Rangkuman Berita Utama Timteng  Jumat 28 Juni 2024

Jakarta, ICMES. Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah pada hari Kamis (27/6) menyebut Republik Islam Iran sebagai negara “pembela semua bangsa regional dan penghalang yang membendung semua imperialis.”

FILE – In this August 2, 2013 file photo, Hezbollah leader Sheik Hassan Nasrallah speaks during a rally to mark Jerusalem day, or Al-Quds day, in the southern suburb of Beirut, Lebanon. NasrallahÂ’s boast that he has 100,000 armed fighters that can be deployed against internal rivals came as a surprise to many Lebanese, not least because it was addressed to a domestic audience rather than the groupÂ’s archenemy Israel. Experts say the number — almost 20,000 more than the Lebanese army — is an exaggeration but is likely to further ratchet up anxiety of a return to sectarian fighting in the small country roiled by a series of devastating crises. (AP Photo/Hussein Malla, File)

Wasekjen Hizbullah Syeikh Naim Qassem menegaskan bahwa gertakan Rezim Zionis Israel sama sekali tak menggentarkan para pejuang perlawanan Hizbullah.

Pemimpin Ansarullah Yaman Sayid Abdul Malik Al-Houthi menyebut pamor AS rusak parah karena tak berdaya membendung operasi militer Yaman dalam membela rakyat Palestina dan mendukung para pejuang Gaza.

Berita selengkapnya:

Sayid Nasrallah: Iran Bendung Ambisi Semua Imperialis Dunia

Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah pada hari Kamis (27/6) menyebut Republik Islam Iran sebagai negara “pembela semua bangsa regional dan penghalang yang membendung semua imperialis.”

Dalam pidato pada momen peringatan 40 hari gugurnya Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi beserta sejumlah orang yang bersamanya dalam kecelakaan helikopter, Sayid Nasrallah atas nama Hizbullah dan rakyat Lebanon serta semua gerakan resistensi kembali menyatakan belasungkawanya kepada Pemimpin Besar Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei, para pejabat Iran, keluarga korban kecelakaan serta rakyat Iran atas tragedi tersebut.

“Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam,  bangsa Iran melalui kehadirannya secara langsung, dan utamanya adalah interaksi mereka dengan peristiwa  kecelakaan  itu, serta ketenangan umum dan stabilitas di Iran menjadi teladan bagi seluruh dunia,” ungkapnya.

Dia menjelaskan, “Musuh yang semula mengintai, menanti-nanti, berharap-harap dan mulai berkasak-kusuk mengenai  (potensi) kekacauan di sana sini di Iran, malah menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri betapa Iran tenang di tengah peristiwa ini.”

Sayid Nasrallah menambahkan, “Demikian pula halnya partisipasi jutaan orang dalam prosesi pemakaman syuhada Sayid Raisi, Dr. Abdollahian, Ayatullah Al-Hasyimi dan orang-orang tercinta lain yang gugur bersama mereka. Prosesi di berbagai kota disaksikan oleh dunia, termasuk kita di luar negeri. Partisipasi akbar ini merupakan pesan kuat bagi kawan maupun lawan. Kawan yang gelisah menjadi tenang dan percaya ketika melihat partisipasi jutaan orang itu, sementara musuh yang semula menggantungkan harapan (pada tragedi itu akhirnya) frustasi, dan menyadari betapa mereka berhadapan dengan bangsa yang hidup, eksis, berkesadaran tinggi, dan berloyalitas tinggi pula. Yakni, proses ini mengekspresikan loyalitas yang sangat besar.”

Sekjen Hizbullah juga mengatakan, “Dari segi kepemimpinan dan administrasi, Republik Islam Iran juga telah melanjutkan kehidupan sehari-harinya secara normal. Berbagai lembaga terus membaik, para pejabat pengganti dipilih, persiapan pilpres dilakukan, dan seterusnya. Di dunia peristiwa kecelakaan sedemikian rupa berpotensi menimbulkan kekacauan dan kecemasan serta dampak yang krusial secara politik, ekonomi, dan mental. Tapi, alhamdulillah, berkat kebijaksanaan pemimpin, para pejabat dan rakyat di Iran, negara ini dapat keluar dari tragedi ini dengan kepala tegak dan terhormat serta menampilkan teladan yang luhur dan tinggi ihwal negara republik Islam yang berdiri tegak menghadapi segala tantangan, dan bagaimana ia dapat mengatasi segala musibah, melanjutkan pekerjaan dan perjalanan.”

Senada dengan ini, di hari yang sama, Sekjen Jihad Islam Palestina (PIJ) Ziyadh Nakhaleh, mengatakan bahwa Sayid Ebrahim Raisi dan menteri luar negerinya “dalam beberapa tahun terakhir telah mempersembahkan banyak prestasi bagi kemaslahatan kawasan (Timur Tengah)” serta gigih membela Palestina dan telah berbuat apa yang sudah seharusnya mereka lakukan.

Nakhaleh berterima kasih kepada para pemimpin dan rakyat Iran atas segala bentuk dukungan mereka kepada Palestina pasca operasi serangan faksi-faksi Palestina bersandi Badai Al-Aqsa terhadap Israel.

Sementara itu, istri yang telah ditinggal oleh Sayid Ebrahim Raisi, Jamilah Alam Al-Huda, mengatakan bahwa Iran kembali membuktikan statusnya sebagai “satu keluarga” ketika semua elemen bangsa negara ini kembali menyatakan belasungkawa mereka kepada Ayatullah Khamenei pada momen 40 hari gugurnya Sayid Raisi dan orang-orang yang menyertainya.

Dia juga menegaskan bahwa perselisihan Iran dengan negara-negara Barat tak lain adalah karena pemerintah Iran beritikad kuat untuk “mengabdi kepada rakyat”. (almayadeen/raialyoum)

Wasekjen Hizbullah: Israel Percuma Gertak Hizbullah

Wasekjen Hizbullah Syeikh Naim Qassem menegaskan bahwa gertakan Rezim Zionis Israel sama sekali tak menggentarkan para pejuang perlawanan Hizbullah.

Dalam kata sambutannya pada acara peringatan tujuh hari gugurnya pejuang Ali Al-Hadi Mohammad Jumah yang berlangsung di Beirut selatan, Kamis (27/6), Syeikh Naim mengatakan, “Semua itu hanya gertak sambal, dan dengan gertakan itu Israel takkan pernah memperoleh apa yang tak diperolehnya di lapangan.”

Dia menegaskan, “Jika Israel turun ke medan laga maka akan memanen lebih banyak kerugian, dan akan menjadi langkah maju menuju kebinasaan. Yang akan bertahan adalah pemilik tanah sendiri, dan yang akan rugi dan kalah adalah orang-orang yang didatangkan dari pelbagai penjuru dunia.”

Syeikh Naim menyebutkan bahwa sebagian orang menyangsikan kekuatan para pejuang resistensi, dan ini adalah karena orang-orang itu lemah dan takkan pernah kuat dengan kesangsian itu.

“Kubu resistensi Lebanon (Hizbullah) telah memperoleh legitimasinya dari tiga prestasi; basis kerakyatan, pembebasan, dan kemenangan beruntun atas Israel. Dalam tiga prestasi ini, kubu resistensi ini telah mewujudkan tiga prestasi itu dengan label-label yang umum dan memiliki rincian. Semua itu menjadi legitimasi yang kongkret karena menepis  anggapan semua orang yang menyerukan opsi-opsi lain untuk pembebasan dan kemenangan,” paparnya.

Dia juga menjelaskan , “Trilogi prestasi itu berasal dari trilogi aksi, yaitu rakyat, tentara, dan kubu resistensi. Jadi kita berada di hadapan dua trilogi… trilogi aksi, yaitu tentara, rakyat, dan perlawanan, dan trilogi pencapaian, yaitu unjuk rasa, kemenangan, dan pembebasan rakyat. Dan siapa pun yang mendapatkan hasil ini tak dapat disangsikan legitimasi aksinya. Sebaliknya, sangsi mengarah kepada mereka yang belum mencapai apa pun dan masih menangisi masa lalu yang jauh dan tidak mampu mencapai apa pun.”

Syeikh Naim menegaskan, “Resistensi di Lebanon adalah patriotik yang unggul karena membebaskan tanah air, dan patriotik yang unggul ketika ia mendukung saudara-saudaranya dalam menghadapi satu musuh. Musuh ini seandainya mampu maka (sedari awal) sudah melancarkan agresi terhadap Lebanon seperti yang terjadi di Gaza.”

Syeikh Qassim menjelaskan bahwa setelah sembilan bulan Rezim Zionis melakukan agresi terburuk terhadap Gaza, perlawanan tetap teguh, menang, dan akan terus berlanjut, sementara  rezim itu tetap gagal,  dan mengalami keruntuhan internal di semua bidang ekonomi, politik, sosial, moral dan pendidikan.

“Ini merupakan indikasi bahwakubu resistensi  telah menang dan Israel telah dikalahkan,” pungkasnya. (raialyoum)

Pemimpin Ansarullah: Tak Berdaya Bendung Operasi Militer Yaman, Pamor AS Runyam

Pemimpin Ansarullah Yaman Sayid Abdul Malik Al-Houthi menyebut pamor AS rusak parah karena tak berdaya membendung operasi militer Yaman dalam membela rakyat Palestina dan mendukung para pejuang Gaza.

Dalam pidato yang disiarkan langsung dari ibu kota Yaman, Sana’a, pada Kamis malam (27/6), Sayid Abdul-Malik mengutuk dukungan tanpa syarat dari AS dan Inggris kepada invasi Israel ke Jalur Gaza.

Dia mengatakan bahwa meskipun Israel –lah yang melakukan segala jenis kejahatan terhadap warga Gaza, namun kontinyuitas dukungan AS dan Inggris kepada rezim tersebut adalah hal yang “terkutuk”.

“Kejahatan keji rezim Zionis di Jalur Gaza telah mengungkap kebrutalan, agresi, kejahatan, kekejaman dan kebencian musuh,” sambungnya.

Dia menyinggung peristiwa seekor anjing militer Israel menyerang seorang nenek-nenek Palestina di dalam rumahnya di kamp pengungsi Jabalia di Gaza yang terjadi beberapa minggu lalu.

Pemimpin Ansarullah menyebut Israel sebagai musuh bebuyutan dalam segala hal, dan tidak ada pihak yang dapat hidup berdampingan dengannya, maka dia pun memastikan Angkatan Laut Yaman akan terus melanjutkan serangan mereka sampai serangan Israel terhadap Gaza berakhir, dan blokade terhadap wilayah pesisir itu dicabut.

“Perjuangan melawan musuh Zionis adalah pilihan yang tepat dan bijaksana, dan tidak ada pilihan lain yang bisa dilakukan,” ungkapnya.

Pemimpin Ansarullah mengecam negara-negara Arab yang disebutnya menutup mata terhadap penderitaan bangsa Palestina, dan mempertahanan hubungan dagang dengan Israel.

Sembari menyinggung penyergapan yang dilakukan oleh para pejuang Gaza, dia mengatakan bahwa militer Israel menderita “kerugian besar” setelah lebih dari delapan bulan melakukan invasi ganas.

“Israel gagal mencapai tujuan yang dinyatakannya di Gaza meskipun telah membantai begitu banyak warga Palestina di sana,” ujarnya.

Mengenai Hizbullah, dia mengatakan bahwa operasi kelompok pejuang dari Lebanon ini telah memberikan pukulan telak bagi pemukim Zionis Israel di wilayah utara dan menghancurkan perekonomian rezim tersebut.

Israel, katanya, sangat takut terlibat dalam konfrontasi militer dengan Hizbullah.

Dia kemudian memuji angkatan bersenjata Yaman sendiri atas berbagai operasi gabungan mereka baru-baru ini dengan kelompok perlawanan Irak terhadap kapal-kapal yang terkait dengan Israel di Laut Merah dan sasaran Israel di wilayah pendudukan Palestina. (presstv)