Rangkuman Berita Utama Timteng  Jumat 5 November 2021

Jakarta, ICMES. Komandan pasukan elit Iran Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Mayjen Hossein Salami menyebut AS sebagai negara pencetak diktator yang kini di Timteng hanya memiliki dua pilihan; mundur atau kena tamparan.

Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi menegaskan negaranya menginginkan “hasil yang layak” dari perundingan nuklir, dan pantang mundur dari haknya.

Gerakan Al-Nujaba, salah satu kelompok pejuang terkemuka Irak, memuji aksi pasukan elit Iran Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) terhadap pasukan AS dan menyebutnya sebagai aksi heroik yang membangkitkan pamor dan kehormatan Islam dan Muslimin.

Menteri Informasi Lebanon George Kordahi memberikan tanggapan untuk pertama kalinya atas pernyataan Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati dengan mengaku tidak akan mengundurkan diri di tengah desakan dari sejumlah negara Arab Teluk Persia.

Berita Selengkapnya:

Komandan IRGC: Dua Pilihan bagi AS, Mundur atau Kena Tampar  

Komandan pasukan elit Iran Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Mayjen Hossein Salami menyebut AS sebagai negara pencetak diktator yang kini di Timteng hanya memiliki dua pilihan; mundur atau kena tamparan.

Dalam orasi di depan konsentrasi massa di Teheran pada peringatan Hari Perlawanan Terhadap Arogan Dunia, Kamis (4/11), dia menegaskan, “AS berhadapan dengan dua pilihan di kawasan; kalah dan mundur, atau bertahan dan terkena tamparan.”

Pada orasi dan peringatan yang dilakukan sehari setelah IRGC berhasil menggagalkan pembajakan AS terhadap kapal tanker minyak Iran di Laut Oman itu dia menambahkan, “AS sudah terbiasa menerima kekalahan dari bangsa Iran, tapi mereka masih belum juga mengambil pelajaran darinya… Dominasi AS sudah mulai memudar dan melenyap.”

Salami menyebut AS sebagai negara yang telah mencetak para diktotor di dunia.

“Mulai dari Ferdinand Marcos di Filipina, Jaafar Al-Namiri di Sudan, Pinochet di Chili, para ‘Fir’aun’ di Mesir hingga Shah Iran dan para penguasa di banyak negara Arab, adalah para diktator yang terlahir dari rahim rezim politik AS,” ujarnya.

Dia menambahkan, “AS memiliki patung Liberty, tapi juga punya andil terbesar dalam aksi penindasan, eksekusi orang-orang merdeka di dunia, produksi alat penyiksaan, dan pelatihan metodenya untuk membelenggu orang-orang merdeka. AS adalah satu-satunya negara yang menggunakan bom atom tak berprikemanusiaan sebanyak dua kali untuk membasmi ratusan ribu orang hingga menjadi abu.”

Komandan IRGC menepis anggapan sebagian orang bahwa Iran memelihara ambisi terhadap berbagai negara di Timur Tengah. Dia menegaskan, “Telah kami katakan kepada dunia bahwa kami sama sekali tak bermaksud menguasai negara manapun, dan tak pula mencari perang, tapi kami akan membela kepentingan kami.”

Ditujukan kepada rakyat Iran, Mayjen Salami mengatakan, “AS terpukul selama berhadapan dengan sistem kita. Wilayah kita adalah zona terlarang bagi AS. AS adalah non-muhrim bagi negeri ini, dan tak boleh melirik negeri dan rakyat kami. Berkat Anda semua, rakyat yang mulia, kesabaran, resistensi, keteguhan kalian dalam perang ekonomi melawan musuh, gambaran resistensi akan terlihat sangat memukau.”

Mengenai peringatan itu sendiri dia mengatakan, “Hari Perlawanan terhadap Arogan Dunia adalah hari kemenangan bangsa Iran, hari kemenangan di depan AS.”

Peringatan Hari Perlawanan terhadap Arogan Dunia diselenggarakan pada hari Kamis kemarin dengan mengangkat slogan “Keteguhan dan resistensi bangsa Iran formula untuk kemusnahan arogansi AS.”

Peringatan ini mengacu pada peristiwa pendudukan Kedubes AS di Teheran oleh mahasiswa dalam serangkaian peristiwa revolusi Islam Iran tahun 1979. Peringatan itu setiap tahun diselenggarakan oleh jutaan rakyat Iran. (alalam/tasnim)

Soal Nuklir, Presiden Iran: Kami Pantang Mundur

Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi menegaskan negaranya menginginkan “hasil yang layak” dari perundingan nuklir, dan pantang mundur dari haknya.

“Kami sama sekali tidak mundur dari tuntutan bangsa ini yang sedemikian jelas dan terepresentasi dalam pencabutan sanksi zalim terhadap negara ini,” ungkapnya dalam pidato peringatan Hari Perlawanan terhadap Arogan Dunia di kota Semnan, Iran, Kamis (4/11).

Sehari sebelumnya, Iran mengumumkan bahwa perundingan nuklirnya dengan beberapa negara terkemuka dunia untuk pemulihan perjanjian Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) akan dimulai lagi di Wina, Swiss, pada tanggal 9 November 2021 setelah sekian bulan terhenti.

Menyinggung peristiwa konfrontasi pasukan elit Iran, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), dengan pasukan AS di Laut Oman yang rekaman videonya baru tersebar luas, Presiden Raisi mengatakan, “Bangsa Iran akan senantiasa menolak kesombongan dan praktik campur tangan AS di kawasan, termasuk dalam perilaku mereka baru-baru ini, dan respon tegas dan kuat pasukan gagah berani IRGC terhadap agresor akan senantiasa dihargai.” (alalam)

Kelompok Pejuang Irak Sebut Aksi IRGC Melawan Pasukan AS Bangkitkan Pamor Islam

Gerakan Al-Nujaba, salah satu kelompok pejuang terkemuka Irak, memuji aksi pasukan elit Iran Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) terhadap pasukan AS dan menyebutnya sebagai aksi heroik yang membangkitkan pamor dan kehormatan Islam dan Muslimin.

Jubir Al-Nujaba, Nasr Al-Shamari, di halaman Twitternya, Kamis (4/11), menyebutkan; “Pendekatan gagah berani ini adalah metode yang tepat untuk mengendalikan perilaku agresif AS dan barbarismenya yang mengancam tananan internasional dan tak menghormati kedaulatan negara-negara regional.”

Al-Shamari lantas menyerukan kepada segenap kaum merdeka dunia, terutama bangsa-bangsa Muslim di Timur Tengah, untuk menjadikan Iran dan aksi heroik IRGC itu sebagai teladan dan sumber inspirasi dalam menghadapi setiap pasukan asing yang melanggar kedaulatan dan kemerdekaan mereka.

Sementara itu, kelompok pejuang Ansarullah (Houthi) di Yaman menyebut aksi IRGC itu sebagai “langkah yang mulia dan bertanggungjawab”.

“Langkah Iran merebut kembali minyaknya bersama tanker perampas serta menggagalkan perompakan teroris Angkatan Laut AS adalah langkah yang mulia dan bertanggungjawab,” ungkap anggota Dewan Tinggi Politik Yaman, Mohammad Ali Al-Houthi, Kamis.

Dia menambahkan, “Musuh tak akan berhenti terhadap orang yang dipandangnya sebagai musuhnya kecuali ketika ada pencegahan, kesiapan dan gerak cepat.”

Seperti pernah diberitakan, Iran Rabu lalu mengumumkan bahwa Angkatan Laut IRGC sekira seminggu lalu telah menggagalkan upaya pasukan AS menyita kapal tanker yang membawa minyak Iran di Laut Oman. Iran juga telah memublikasi rekaman video peristiwa menegangkan di mana IRGC berhadap-hadapan langsung dengan Angkatan Laut AS di Laut Oman dalam memperebutkan tanker tersebut. (tasnim/alalam)

George Kordahi Mengaku Tak akan Mundur dan Mengubah Sikap

Menteri Informasi Lebanon George Kordahi memberikan tanggapan untuk pertama kalinya atas pernyataan Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati dengan mengaku tidak akan mengundurkan diri di tengah desakan dari sejumlah negara Arab Teluk Persia karena telah mencemooh Arab Saudi dan sekutunya terkait dengan Perang Yaman.

Dilansir RT, Kamis (4/11), selain mengaku tak akan mundur, Kordahi juga memastikan tak akan mengubah pendapat dan sikap yang telah dia nyatakan mengenai Perang Yaman di mana dia menyebut Saudi dan sekutunya sebagai pihak agresor dan Ansarullah (Houthi) sebagai pihak yang membela negara Yaman.

Sementara itu, sumber berita yang dekat dengan Kordahi mengatakan, “Dia (Kordahi) sedang menunggu dihubungi oleh kepala pemerintahan (Mikati) dan undangan pertemuan dengannya (Mikati) guna mendapat informasi darinya mengenai sikap-sikap yang telah dia dengar dari para pejabat Arab dan pihak-pihak asing, dan untuk mengetahui apakah pengunduran diri akan dibalas dengan jaminan bahwa langkah demikian akan disusul dengan respon positif dari Teluk, karena pengunduran diri yang tak mengubah sikap Teluk terhadap Lebanon akan tetap sia-sia.”

Sebelumnya pada hari itu Mikati mengimbau Kordahi untuk “mengendalikan perasaannya, menimbang situasi, mengambil sikap yang perlu diambil, dan mengutamakan kemaslahatan nasional atas slogan-slogan kerakyatan.”

Mikati juga menyebut pernyataan Kordahi mengenai Perang Yaman “telah memasukkan Lebanon pada sanksi boikot” dari Saudi dan negara-negara Arab Teluk Persia lain yang terlibat dalam invasi militer ke Yaman. (rt)