Jakarta, ICMES. Surat kabar Amerika Serikat (AS) Wall Street Journal (WSJ) melaporkan bahwa tujuan tentara Israel, yaitu menumpas Hamas atau melumpuhkan kemampuan faksi ini menyerang Israel, “masih sulit dijangkau”.
Kepala Biro Politik gerakan Hamas, Ismail Haniyeh, menyatakan pertempuran di Jalur Gaza “mendekati akhir yang terhormat” berkat keteguhan orang-orang Palestina di Jalur Gaza dan kegagah beranian para pejuang mereka.
Anggota biro politik gerakan Ansarullah Yaman, Abdul Malik Al-Ajri, menegaskan bahwa sendainyapun armada laut di dunia ini dikerahkan di Laut Merah, “mereka tidak akan membawa keamanan bagi Israel”.
Berita Selengkapnya:
Media AS: IDF Masih Jauh dari Keberhasilan Melumpuhkan Hamas
Surat kabar Amerika Serikat (AS) Wall Street Journal (WSJ) melaporkan bahwa kekalahan Israel baru-baru ini di medan perang di Gaza menunjukkan bahwa tujuan yang segalanya bagi tentara Israel, yaitu menumpas Hamas atau melumpuhkan kemampuan faksi ini menyerang Israel, “masih sulit dijangkau,” bahkan di bagian utara Jalur Gaza sekalipun, yang telah menjadi fokus utama aksi militer Israel sejak awal perang.
Laporan tersebut menyatakan bahwa peningkatan jumlah kematian tentara Israel “mencerminkan pergeseran taktik perang militer,” dengan fokus yang lebih besar pada pertempuran perkotaan dan darat.
Mengutip pernyataan mantan pejabat intelijen Israel, Shalom Ben Hanan, WSJ menyebutkan; “Berperang dari rumah ke rumah dan memeriksa segala sesuatunya dari dekat alih-alih menghancurkannya dari jauh, harus dibayar mahal oleh pasukan Israel. Di dalam kalangan militer dan keamanan, beberapa orang mulai meragukan strategi tersebut”.
Ben Hanan mengaku “sudah mendengar kritik bahwa segala sesuatunya tidak baik, dan kita harus berperang secara berbeda, kita harus berperang dengan cara yang lebih aman bagi tentara Israel.”
WSJ melaporkan demikian setelah tentara Israel pada hari Rabu (13/12), mengumumkan tewasnya 10 tentara, sebagian besar dari mereka adalah perwira, termasuk seorang komandan divisi di Brigade Golani, dan seorang komandan berpangkat kolonel di Brigade Yiftah, dalam penyergapan Brigade Al-Qassam di Shujaiya, Gaza, yang juga melukai 21 tentara Zionis dalam pertempuran di Gaza selama 24 jam terakhir.
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Herzi Halevy, mengatakan bahwa insiden Shujaiya adalah “kejam, dan apa yang terjadi kemarin sangatlah berat.”
Secara terpisah, komandan IDF di wilayah selatan, Mayjen Yaron Winkelman, mengevaluasi situasi bersama para komandan brigade di lapangan, dan kemudian mengatakan kepada para prajurit Brigade Golani, yang menghadapi serangan para pejuang Palestina di lingkungan Shujaiya, bahwa harga yang harus dibayar memang sangat tinggi dan terdapat tantangan besar.
Surat kabar Israel Yedioth Ahronoth mengutip pernyataan sumber-sumber militer bahwa “pertempuran di Shujaiya sangat berdarah,” dan menekankan “tidak mungkin menghancurkan batalion Shujaiya yang berafiliasi dengan Hamas dengan melakukan pemboman dari udara.”
Sementara itu, hasilh jajak pendapat di kalangan warga Palestina, yang dilakukan oleh Associated Press (AP) selama masa perang dan diterbitkan pada hari Rabu, menunjukkan peningkatan dukungan kepada Hamas dan penolakan yang sangat besar terhadap Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
Survei AP dilakukan mulai 22 November hingga 2 Desember dengan melibatkan 1.231 orang di Tepi Barat dan Gaza.
Para pekerja survei melakukan 481 wawancara pribadi dengan warga Palestina di Gaza selama gencatan senjata, yang berlangsung selama seminggu dan berakhir pada 1 Desember.
44% responden di Tepi Barat mengaku mendukung Hamas, padahal hanya 12% yang mengaku demikian pada bulan September. Di Gaza, Hamas mendapatkan dukungan dari 42% responden, sedikit meningkat dari 38% pada tiga bulan lalu.
Pada saat yang sama, 57% responden di Gaza dan 82% di Tepi Barat meyakini Hamas benar dalam melancarkan serangan pada bulan Oktober, menurut jajak pendapat tersebut.
Jajak pendapat itu juga menunjukkan bahwa 88% responden menginginkan Abbas mengundurkan diri, meningkat 10 poin persentase dari tiga bulan lalu, dan di Tepi Barat, 92% menyerukan pengunduran dirinya. (almayadeen)
Ismail Haniyeh: Perang di Gaza Mendekati Akhir yang Terhormat
Kepala Biro Politik gerakan Hamas, Ismail Haniyeh, menyatakan pertempuran di Jalur Gaza “mendekati akhir yang terhormat” berkat keteguhan orang-orang Palestina di Jalur Gaza dan kegagah beranian para pejuang mereka.
Haniyeh dalam pernyataannya pada Rabu malam (13/12) memastikan kubu pejuang di Jalur Gaza “kuat dan solid,” sementara rezim pendudukan Israel “akan lenyap”.
Menurutnya, perjuangan faksi-faksi resistensi Palestina di Gaza menciptakan interaksi yang “memiliki masa depan, dan aliansi musuh justru mulai dipertaruhkan.”
Haniyeh juga mengingatkan bahwa bangsa Palestina di seluruh wilayah keberadaan mereka “masih menjadi sasaran pendudukan,” dan karena itu dia menyerukan umat di negara-negara Arab dan Islam untuk memperluas ruang kerja mereka demi perjuangan Palestina.
Haniyeh menegaskan, “Musuh, Israel, akan membayar harga atas kejahatannya. Kepahlawanan Brigade Al-Qassam dan kubu resistensi terlihat jelas dalam konfrontasi dan menimbulkan kerugian besar pada musuh, yang terakhir terjadi pada Shuja’iyya dan Jabalia.”
Dia menambahkan, “Pertempuran Badai Al-Aqsa memberikan pukulan telak terhadap rezim pendudukan, dan mengguncang entitas serta para petinggi militer dan politiknya.”
Terkait solidaritas dan gerakan kerakyatan melawan agresi Israel terhadap Gaza, Haniyeh berterima kasih kepada seluruh pihak yang mendukung penghentian agresi tersebut dan menuntut pencabutan blokade Jalur Gaza dari luar Palestina.
Haniyeh mengapresiasi sikap Sekjen PBB Antonio Guterres atas pesannya kepada Dewan Keamanan PBB, yang menyambut baik resolusi Majelis Umum PBB pada Selasa lalu. Resolusi ini menyerukan gencatan senjata secepatnya di Jalur Gaza, yang telah menjadi sasaran agresi Israel selama lebih dari 65 hari.
Haniyeh juga menekankan bahwa setiap pertaruhan mengenai pengaturan di Gaza atau masalah Palestina tanpa Hamas atau kubu resistensi adalah ilusi dan fatamorgana belaka.
Israel masih melanjutkan agresinya di Jalur Gaza sembari terus memblokadenya sehingga semua kebutuhan hidup mengalami krisis, dan semua fasilitas vital telah dihancurkan oleh serangan brutal Israel, yang sejauh ini telah mengakibatkan kematian lebih dari 18.600 warga Palestina, dan terlukanya lebih dari 50.000 orang. (almayadeen)
Ansarullah Yaman: Kerahkanlah Semua Armada Dunia, Laut Merah Tetap Takkan Aman bagi Israel
Anggota biro politik gerakan Ansarullah Yaman, Abdul Malik Al-Ajri, menegaskan bahwa sendainyapun armada laut di dunia ini dikerahkan di Laut Merah, “mereka tidak akan membawa keamanan bagi Israel”.
Al-Ajri menegaskan demikian pada Rabu malam (13/12) sembari mengingatkan bahwa tidak ada cara untuk mencegah perluasan eskalasi kecuali dengan penerapan gencatan senjata permanen di Gaza.
“Kalaupun armada laut di dunia ini berkumpul di Laut Merah, mereka tidak akan membawa keamanan bagi Israel atau kapal-kapal Israel atau mereka yang menuju Israel,” tandasnya.
Dia menegaskan bahwa satu-satunya jalan untuk pulihnya ketenangan di Laut Merah adalah pulihnya ketenangan di Jalur Gaza.
Secara terpisah, Wakil Menteri Luar Negeri Yaman kubu Sanaa, Hussein Al-Azzi, mengatakan bahwa pasukan Yaman siap berkonfrontasi langsung dengan pasukan Zionis Israel di laut.
“Kami berharap dapat terjadi bentrokan dengan pasukan Israel di laut, secara tatap muka dan di bawah kamera,” ungkap Al-Azzi di platform X, Rabu.
Dia juga menegaskan, “Semua makna kemanusiaan menuntut pemberian pelajaran terhadap pembunuhan anak kecil dalam bentuk yang menetapkan batas bagi praktik jahat terhadap kemanusiaan di Gaza.”
Hussein Al-Azzi menambahkan,”Mereka menghalangi hak-hak paling dasar, termasuk hak mendapatkan air. Kebengisan kaum Zionis telah mencemarkan citra kemanusiaan.” (alalam)