dan kemudian serangan terhadap permukiman Katzrin di wilayah pendudukan Golan Suriah.
Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa tiga drone penyerang berhasil mengatasi upaya tentara Israel menembak jatuh mereka, dan bahwa apa yang terjadi di wilayah udara Golan sebagai “pertempuran udara di Katzrin.”
Menurut surat kabar itu, Hizbullah telah melakukan lebih dari 1.200 operasi serangan drone sejak Hizbullah membuka front dukungan untuk Jalur Gaza dan perlawanannya pada 8 Oktober. (raialyoum)
Serangan Terbaru Israel di Gaza Gugurkan 50 Pengungsi Palestina
Israel telah membunuh sedikitnya 50 warga Palestina dan melukai lebih dari 120 orang di Gaza ketika pasukan Zionis memerintahkan evakuasi baru di bagian tengah dan selatan wilayah tersebut.
Badan Pertahanan Sipil Gaza pada hari Rabu (21/8) mengatakan sedikitnya empat orang gugur dan 18 lain menderita luka-luka dalam serangan terbaru Israel di Sekolah Salah al-Din, yang menampung pengungsi Palestina di Kota Gaza.
Juru bicara lembaga tersebut Mahmud Bassal mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa 10 orang yang terluka adalah anak-anak.
Seorang ayah mengatakan kepada AFP bahwa anaknya gugur dalam serangan itu saat sedang bermain di halaman sekolah. “Kami berlari untuk melihat dan melihat anak saya meninggal,” katanya tanpa menyebutkan namanya.
Dia menyoal, “Apa yang dilakukan anak ini hingga pantas menerima ini? Dia tidak punya rudal, tidak punya pesawat, tidak punya tank.”
Militer Israel dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa angkatan udara “melakukan serangan tepat terhadap teroris Hamas yang beroperasi di dalam pusat komando dan kendali” yang terletak di komplek sekolah.
“Operasi Hamas menggunakan kompleks itu sebagai tempat persembunyian dan pangkalan untuk merencanakan dan melaksanakan serangan terhadap pasukan dan Negara Israel,” klaim militer Israel sebuah pernyataan.
Israel telah menyerang lebih dari 500 sekolah dalam serangannya yang telah berlangsung selama 10 bulan di Gaza, sembari menuduh Hamas menggunakan gedung-gedung sekolah sebagai tempat persembunyian. Israel tak memberikan cukup bukti untuk mendukung tuduhannya itu, sementara Hamas membantahnya.
Di Bani Suheila, sebuah kota dekat Khan Younis di Gaza selatan, serangan udara Israel mengugurkan tujuh warga Palestina, dua di antaranya anak-anak dan lima wanita, di sebuah kamp tenda untuk para pengungsi, ungkap petugas medis.
Di Rafah, kru Pertahanan Sipil menemukan empat jenazah warga Palestina lainnya. Mereka adalah petani yang bekerja di dekat al-Mawasi yang terbunuh oleh tank Israel, yang menembaki mereka tanpa peringatan.
Militer Israel telah membunuh sedikitnya 40.223 warga Palestina di Gaza, menurut Kementerian Kesehatan wilayah tersebut. Kantor HAM PBB menyatakan bahwa sebagian besar korban gugur di Gaza adalah perempuan dan anak-anak. (aljazeera)
Hamas dan Jihad Islam Tegaskan Tak Ada Kesepakatan dengan Israel Tanpa Penarikan Pasukan Zionis
Faksi pejuang Hamas dan Jihad Islam Palestina (PIJ) menegaskan komitmen keduanya kepada persyaratan kubu resistensi dalam pembuatan perjanjian apa pun dengan Israel. Persyaratan itu antara lain penghentian perang di Jalur Gaza, penarikan total tentara Israel, dimulainya rekonstruksi Jalur Gaza, dan diakhirinya blokade.
Hal ini disampaikan dalam sebuah pernyataan yang dirilis Hamas pada Rabu malam (21/8), usai pertemuan yang dihadiri oleh ketua Dewan Syura Hamas, Muhammad Darwish, Sekretaris Jenderal gerakan Jihad Islam, Ziyad al-Nakhalah, dan wakilnya, Muhammad al-Hindi, tanpa menyebutkan lokasi pertemuan.
Disebutkan bahwa dalam pertemuan itu Hamas dan PIJ menekankan keharusan memastikan pengiriman bantuan kemanusiaan yang cepat ke Gaza, terlepas dari soal hasil negosiasi untuk penghentian perang.
Hamas menjelaskan bahwa para peserta menekankan “keharusan penghentian agresi dan perang (Israel) terhadap rakyat kami, dan penjatuhan hukuman kepada para pemimpin rezim pendudukan (Israel) atas kejahatan yang mereka lakukan terhadap kemanusiaan.”
Menurut pernyataan tersebut, pertemuan antara Hamas dan PIJ itu bertujuan meninjau “perkembangan di lapangan, keteguhan perlawanan, dan kemampuannya menyerang seluruh wilayah pendudukan Palestina.”
Mengenai perundingan gencatan senjata, para peserta meninjau “apa yang telah dicapai oleh perundingan tidak langsung, dan sikap rezim pendudukan yang menghalangi upaya para mediator untuk mencapai gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tawanan.”
Mereka menegaskan “pendirian kubu perlawanan dan rakyat Palestina bahwa setiap perjanjian harus mencapai penghentian agresi secara komprehensif, penarikan penuh (Israel) dari Jalur Gaza, dimulainya rekonstruksi, dan diakhirinya blokade, dengan kesepakatan pertukaran yang serius. ”
Mereka menganggap “para pemimpin rezim pendudukan bertanggung jawab kegagalan upaya para mediator (Qatar dan Mesir), karena bersikeras melanjutkan agresi dan menyangkal apa yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya, terutama proposal yang disetujui oleh Hamas tersebut pada tanggal 2 Juli tahun lalu. ”
Pertemuan Hamas dan PIJ terjadi setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa tentara tidak akan mundur dari poros Philadelphia di perbatasan dengan Mesir, dan poros Netzarim yang memisahkan utara dan selatan Jalur Gaza, sementara Presiden AS Joe Biden mengadakan panggilan telepon dengan Netanyahu pada Rabu malam, untuk membahas perkembangan negosiasi.
Dikutip surat kabar berbahasa Israel Maariv pada hari Selasa lalu, Netanyahu kepada perwakilan keluarga tawanan Israel di Gaza mengatakan, “Israel, dalam keadaan apa pun, tidak akan meninggalkan poros Philadelphia dan koridor Netzarim meskipun ada tekanan besar terhadap negara ini untuk melakukan hal tersebut.”
Israel dengan dukungan AS terus melancarkan perang dahsyat di Gaza sejak 7 Oktober 2023, yang sejauh ini telah menjatuhkan korban gugur dan luka sebanyak lebih dari 133.000 warga Palestina, yang sebagian besarnya anak-anak dan wanita, dan menyebabkan lebih dari 10.000 orang hilang, di tengah kehancuran besar-besaran dan kelaparan yang mematikan.
Israel meremehkan khalayak internasional dengan terus melanjutkan perang, mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB untuk segera menghentikannya, dan tak menggubris perintah Mahkamah Internasional untuk mengambil tindakan guna mencegah tindakan genosida dan memperbaiki situasi kemanusiaan yang membawa bencana di Gaza. (railayoum)