Rangkuman Berita Utama Timteng  Kamis 1 Oktober 2020

normalisasi arab-israelJakarta, ICMES. Surat kabar The Wall Street Journal (WSJ) mengutip pernyataan seorang anggota keluarga penguasa Kuwait bahwa dia memperkirakan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) akan berusaha menekan Kuwait agar menormalisasi hubungan dengan Israel.

Seorang pemuda asal Suriah di Azerbaijan mengaku dikirim ke negara yang sedang berkonfrontasi dengan Armenia ini tanpa pelatihan maupun kesadaran akan terlibat dalam kecamuk perang.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh menepis keras dugaan adanya pengiriman kargo senjata ke Armenia melalui Iran.

Kapal kedua dari tiga kapal tanker Iran telah memasuki perairan Venezuela dengan muatan bahan bakar untuk negara Amerika Latin yang menderita krisis minyak akibat sanksi Amerika Serikat AS) tersebut.

Berita selengkapnya:

WSJ: Sepeninggal Emir, Kuwait Mendapat Tekanan agar Menormalisasi Hubungan dengan Israel

Surat kabar The Wall Street Journal (WSJ) mengutip pernyataan seorang anggota keluarga penguasa Kuwait bahwa dia memperkirakan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) akan berusaha menekan Kuwait agar menormalisasi hubungan dengan Israel.

“Kuwait selama beberapa dekade memetakan jalur netral dalam banyak konflik Timur Tengah yang sulit diselesaikan, tapi kematian Emirnya, seorang veteran diplomat, meninggalkan dilema apakah akan menormalisasi hubungan dengan Israel atau tidak tanpa pendirian negara untuk Palestina,” ungkap WSJ.

Belum lama ini terjadi pertemuan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan putra sulung Syeikh Sabah, mantan menteri pertahanan dan kandidat utama putra mahkota. Usai pertemuan itu Trump menyebut Kuwait akan menjadi negara berikutnya yang menjalin hubungan resmi dengan Israel.

Namun demikian, Perdana Menteri Kuwait Sabah Al-Khalid Al-Sabah setelah seminggu berada di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menegaskan kembali desakan Kuwait bahwa perdamaian dengan Palestina harus mendahului normalisasi rezim Zionis itu dengan dunia Arab.

“Kuwait menginginkan posisi netral. Itu tidak akan mendukung dan memuji apa yang terjadi, tetapi juga tidak akan mengkritiknya,” lanjutnya.

Menurut WSJ, kabel WikiLeaks tahun 2008 mengindikasikan bahwa Syekh Sabah Al-Ahmad Al-Sabah mempercayakan putranya, yang saat itu menjabat kepala istana, untuk “memelihara hubungan kontak rahasia dengan seorang pejabat Israel berkewarganegaraan ganda yang berkedudukan di tempat lain di Teluk.” (rta)

Miris, Kisah Ratusan Pemuda Suriah Dikirim ke Azerbaijan Tanpa Sadar untuk Menantang Maut

Seorang pemuda asal Suriah di Azerbaijan mengaku dikirim ke negara yang sedang berkonfrontasi dengan Armenia ini tanpa pelatihan maupun kesadaran akan terlibat dalam kecamuk perang.

Dalam wawancara dengan lembaga penyiaran Inggris BBC yang dikutip oleh RT Arabic, Rabu (30/9/2020), pria Suriah yang menggunakan nama samaran “Abdullah” itu mengaku bertempur di Azerbaijan melawan pasukan Armenia, namun “merasa tertipu” dan menjadi “semacam orang buangan”.

Menurut pria itu, dia semula tidak mengetahui dikirim ke Azerbaijan untuk berperang, dan dia adalah satu di antara ratusan orang Suriah berusia maksimal 30 tahun yang dikerahkan untuk berperang di Azerbaijan, namun tanpa mendapat pelatihan terlebih dahulu.

BBC menyebutkan bahwa mereka dikirim “dengan sepengetahuan tentara Turki dan oposisi Suriah, Pasukan Nasional, yang bersekutu dengannya”.

Abdullah mengaku setuju menjalankan “suatu tugas di Azerbaijan dengan upah bulanan US$ 2000 demi memperbaiki kesejahteraan hidup diri dan keluarganya” namun “ tidak mengetahui (tugas) apa yang menantinya di sana”, dan saat itu masih belum meletus perang antara Azerbaijan dan Armenia.

Abdullah menceritakan secara detail perjalanannya dari Suriah menuju Azerbaijan melalui Turki manakala dia hanya tahu sebatas tugas “menjaga titik-titik militer di perbatasan”.

Abdullah memastikan bahwa orang-orang Suriah yang dikirim ke Azerbaijan itu belum menerima pelatihan militer untuk pertempuran, dan mereka sontak terkejut ketika tersiar berita pecahnya perang antara Azerbaijan dan Armenia.

“Mereka memasukkan kami ke dalam mobil pengangkut pasukan, kami mengenakan seragam Azeri, dan masing-masing kami dipersenjatai dengan satu senjata Kalashnikov,” kisahnya.

Dia menambahkan, “Sebagian besar orang di sini adalah warga sipil miskin yang berharap uang, bukan tentara.  Ketika mobil berhenti kami terkejut karena kami ternyata berada di front tempur, sementara kami bahkan tidak tahu di mana musuh berada.”

Abdullah mengatakan bahwa teman-temannya mulai menangis dan meminta dipulangkan ketika pengeboman dimulai.

“Bom jatuh di samping kami, empat orang Suriah tewas dan tiga lainnya terluka… Saya melihat 10 jenazah orang Suriah, sementara 70 lainnya terluka, tanpa layanan kesehatan yang memadai,” ungkapnya.

Abdullah, yang berkomunikasi dengan BBC melalui media sosial, menutup kisahnya dengan mengatakan; “Setelah dimulainya perang, kami mencoba memberi tahu para komandan di sini bahwa kami ingin kembali ke Suriah, tetapi mereka mencegah kami, mengancam kami dengan hukuman penjara yang lama jika kami tidak pergi berperang di garis depan. Kami menjadi seperti orang buangan.”

Dilaporkan bahwa pemerintah Armenia menuduh Turki mengerahkan 4000 militan Suriah ke Azerbaijan, namun otoritas Azerbaijan membantahnya.

Kabar mengenai pengiriman militan yang direkrut dan dikirim Turki ke Azerbaijan tersebar luas, namun belum j ada keterangan resmi dari pihak mana pun. (rta)

Teheran Bantah Dugaan Pengiriman Senjata ke Armenia via Iran

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh menepis keras dugaan adanya pengiriman kargo senjata ke Armenia melalui Iran.

“Transit barang non-militer konvensional antara Iran dan negara-negara tetangga adalah normal,” kata Khatibzadeh, seperti dikutip Fars, Selasa (29/9/2020).

Dia memastikan Teheran tidak akan pernah mengizinkan pengiriman senjata melalui wilayah Iran.

Pada awal September lalu Kedutaan Besar Iran untuk Azerbaijan juga membantah dugaan yang berasal dari media Azerbaijan bahwa ada pengiriman senjata Rusia ke Armenia melalui Iran.

Misi diplomatik Iran di Baku menekankan bahwa spekulasi media lokal Azeri mengenai pengiriman senjata Rusia melalui pintu perbatasan Nurduz, Iran, tidak berdasar.

“Tuduhan itu dibuat oleh kelompok-kelompok bermusuhan yang menentang dekatnya hubungan antara Iran dan Republik Azerbaijan. Mereka bertujuan mengganggu kerjasama dan hubungan persahabatan antara kedua negara, ” ungkap kedutaan itu.  (fna)

Terus Tantang AS, Kapal Tanker Iran Masuk lagi ke Venezuela

Kapal kedua dari tiga kapal tanker Iran telah memasuki perairan Venezuela dengan muatan bahan bakar untuk negara Amerika Latin yang menderita krisis minyak akibat sanksi Amerika Serikat AS) tersebut.

Menurut data pelacakan kapal tanker di Refinitiv Eikon, Rabu (30/9/2020), kapal “Fortune” yang mengibarkan bendera Iran memasuki perairan zona ekonomi eksklusif Venezuela pada pukul 05:45 GMT, mengikuti rute yang sama dengan kapal “Forrest” yang berlabuh di pelabuhan El Palito, Venezuela, pada Senin lalu untuk menurunkan muatan minyaknya.

Kapal tanker ketiga Iran, “Faxon”, diperkirakan tiba pada akhir pekan ini untuk menuntaskan suplai sekitar 820.000 barel bensin Iran dan bahan bakar lainnya ke Perusahaan Minyak Nasional Venezuela. Faxon terdata sedang mengarungi Samudera Atlantik tanpa masalah.

Pengiriman minyak Iran ini merupakan tantangan baru terhadap sanksi AS yang dijatuhkan terhadap Venezuela dan Iran. Teheran dan Caracas tahun ini memperkuat kerjasama dengan meningkatkan volume perdagangan bilateral yang meliputi minyak mentah, kondensat, komponen kilang, emas, dan bahan makanan. (raialyoum)