Jakarta, ICMES. Serangan terbaru gerakan Ansarullah (Houthi) di Yaman terhadap Arab Saudi memancing kecaman Amerika Serikat (AS) dan seruannya agar Ansarullah berhenti bekerjasama dengan Iran.
Pemimpin gerakan Ansarullah Yaman Sayid Abdul Malik Badruddin Al-Houthi, menyebut Presiden Prancis Emmanuel Macron sebagai boneka Zionis,
Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengutuk penerbitan karikatur Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan oleh majalah Charlie Hebdo dengan menyebutnya “humor terorisâ€.
Pemerintah Prancis menerapkan status siaga keamanan menyusul terbunuhnya tiga orang warga dalam kekerasan terkait dengan penistaan terhadap Nabi Muhammad saw oleh majalah Charlie Hebdo.
Berita Selengkapnya:
Serangan Terbaru Ansarullah ke Saudi Membuat AS Meradang
Serangan terbaru gerakan Ansarullah (Houthi) di Yaman terhadap Arab Saudi memancing kecaman Amerika Serikat (AS) dan seruannya agar Ansarullah berhenti bekerjasama dengan Iran.
Menlu AS Mike Pompeo dalam sebuah statemennya yang dirilis Kamis (29/10/2020) menyatakan, “Kami mengecam serangan yang dilakukan Houhi kemarin ke Saudi dengan dukungan Iran. Serangan ini menyasar Riyadh secara membabi buta dan membahayakan warga sipil yang tak berdosa, termasuk orang Amerika.â€
Pompeo tidak menyebutkan operasi serangan yang dia sebutkan dalam statemen itu, sementara Saudi Rabu lalu juga tidak mengumumkan pihaknya telah menggagalkan serangan Ansarullah ke Riyadh.
Dia menambahkan, “Selama bertahun-tahun Saudi menghadap serangan sembrono seperti ini, dan dalam  seminggu terakhir mereka melancarkan serangan hampir setiap hari. Eskalasi yang tidak bertanggung jawab ini bertepatan dengan pernyataan keinginan Houthi untuk memperkuat hubungan mereka dengan Iran.â€
Menlu AS menyebutkan bahwa Teheran minggu ini “secara diam-diam†mengirim anggota pasukan elit Iran Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), Hassan Erlo, ke Sanaa, ibu kota Yaman, di mana dia mengambil alih kekuasaan duta besar Iran untuk Yaman.
“Tindakan ini menunjukkan bahwa Houthi tidak menganggap serius upaya untuk menemukan solusi damai untuk membangun perdamaian di Yaman,†klaimnya.
Dia kemudian menegaskan, “AS meminta Iran menghentikan penyelundupan senjata ke Houthi, yang melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB dan memungkinkan mereka untuk mengambil langkah agresif terhadap Yaman dan tetangganya, termasuk Arab Saudi.”
Di halaman Twitter-nya, Pompeo juga membuat pernyataan dengan menuliskan, “Kami mengutuk serangan Houthi yang didukung Iran terhadap Arab Saudi, dan yang mengancam stabilitas regional dan membahayakan nyawa warga sipil yang tidak bersalah, termasuk orang Amerika. Houthi harus berhenti bekerja dengan Iran, berhenti mengancam keamanan regional, dan harus bekerja untuk membantu rakyat Yaman. (rta)
Sambut Maulid Nabi saw, Pemimpin Ansarullah Yaman Sebut Macron Boneka Zionis
Pemimpin gerakan Ansarullah Yaman Sayid Abdul Malik Badruddin Al-Houthi, menyebut Presiden Prancis Emmanuel Macron sebagai boneka Zionis, dan menyatakan bahwa  kaum zalim sedang berusaha menghilangkan hakikat-hakikat penting, terutama keimanan kepada Allah yang disampaikan oleh para nabi dan rasul.
Dalam pidatonya pada peringatan Maulid Nabi Muhammad saw di hadapan jutaan umat yang berkumpul di alun-alun Al-Sab’in, Sana’a, ibu kota Yaman, Kamis (39/10/2020), Al-Houthi menjelaskan bahwa pelanggaran terhadap ajaran Allah memiliki efek negatif pada realitas manusia dan lingkungannya.
“Umat Islam sekarang dipenuhi dengan berbagai persoalan dan krisis. Momen Maulid Nabi harus menjadi terminal untuk menghadapi tantangan ini… Sumber semua persoalan besar dan kerusakan yang dialami umat kita dan masyarakat manusia ialah penyimpangan dari risalah dan ajaran Allah,†ujarnya.
Dia lantas menekankan bahwa keimanan yang berbuah ketaatan kepada Allah, tatanan hidup, dan keterbebasan manusia dari penghambaan kepada thaghut adalah solusi terpenting.
Mengenai kasus penghinaan terhadap Nabi Muhammad saw di Prancis dan pembelaan presiden negara ini, Emmanuel Macron, atas penghinaan itu dengan dalih kebebasan berekspresi, Al-Houthi mengatakan, “Macron tak lain adalah boneka kaum Zionis Yahudi. Mereka mendorongnya agar mengusik Islam dan Rasulullah saw.â€
Dia menekankan bahwa thaghut kontemporer yang direpresentasikan oleh AS, Israel dan rezim-rezim yang berada di orbitnya merupakan perpanjangan praktik penyimpangan dari jalan yang lurus.
Al-Houthi mengatakan bahwa Barat memperkenankan penghinaan terhadap Allah dan para nabi-Nya tapi di saat yang sama melarang pengungkapan fakta konspirasi kaum Zionis.
“Ini membuktikan dominasi lobi Zionis atas rezim-rezim dan media Barat,†tegasnya.
Mengenai normalisasi hubungan Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Sudan dengan Rezim Zionis Israel, Â Al-Houthi menyebut negara-negara itu sebagai pengkhianat yang bersekongkol dengan musuh untuk menyerang umat Islam di semua bidang. (raialyoum)
Menhan Turki Sebut Karikatur Erdogan “Humor Terorisâ€, Prancis Terapkan Siaga Keamanan
Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengutuk penerbitan karikatur Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan oleh majalah Charlie Hebdo dengan menyebutnya “humor terorisâ€.
Akar mengatakan bahwa majalah satir Prancis itu bukan menggunakan “kebebasan berekspresi, melainkan kemiskinan berpendapat, serangan yang jelas, dan humor teroris.”
“Majalah ini tidak mengakui nilai-nilai sakral, dan secara sistematis menyerang Islam atas nama kebebasan berekspresi. Itu juga melanggar, dengan publikasinya, nilai-nilai universal dan moral yang merupakan filosofi pendiri Uni Eropa,†ujarnya, Rabu (28/10/2020).
“Publikasi Charlie Hebdo akan menguntungkan kelompok ekstremis, dan akan menyebabkan kerusakan terbesar pada masyarakat Prancis di mana Muslim merupakan suatu bagian yang besar,†lanjutnya.
Akar menekankan kecaman Turki terhadap majalah ini, dan menilainya berpengaruh pada presiden Turki dan dunia Islam.
“Saya pikir orang Prancis yang berpikir secara masuk akal, sehat, dan logis akan menanggapi pendekatan jelek ini,†ujarnya.
Sebelumnya, Kantor Kejaksaan Umum di Ankara membuka penyelidikan terhadap pejabat majalah Charlie Hebdo, karena menerbitkan kartun yang sangat melecehkan Erdogan. (amn)
Tiga Orang Terbunuh, Prancis Terap Status Siaga Keamanan
Pemerintah Prancis menerapkan status siaga keamanan menyusul terbunuhnya tiga orang warga dalam kekerasan terkait dengan penistaan terhadap Nabi Muhammad saw oleh majalah Charlie Hebdo.
Menteri Pertahanan Presiden Prancis Emmanuel Macron mengaku akan mengerahkan lebih banyak pasukan untuk memperkuat keamanan berbagai lokasi penting, termasuk tempat ibadah dan sekolah, menyusul kasus penikaman yang menyebabkan tiga orang tewas di kota Nice.
Macron, Kamis (29/10/2020), mengumumkan bahwa Prancis “tidak akan berkompromi” dalam membela semua norma yang dianut Prancis, terutama “kebebasan berkeyakinan ataupun tidak berkeyakinan.”
Dia mengecam “serangan teroris Islam” terhadap sebuah gereja di Nice yang menewaskan tiga orang.
“Kami menyerang demi nilai-nilai kami,” ujar Macron, sembari mengimbau masyarakat Prancis “bersatu” dan “tidak menyerah kepada rasa takutâ€.
Dia mengumumkan peningkatan jumlah tentara dalam Operasi Santinel dari 3000 menjadi 7000 pasukan untuk mengamankan tempat-tempat ibadah, terutama menjelang Hari Raya Semua Orang Kudus (All Saints) pada hari Ahad mendatang.
Kepolisian Prancis pada Kamis pagi waktu setempat mengabarkan tiga orang tewas dan sejumlah lainnya terluka akibat serangan dengan menggunakan senjata tajam di kota Nice.
Wali Kota Nice, Christian Estrosi, menyatakan pelaku penyerangan itu telah ditangkap. Dia menyebut insiden tersebut sebagai serangan terorisdi jantung kota Basilika Notre-Dame.
“Saya meminta penduduk Nice untuk menghindari daerah itu dan mengizinkan polisi beserta petugas lainnya bekerja,” tulis Estrosi melalui akun Twitter-nya.
Berbicara kepada wartawan, Estrosi menjelaskan bahwa pria terduga pelaku berulangkali meneriakkan lafal “Allahu Akbar” setelah berada dalam pengamanan polisi.
Dia menambahkan bahwa para korban tewas dibunuh “dengan cara yang mengerikan.”
Dua korban tewas diyakini dibunuh di dalam gereja, sementara satu korban tewas lainnya sempat melarikan diri tetapi kemudian tewas akibat luka yang diderita. (raialyoum/dw)