Rangkuman Berita Utama Timteng Jumat 7 Agustus 2020

beirut sebelum dan setelah ledakanJakarta, ICMES. Roscosmos Corporation yang berbasis di Rusia merilis foto satelit yang menunjukkan gambar Pelabuhan Beirut sebelum dan sesudah ledakan yang terjadi pada hari Selasa lalu itu.

Belakangan ini beredar penggalan video penampakan kelebatan rudal yang jatuh ke titik pusat kebakaran di pelabuhan Beirut, ibu kota Libanan, sebelum terjadi ledakan besar.

Kepala Masyarakat Bulan Sabit Merah Iran, Karim Hemti, mengumumkan pengiriman dua pesawat berisi bantuan kemanusiaan ke Lebanon.

Sistem pertahanan udara S-300 buatan Rusia dilaporkan terlihat di dekat kota pelabuhan strategis Sirte di bagian tengah utara Libya.

Berita selengkapnya:

Satelit Rusia Rilis Foto Sebelum dan Sesudah Ledakan Beirut

Roscosmos Corporation yang berbasis di Rusia merilis foto satelit yang menunjukkan gambar Pelabuhan Beirut sebelum dan sesudah ledakan yang terjadi pada hari Selasa lalu itu.

Foto-foto tersebut diambil oleh satelit Canopus-B Rusia, yang dikembangkan oleh All-Russia Research Institute of Electromechanics (NPP VNIIEM), dan dirancang untuk penginderaan Bumi dari jarak jauh.

Dari  gambar sebelum dan sesudah ledakan itu terlihat besarnya kerusakan akibat ledakan itu karena terlihat sejauhmana kehancuran total pelabuhan dan area sekitarnya.

Pihak berwenang Libanon, Kamis (6/8/2020), dilaporkan telah menahan 16 orang sebagai bagian dari proses penyelidikan atas ledakan besar di pelabuhan Beirut, sementara jumlah korban meninggal tercatat bertambah menjadi 157 orang, dan korban luka 5000 orang.

Jumlah itu diperkirakan akan meningkat karena proses pencarian dan evakuasi masih dilakukan, terutama untuk mencari orang-orang yang terdaftar hilang.

Menteri Luar Negeri Libanon Charbel Wehbe kepada radio Prancis mengatakan bahwa pemerintah Lebanon telah memberikan tenggat waktu empat hari kepada komite investigasi untuk menentukan tanggung jawab atas ledakan tersebut.

Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam kunjungannya ke Beirut menawarkan dukungan Prancis bagi rakyat Lebanon setelah ledakan pelabuhan itu, namun sembari memperingatkan bahwa Lebanon yang dilanda krisis akan “terus tenggelam” kecuali para pemimpinnya melakukan reformasi.

Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab mengatakan bahwa pemerintahnya sedang menunggu hasil penyelidikan, dan tidak akan membiarkan mereka yang bertanggung jawab atas tragedi itu lolos begitu saja dari jeratan hukum. (aljazeera/amn)

AFP Tanggapi Penampakan Rudal dalam Video Ledakan Beirut

Belakangan ini beredar penggalan video penampakan kelebatan rudal yang jatuh ke titik pusat kebakaran di pelabuhan Beirut, ibu kota Libanan, sebelum terjadi ledakan besar.

Kantor berita Prancis, AFP, mengkonfirmasi bahwa video yang disebarkan di media sosial itu merupakan hasil editan dan hoax.

Menurut AFP, klip video palsu ini telah menyebar, sementara di media sosial Lebanon juga beredar kabar bahwa orang-orang di area sekitar pelabuhan Beirut mendengar suara jet tempur sesaat sebelum ledakan.

Selain itu, beredar pula berita hoax bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengaku bertanggung jawab atas ledakan itu.

AFP merilis laporan yang menyebutkan bahwa kelebatan rudal yang tampak dalam video itu merupakan hasil editan, yang jika dibandingkan dengan video aslinya yang beredar pada hari Selasa maka akan terlihat bahwa video itu sengaja diedit untuk memberikan informasi palsu, misalnya bahwa ledakan itu terjadi karena serangan rudal Israel.

Otoritas Libanon sendiri sejak awal menyatakan ledakan dahsyat itu disebabkan oleh zat amonoum nitrat sebanyak 2750 ton yang disimpan di dalam gudang pelabuhan Beirut tanpa sistem keamanan yang memadai.

Seperti telah diberitakan sebelumnya, ledakan yang terjadi pada Selasa sore (4/8/2020) itu telah menewaskan sedikitnya 157 orang, melukai 5000 orang, dan menyebabkan sekira 300,000 orang kehilangan tempat tinggal. (raialyoum)

Iran Mulai Kirim Bantuan ke Libanon dengan Dua Pesawat

Kepala Masyarakat Bulan Sabit Merah Iran, Karim Hemti, Kamis (6/8/2020), mengumumkan pengiriman dua pesawat berisi bantuan kemanusiaan ke Lebanon.

Hemti merinci bahwa kedua pesawat Iran itu membawa 15 ton bahan medis dan obat-obatan, 45 ton makanan, sebuah rumah sakit lapangan yang akan didirikan di Beirut berkoordinasi dengan Palang Merah Lebanon, 13 dokter spesialis, dan 16 personel pertahanan sipil.

Dia juga menyebutkan bahwa tenda tidak dikirim ke Libanon karena pemerintah Libanon telah mengumumkan tidak membutuhkan tenda.

“Kami akan bersama rakyat Lebanon, dan kami akan menyiapkan lebih banyak bantuan sesuai dengan kondisi lapangan dan kebutuhan dalam beberapa hari mendatang,” lanjut Hemti.

Sebelumnya, Pemimpin Besar Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei menyatakan belasungkawanya kepada rakyat dan pemerintah Libanon atas ledakan besar di pelabuhan Beirut yang menewaskan ratusan orang dan melukai ribuan lainnya.

Di akun Twitter-nya, Rabu, Ayatullah Khamenei menyatakan, “Kami bersimpati kepada warga #Lebanon tercinta,  dan mendukung mereka dalam tragedi ledakan yang menyakitkan di pelabuhan Beirut, yang menewaskan dan melukai sejumlah besar orang serta menyebabkan kerusakan parah. Kesabaran menghadapi tragedi ini akan menjadi lembaran emas dalam kehormatan Lebanon.” (amn/presstv)

Sistem S-300 Buatan Rusia Diduga Terlihat di Sirte, Libya

Sistem pertahanan udara S-300 buatan Rusia dilaporkan terlihat di dekat kota pelabuhan strategis Sirte di bagian tengah utara Libya.

Menurut para pengamat perang, foto yang diambil di timur Sirte itu diduga menunjukkan keberadaan sistem pertahanan udara S-300, yang sebelumnya tidak dimiliki Libya.

Namun, pihak publikasi Rusia, Avia.Pro, berkomentar bahwa foto itu tidak serta merta mengkonfirmasi keberadaan S-300, karena hanya mungkin untuk mengkonfirmasi kepemilikan radar.

“Saat ini, tidak ada keyakinan penuh bahwa kita berbicara tentang kompleks S-300, karena hanya dapat mengkonfirmasi kepemilikan radar. Namun, adalah fakta bahwa pesawat militer Rusia secara teratur terbang ke Libya, mendarat di pangkalan udara yang dikendalikan oleh Tentara Nasional Libya (LNA),” ungkap Avia.Pro, Kamis (6/8/2020).

“Lebih jauh, kami berbicara tentang spesialis militer Rusia, analis cenderung percaya bahwa kami berbicara tentang kompleks ini, ”kata publikasi itu.

LNA maupun Mesir belum mengomentari laporan mengenai dugaan pengerahan sistem S-300 ke Sirte.

Mesir yang bertetangga dengan Libya memiliki sistem S-300, dan karena pemerintah Kairo mendukung kubu LNA maka muncul spekulasi bahwa sistem buatan Rusia itu dikerahkan di Sirte untuk melawan serangan yang akan dilancarkan oleh kubu lawan, yaitu pasukan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang didukung Turki. (amn)