Rangkuman Berita Utama Timteng Kamis 2 Januari 2020

marinir AS di baghdadJakarta, ICMES. Kementerian Pertahanan AS, Pentagon, merilis pernyataan dan video pengerahan marinir AS untuk memperkuat sistem pengamanan Kedutaan Besarnya di Baghdad.

Pemimpin Besar Iran Grand Ayatullah Sayid Ali Khamenei mengutuk serangan udara AS terhadap Brigade Hizbullah Irak, yang berafiliasi dengan organisasi relawan besar Al-Hashd al-Shaabi.

Massa pengunjuk rasa anti-AS di Baghdad, ibu kota Irak, telah memindah aksi konsentrasinya dari sekitar Kedubes AS ke tempat lain.

Israel mengancam Iran dengan “kekuatan besar” jika negara republik Islam itu “menyeret” Israel  terkait dengan insiden penyerbuan Kedubes AS di Baghdad.

Berita selengkapnya:

AS Kerahkan Marinir ke Baghdad untuk Perkuat Keamanan Kedubesnya di Baghdad

Kementerian Pertahanan AS, Pentagon, merilis pernyataan yang menyebutkan bahwa AS mengerahkan pasukan marinirnya untuk memperkuat sistem pengamanan Kedutaan Besar (Kedubes)-nya di Baghdad, menyusul serangan massa demonstran sehari sebelumnya.

Melalui website-nya, Selasa (31/1/2020), Pentagon merilis pernyataan disertai rekaman video night vision penerbangan dan pendaratan beberapa pesawat MV-22 Ospreys di area Kedubes AS di Baghdad. MV-22 Ospreys adalah pesawat terbang militer tiltrotor sayap tinggi dengan kemampuan lepas landas dan pendaratan vertikal.

“Marinir datang dari Kuwait untuk memperkuat Kedubes AS di Baghdad,” bunyi pernyataan itu.

Komando Pusat Angkatan Bersenjata AS dalam sebuah pernyataan di hari yang sama menyebutkan,  “Pada tanggal 31 Desember, marinir AS -yang ditugaskan untuk misi Angkatan Udara dan Angkatan Laut Khusus untuk tujuan khusus dan menanggapi krisis di Irak- dikerahkan untuk meningkatkan keamanan di Kedubes AS dan menjamin keselamatan warga AS.”

Pentagon juga merilis penggalan video helikopter Apache AS yang terbang rendah di atas kawasan Kedubes tersebut serta menjatuhkan bom di sana pada Selasa malam.

Pengerahan marinir AS itu dilakukan beberapa jam setelah Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengumumkan bahwa Pentagon akan mengirim pasukan tambahan ke Baghdad untuk melindungi Kedubes AS, setelah massa pengunjuk rasa menyerangnya.

Esper menyatakan Pentagon akan mengirim “segera” sekitar 750 tentara tambahan ke Timur Tengah, “sebagai tanggapan atas peristiwa di Irak belakangan ini.”

Kawasan sekitar Kedubes AS di Baghdad pada hari Selasa dan Rabu pagi dilanda aksi konsentrasi dan unjuk rasa massa para simpatisan organisasi relawan Irak al-Hashd al-Shaabi.

Pada hari Selasa, aksi itu bahkan diwarnai pembakaran di pagar dan menara pengawas Kedubes AS, menyusul peristiwa serangan udara AS yang menggugurkan puluhan pejuang Irak anggota Brigade Hizbullah Irak, yang merupakan salah satu komponen utama al-Hashd al-Shaabi.

AS menuding Iran berada di balik serangan massa pengunjuk rasa tersebut, namun Iran membantahnya.

Rabu kemarin Kedubes AS mengumumkan penon-aktifan semua kegiatan konsulatnya sampai pemberitahuan selanjutnya. (railayoum)

Ayatullah Khamenei Kutuk Serangan Udara AS Terhadap Hizbullah Irak

Pemimpin Besar Iran Grand Ayatullah Sayid Ali Khamenei mengutuk serangan udara AS terhadap Brigade Hizbullah Irak, yang berafiliasi dengan organisasi relawan besar Al-Hashd al-Shaabi.

“Saya bersama pemerintah dan rakyat Iran mengutuk perlakuan keji AS ini,” ungkap Ayatullah Khameneni melalui akun resmi Twitter-nya, Rabu (1/1/2020), terkait serangan yang terjadi di daerah perbatasan Irak-Suriah pada Ahad malam lalu tersebut.

Menanggapi tuduhan AS bahwa Iran bermain di balik serangan massa pengunjuk rasa terhadap Kedutaan Besar AS di Baghdad, yang terjadi sehari sebelumnya, dia menyatakan bahwa Iran “ketika mengambil keputusan untuk menentang atau memerangi sebuah negara maka akan melalukannya secara terbuka.”

Sementara itu, kantor berita resmi Iran, IRNA, mengutip pernyataan Ayatullah Khamenei; “Lihatlah apa yang mereka (AS) lakukan di Irak dan Suriah. Mereka membalas dendam al-Hashd al-Shaabi yang telah menumpas ISIS.”

Pemimpin berserban hitam sebagai tanda keturunan Rasulullah saw ini juga menyebutkan, “Bangsa-bangsa Suriah, Irak, dan Afghanistan muak terhadap AS, dan kemuakan ini merupakan akibat yang wajar dari tindakan-tindakan politik dan keamanan AS di kawasan.”

Dia menilai apa yang terjadi belakangan ini di Irak sebagai “hasil kemuakan bangsa Irak terhadap AS”. Dia juga menyatakan “Washington bertindak lugu dan tak tahu malu ketika memandang kemarahan orang-orang Irak terhadapnya sebagai perbuatan Iran”. (raialyoum)

Massa di Baghdad Pindah Lokasi Unjuk Rasa Anti-AS

Massa pengunjuk rasa anti-AS di Baghdad, ibu kota Irak, telah memindah aksi konsentrasinya dari sekitar Kedubes AS ke tempat lain. Brigade Hizbullah Irak menyatakan bahwa pemindahan itu dilakukan setelah ada proses penetapan undang-undang pengeluaran pasukan AS dari Irak.

“Kami berterima kasih kepada rakyat yang mulia atas sikap epik mereka dalam menghinakan Kedubes terbesar kejahatan dan mata-mata. Kami merespon seruan kepala pemerintahan, Adil Abdul-Mahdi, untuk memindah lokasi dengan imbalan pelaksanaan proses yang serius untuk penetapan undang-undang pengeluaran pasukan asing, ” ungkap Brigade Hizbullah Irak, Rabu.

Kelompok pejuang ini menambahkan bahwa pihaknya akan mengawal proses tersebut pada minggu mendatang.

Seperti diketahui, kawasan sekitar Kedubes AS di Baghdad pada hari Selasa dan Rabu pagi dilanda aksi konsentrasi dan unjuk rasa massa para simpatisan organisasi relawan Irak al-Hashd al-Shaabi, menyusul serangan udara AS yang menjatuhkan puluhan korban tewas dan luka anggota relawan Brigade Hizbullah Irak.   (raialyoum)

Israel Mengancam Iran Terkait Pembakaran Kedubes AS di Irak

Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz mengancam Iran dengan “kekuatan besar” jika negara republik Islam itu “menyeret” Israel  terkait dengan insiden penyerbuan Kedubes AS di Baghdad.

“Iran melakukan kesalahan besar dengan mencoba melukai diplomat AS di Irak. Kami menyerukan kepada masyarakat internasional untuk berdiri teguh melawan kejahatan rezim pembunuh di Teheran,” tegas Katz dalam sebuah wawancara dengan Army Radio, Rabu (1/1/2020).

Dia mengaitkan insiden di Baghdad itu dengan apa yang disebutnya serangan terhadap misi-misi diplomatik di seluruh dunia, termasuk pemboman kedutaan Israel di Buenos Aires yang menewaskan 29 orang pada tahun 1992 dan Hizbullah Libanon dia tuding sebagai pelakunya.

Dia mengklaim Iran berkemungkinan menyerang kepentingan Israel berikutnya, meskipun dia mengakui kemungkinan itu kecil.

“Ada kemungkinan – peluangnya tidak tinggi, tetapi itu ada – bahwa Iran dapat membahayakan Israel dan menyeret kita ke ini,” ujarnya.

Dia kemudian menegaskan, “Pasti jelas bagi mereka bahwa kita akan merespons dengan kekuatan besar terhadap serangan apa pun.”

Ancaman ini dia nyatakan karena dalam peristiwa sebuan ke Kedubes AS di Baghdad yang terjadi pada Selasa lalu massa demonstran Irak juga meneriakkan yel-yel anti Israel.

“Jika Iran berusaha melibatkan kami dalam masalah ini, setelah para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan kematian bagi Israel, maka kami akan meresponnya dengan kekuatan besar. Saya sarankan kepada Iran untuk tidak menguras kesabaran kami,” ancamnya.

Mengenai bagaimana bentuk respon Israel, dia mengatakan, “Saya mengusulkan reaksi balasan di dalam Iran sendiri, bukan di Irak ataupun Suriah.” (timesofisrael/raialyoum)