Rangkuman Berita Utama Timteng Jumat 7 Oktober 2022

Jakarta, ICMES. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengaku bisa bertemu dengan Presiden Suriah Bashar Assad ketika waktunya yang tepat tiba.





Rezim Zionis Israel mengaku siap menghadapi konfrontasi potensial dengan Hizbullah setelah menolak apa yang disebutnya peningkatan tuntutan Lebanon dalam pembicaraan mengenai perbatasan maritim.

Menteri Pertahanan Yaman kubu Sanaa, Mayjen Muhammad al-Atifi, menegaskan bahwa serangannya di masa mendatang dapat menjangkau jauh melampaui Arab Saudi dan UEA.

Sekjen Jihad Islam Palestina dalam festival peringatan HUT ke-35 gerakan ini, menegaskan bahwa pihaknya akan meruntuh “proyek fiktif” kaum Zionis di tanah Palestina.

Berita Selengkapnya:

Erdogan Mengaku Bisa Bertemu Assad pada Waktunya yang Tepat

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengaku bisa bertemu dengan Presiden Suriah Bashar Assad ketika waktunya yang tepat tiba.

“Sampai sekarang pertemuan demikian tidak ada dalam agenda. Tapi saya tidak bisa mengatakan tidak mungkin bagi saya untuk bertemu dengan Assad,” kata Erdogan pada konferensi pers di sela-sela pertemuan dengan Komunitas Politik Eropa di Praha, ibu kota Ceko, Kamis (7/10).

“Ketika waktu yang tepat tiba, kami juga bisa pergi ke jalan pertemuan dengan Presiden Suriah,” tambahnya, seperti dikutip Daily Sabah.

Reuters menyebutkan bahwa pertemuan antara pejabat Suriah dan Turki dapat mengubah bentuk perang di Suriah yang telah berlangsung satu dekade. Dukungan Turki akan efektif dalam menjaga pemberontak di kamp terakhir mereka di timur laut Suriah, sementara tentara Suriah telah mampu membersihkan bagian lain dari wilayah ini dari kelompok ekstremis dan pemberontak.

Keinginan Erdogan untuk bertemu dengan Bashar al-Assad tidak diungkapkan secara terbuka sebelumnya. Hanya saja,  surat kabar Hurriyet Turki pada Juli lalu menyebutkan bahwa Erdogan dalam pertemuan pribadi dengan anggota Partai Keadilan dan Pembangunan telah menyatakan keinginannya untuk bertemu Bashar Assad.

Menurut Hurriyet, Erdogan dalam pertemuan yang tak terliput media itu mengatakan, “Jika Bashar Assad menghadiri pertemuan Shanghai di Uzbekistan, saya ingin bertemu dengannya. Sayangnya, dia tidak bisa datang ke Uzbekistan untuk saya bisa bertemu dengannya dan menyampaikan kata-kata saya secara pribadi.”

Sebelumnya, beberapa sumber menyatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin telah meminta Erdogan dan Assad untuk menghadiri pertemuan di Shanghai.

Bersamaan dengan kabar itu, Reuters juga mengklaim bahwa kepala intelijen Turki Hakan Fidan dan sejawatnya dari Suriah Ali Mamluk bertemu di Damaskus pada beberapa minggu terakhir.

Sebuah sumber Suriah saat itu dalam sebuah wawancara dengan Reuters mengatakan, “Pertemuan belakangan ini, termasuk kunjungan Duta Besar Fidan ke Damaskus pada akhir Agustus, berlangsung selama dua hari. Dalam pertemuan ini, dasar-dasar diletakkan untuk mengadakan pertemuan di tingkat yang lebih tinggi.”

Beberapa pengamat  mengaitkan hasrat Ankara pada perbaikan hubungan Turki-Suriah itu dengan pilpres Turki tahun depan. Menurut mereka, Ankara sedang berusaha untuk melepaskan diri dari persoalan Suriah dan menyelesaikan masalah pengungsi Suriah, yang telah menyebabkan ketidakpuasan banyak orang Turki. Turki ingin memulangkan para pengungsi itu ke Suriah.

Di pihak lain, pemerintah Suriah telah berulang kali mengumumkan bahwa Turki harus mengakhiri pendudukannya atas wilayah Suriah dan berhenti mendukung “kelompok-kelompok teroris”. Damaskus menekankan bahwa “Perjanjian Adana” (1998) adalah kesepakatan terbaik untuk menyelesaikan masalah antara Suriah dan Turki. (ds/fna)

Lebanon “Tingkatkan Tuntutan”, Israel Mengapu Siap Perang dengan Hizbullah

Rezim Zionis Israel mengaku siap menghadapi konfrontasi potensial dengan Hizbullah setelah menolak apa yang disebutnya peningkatan tuntutan Lebanon dalam pembicaraan mengenai perbatasan maritim.

Menteri Pertahanan Benny Gantz, seperti dikutip kantornya, Kamis (6/10), menginstruksikan pembentukan pertahanan “untuk mempersiapkan skenario apa pun di mana ketegangan meningkat di arena utara – termasuk kesiapan pertahanan dan penyerangan.”

Instruksi tersebut dikeluarkan setelah dia mengadakan penilaian situasi bersama Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letjen Aviv Kohavi serta para perwira militer senior dan pejabat pertahanan lainnya.

Tak lama setelah itu, Kabinet Keamanan memberi wewenang kepada Perdana Menteri Yair Lapid, Gantz dan Perdana Menteri Altenatif Naftali Bennett untuk mengambil keputusan jika ada eskalasi di Utara. Gantz memperingatkan bahwa Israel akan mempertahankan infrastrukturnya terlepas dari hasil negosiasi.

“Jika Hizbullah mencoba merusak (infrastruktur atau kedaulatan Israel), biaya militer untuk Lebanon dan Hizbullah akan sangat tinggi,” ancamnya pada upacara peringatan Perang Yom Kippur tahun 1973.

Perdana Menteri Israel Yair Lapid menolak perubahan yang diusulkan oleh Lebanon pada perjanjian perbatasan maritim yang dirancang oleh AS, ungkap seorang sumber diplomatik senior, Kamis. Dia menekankan kepada Utusan Energi AS Amos Hocstein bahwa Israel tidak akan membuat “konsesi” lagi.

Draf Hochstein, yang dipresentasikan ke Israel dan Lebanon minggu lalu, dimaksudkan untuk mendekati versi final dari kesepakatan penyelesaian perselisihan mengenai perairan ekonomi Israel-Lebanon. Lebanon Selasa lalu menyampaikan tanggapannya atas rancangan tersebut.

Lapid menilai ada beberapa tuntutan baru dan signifikan, dan menginstruksikan tim perunding Israel untuk menolaknya. (jp)

Yaman Mengancam akan Melancarkan Serangan yang Melampaui Saudi dan UEA

Menteri Pertahanan Yaman kubu Sanaa, Mayjen Muhammad al-Atifi, menegaskan bahwa serangannya di masa mendatang dapat menjangkau jauh melampaui Arab Saudi dan UEA.

Dikutip kantor berita Yaman, Saba, Kamis (6/10), Al-Atifi menekankan bahwa angkatan bersenjata Yaman “tidak akan ragu untuk membom target-target yang sangat sensitif” dan bahwa pasukan Yaman akan membuat “jeritan dan ratapan para agresor mencapai tingkat terbesar”.  

“Tidak ada garis merah atau rintangan yang akan menghalangi lesatan rudal dan drone kami di darat, laut dan udara,” tegasnya.

Dia menambahkan, “Pemerintah Sanaa tidak akan ragu untuk mengebom target yang sangat sensitif dan penting, yang telah mereka prioritaskan di masa mendatang,” dan bahwa yang “berada di bawah garis tembak bukan hanya di kedalaman Arab Saudi dan UEA beserta fasilitas militer dan ekonomi vital mereka, melainkan lebih jauh dari itu.”

Al-Atifi menegaskan bahwa pasukan Yaman telah mempersiapkan “kemampuan dan kekuatan mereka untuk keputusan militer strategis ini”.

“Jangan menguji kesabaran kami,” ungkapnya, sembari menyebutkan bahwa pihak yang telah memberi peringatan sudah sewajarnya untuk dimaklumi jika kemudian bertindak tegas. (raialyoum)

HUT ke-35 Jihad Islam, Al-Nakhalah: Kami Runtuhkan Proyek Fiktif Zionis

Sekjen Jihad Islam Palestina dalam festival peringatan HUT ke-35 gerakan ini, Kamis (6/10), menegaskan bahwa pihaknya akan meruntuh “proyek fiktif” kaum Zionis di tanah Palestina.

Peringatan itu sendiri diselenggarakan secara serempak di Jalur Gaza serta kota Jenin dan Sidon, Tepi Barat, dan bahkan juga di Damaskus, ibu kota Suriah, dan Sanaa, ibu kota Yaman.

Sekjen Jihad Islam Palestina Ziyad Al-Nakhalah dalam acara peringatan itu menegaskan, “Upaya musuh masih berlanjut untuk menyingkirkan Gaza dari perimbangan perang terhadap hak rakyat Palestina. Namun, Jihad Islam menyelenggarakan festival ini untuk mewujudkan persatuan bangsa Palestina.”

Festival itu dihadiri oleh puluhan ribu massa pendukung Jihad Islam Palestina serta komponen berbagai faksi pejuang Palestina lainnya.

Al-Nakhalah menekankan bahwa kemaslahatan bangsa Palestina terletak pada penguatan poros resistensi anti-Zionis.

“Berbagai kelompok nasionalis Palestina harus bersatu, sebab musuh dan para sekutunya juga bertujuan mengepung kita dengan segenap kemampuan mereka,” ungkapnya.

Dia menegaskan bahwa musuh bukan mencari perdamaian dan memberikan sesuatu kepada rakyat Palestina di Tepi Barat, melainkan “ingin membuat kita frustasi dan merampas kehendak dari kita, namun kita tetap mencari kemerdekaan dan tanah air kita”.

Al-Nakhalah menyebutkan bahwa sudah 74 tahun bangsa Palestina berjuang melawan kaum Zionis dan berhasil “menciptakan guncangan pada otak kaum Zionis sehingga para pemimpin merekapun mengaku berada di tempat yang salah”.

 â€œProyek fiktif Zionisme akan runtuh, kita akan berperang melawan mereka,” tandasnya.

Sekjen Jihad Islam memastikan bahwa perjuangan melawan Zionis akan terus berlanjut “meski sampai seribu tahun”.

Dia juga mengingatkian bahwa perjuangan tersebut sama wajibnya dengan shalat fardhu selagi kaum Zionis masih bercokol di tanah Palestina, dan karena itu Jihad Islam Palestina akn terus berjuang melawan Zionisme. (fna)