Rangkuman Berita Utama Timteng  Kamis 14 Oktober 2021

Jakarta, ICMES. Militer Iran menggelar latihan perang besar-besaran di kawasan gurun di bagian tengah negara ini dengan melibatkan satuan-satuan pasukan elit pertahanan udara Angkatan Bersenjata dan Korps Garda Revolusi Islam IRGC selama dua hari.

Amerika Serikat mengisyaratkan penggunaan opsi militer terhadap Iran jika jalur diplomasi gagal mencegah Teheran dari memiliki senjata nuklir.

Perdana Menteri Pakistan Imran Khan menyambut kunjungan Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran Mayjen Mohammad Bagheri,  dan menyebut perbatasan bersama Pakistan-Iran sebagai perbatasan perdamaian dan persahabatan.

Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab Abdullah Bin Zayed Al-Nahyan menyatakan negaranya tidak menghendaki kemunculan “Hizbullah baru” di Yaman, mengacu pada kelompok pejuang Ansarullah (Houhti).

Berita Selengkapnya:

Gelar Latihan Perang, Iran Sukses Ujicoba Sistem-Sistem Pertahanan Udara Buatannya

Militer Iran menggelar latihan perang besar-besaran di kawasan gurun di bagian tengah negara ini dengan melibatkan satuan-satuan pasukan elit pertahanan udara Angkatan Bersenjata dan Korps Garda Revolusi Islam IRGC selama dua hari, Rabu-Kamis (12-13/10).

Dalam latihan ini untuk pertama kalinya mereka menggunakan berbagai sistem pertahanan udara canggih buatan dalam negeri, termasuk sistem Khatam dan sistem Joshan, serta mengoperasikan radar Quds buatan dalam negeri, yang berkemampuan mendeteksi target dari jarak jauh.

Latihan perang bersandi “Guardians of Velayat Sky” itu sukses menguji coba dua sistem pertahanan udara jenis Khatam dan Joshan dalam simulasi perlindungan atas tempat-tempat sensitif dan penting setelah tembakan rudal-rudalnya tepat menghantam “target-target penyerang”.

Dua sistem Majid dan Dezful digunakan dan diujicoba membidik rudal-rudal jelajah dan merontokkan target-target yang telah ditentukan dengan tembakanberpresisi tinggi, sebagaimana dua sistem Sayyad dan Talash juga berhasil menghancurkan target-taget penyerang pada ketinggian menengah. 

Untuk pertama kalinya pula, sistem radar “Quds” buatan dalam negeri milik Pasukan Dirgantara IRGC diluncurkan dan berhasil mendeteksi target pada jarak lebih dari 500 kilometer di ketinggian lebih dari 90,000 kaki.

Latihan perang itu juga menggunakan rudal-rudal bersayap untuk pertama kalinya, sementara satuan-satuan pertahanan udara tampil dengan teknologi dan taktiknya dalam peperangan elektronik dan siber serta menguji kemampuannya mengacaukan radar-radar musuh dan instalasi-instalasi pelacaknya. 

Komandan Pasukan Dirgantara IRGC Brigjen Amir Ali Hajizadeh menyatakan bahwa semua sistem yang digunakan dalam latihan perang ini adalah buatan Iran sendiri, yang produksi dan pengembangannya diawasi oleh para pemuda elit intelektual Iran.

Sementara Komandan Umum IRGC Mayjen Hossein Salami menyatakan bahwa apa yang sukses dilakukan dalam latihan perang ini merupakan gambaran modern dan maju di semua bidang pertahanan udara terhadap segala skenario tak terduga.

Dia mengatakan bahwa melalui pengembangan sistem-sistem pertahanan udara yang sangat canggih itu Angkatan Bersenjata dan IRGC akan menjadi salah satu pasukan pasukan paling maju di dunia, dan siap sepenuhnya melindungi angkasa Iran serta memberikan respon yang telak terhadap agresi musuh. (alalam)

AS Isyaratkan Opsi Militer terhadap Iran Jika Jalur Diplomasi Gagal

Amerika Serikat (AS) mengisyaratkan penggunaan opsi militer terhadap Iran jika jalur diplomasi gagal mencegah Teheran dari memiliki senjata nuklir.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam konferensi pers bersama sejawatnya dari Israel Yair Lapid dan Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab Sheikh Abdullah Bin Zayed Al Nahyan di Kementerian Luar Negeri AS di Washington, Rabu (13/10), menyatakan bahwa Washington memandang solusi diplomatik sebagai solusi terbaik untuk mencegah Iran dari senjata nuklir.

Tapi dia lantas memberikan isyarat yang lebih besar dari sebelumnya bahwa kesabaran AS sudah hampir habis setelah Iran sejak Juni lalu menangguhkan perundingan menuju pemulihan perjanjian nuklir Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) yang diteken Iran bersama sejumlah negara besar dunia pada tahun 2015.

“Kami terus percaya bahwa diplomasi adalah cara paling efektif untuk melakukan itu, tapi dibutuhkan dua pihak untuk terlibat dalam diplomasi, dan kami belum melihat dari Iran kesediaan untuk melakukan itu pada saat ini,” kata Blinken.

Menanggapi isyarat dari Lapid mengenai penggunaan kekuatan militer terhadap Iran, Blinken mengatakan, “Kami siap mengandalkan opsi-opsi lain jika Iran tidak mengubah jalurnya.”

Lapid kemudian balik menanggapi pernyataan Blinken dengan mengatakan, “Saya kira seluruh dunia mengerti apa itu opsi-opsi lain.”

Dia menambahkan, “Menteri Luar Negeri Antony Blinken dan saya adalah orang yang sama-sama selamat dari Holocaust. Kami menyadari bahwa ada  waktunya di mana PBB harus menggunakan kekuatan untuk melindungi dunia dari kejahatan… Israel mempertahankan haknya untuk bergerak kapanpun dan dengan cara apapun.”

Dalam kunjungan ke Washington, Lapid berusaha mendesak pemerintahan Biden untuk menyiapkan “rencana alternatif” jika jalur diplomasi dengan Iran gagal. AS lantas mulai berbicara lebih jauh mengenai keharusan menyiapkan rencana alternatif dalam isu nuklir Iran. (raialyoum/cnn)

Dikunjungi Komandan Militer Iran, PM Pakistan Puji Dukungan Iran kepada Jammu dan Kashmir

Perdana Menteri Pakistan Imran Khan menyambut kunjungan Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran Mayjen Mohammad Bagheri, Kamis (13/10), dan menyebut perbatasan bersama Pakistan-Iran sebagai perbatasan perdamaian dan persahabatan.

Terkait pertemuan tersebut, Kantor Perdana Menteri Pakistan telah memosting beberapa pernyataan di Twitter dan menyebutkan penekanan Imran Khan atas perlunya pengembangan hubungan bilateral Pakistan-Iran.

Menurut pernyataan itu, Imran Khan menyinggung pertemuannya sebelum dengan Presiden Iran Ebrahim Raisi di Dushanbe, ibu kota Tajikistan, di sela-sela konferensi Organisasi Kerjasama Shanghai, dan menyebutnya sebagai sebagai satu lompatan untuk penguatan hubungan bilateral, termasuk di bidang perdagangan serta kerjasama ekonomi dan energi.

Lebih jauh, Imran Khan memuji dukungan kuat Iran dalam konflik Jammu dan Kashmir antara Pakistan dan India, terutama dukungan langsung dari Pemimpin Besar Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei.

“Penduduk Kashmir menantikan suara kencang Iran  untuk mendukung urusan keadilan mereka,” ungkapnya.

Mengenai Afghanistan, dia menekankan bahwa Pakistan dan Iran sebagai dua negara tetangga Afghanistan berperan langsung dalam upaya penegakan perdamaian dan stabilitas di Afghanistan.

Mayjen Bagheri pada hari itu juga mengadakan pertemuan dengan sejawatnya dari Pakistan Mayjen Nadim Reza dan Komandan Angkatan Bersenjata Pakistan Jaweed Bajwa. (alalam)

Menlu Emirat: Houthi No, Israel Yes

Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab Abdullah Bin Zayed Al-Nahyan menyatakan negaranya tidak menghendaki kemunculan “Hizbullah baru” di Yaman, mengacu pada kelompok pejuang Ansarullah (Houhti).

Hal itu diungkapkan oleh Al-Nahyan dalam konferensi pers bersama dengan sejawatnya dari AS, Antony Blinken, dan sejawatnya dari Israel, Yair Lapid, Rabu (13/10), sembari mengaku puas atas hubungan negaranya yang terus berkembang dengan Israel.

“Emirat merasa puas atas hubungannya yang terus berkembang dengan Israel,” ujarnya.

Dalam konteks ini dia mengaku bahwa dalam waktu dekat ini akan berkunjung ke negara Zionis ilegal penjajah Palestina tersebut.

Mengenai isu perdamaian di Timur Tengah, dia mengatakan bahwa perdamaian tak dapat dibicarakan tanpa dialog antara Israel dan Palestina. (raialyoum)