Rangkuman Berita Utama Timteng  Jumat 26 November 2021

Jakarta, ICMES. Ketua parlemen Aljazair Majelis Al-Ummah, Salah Goudjil, menyatakan bahwa negaranyalah yang menjadi “target ancaman” dalam kunjungan Menhan Israel Benny Gantz ke Maroko yang telah menghasilkan sebuah perjanjian kerjasama keamanan antara Tel Aviv dan Rabat.

Kelompok Aksi Nasional untuk Palestina mengutuk apa yang disebutnya “kejahatan normalisasi gegabah belakangan ini” berkenaan dengan kunjungan Menhan Israel Benny Gantz ke Maroko.

Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) dan gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ) mengutuk keras kesediaan Rabat menerima kunjungan Menhan Israel ke Maroko.

Para aktivis Maroko menggelar demonstrasi di Rabat, di ibu kota Maroko  untuk memprotes kunjungan Menteri Pertahanan Israel.

Berita Selengkapnya:

Aljazair Merasa Terancam oleh Kunjungan Menhan Israel ke Maroko

Ketua parlemen Aljazair Majelis Al-Ummah, Salah Goudjil, menyatakan bahwa negaranyalah yang menjadi “target ancaman” dalam kunjungan Menhan Israel Benny Gantz ke Maroko yang telah menghasilkan sebuah perjanjian kerjasama keamanan antara Tel Aviv dan Rabat.

Dikutip kantor berita resmi Aljazair, Kamis (25/11), Goudjil mengatakan, “Musuh semakin mempersenjatai diri untuk menghambat Aljazair, Aljazair menjadi target dengan adanya kunjungan Gantz itu.”

Dia menambahkan, “Sekarang sudah jelas melalui apa yang kita saksikan dari kunjungan menhan Israel ke sebuah negara tetangga setelah menlu entitas ini (Yair Lapid) mengunjunginya (pada Agustus lalu) dan mengancam Aljazair dari Maroko tanpa ada reaksi apapun dari pihak pemerintah Maroko.”

Dalam kunjungan Menhan Israel ke Maroko Rabu lalu kedua pihak meneken perjajian kerjasama keamanan yang memungkinkan Maroko mendapatkan teknologi militer Israel.

Media Aljazair mengecam keras kunjungan Gantz ke Maroko. Situs berita Aljazair Tout sur l’Algérie (TSA) menyebutkan, “Apa yang tak dilakukan Israel dengan Mesir dan Yordania dalam hubungan bilateral masing-masing selama 43 tahun dan 27 tahun, ternyata ia lakukan bersama Maroko hanya setelah 11 bulan saja (dari pengadaan perjanjian normalisasi Israel-Maroko).”

Harian Aljazair L’Expression juga turut berkomentar dengan menyatakan, “Langkah tambahan menuju kebersamaan langkah ini membuka peluang bagi MOSSAD Israel untuk memperkuat kehadirannya di perbatasan Maroko-Aljazair, dengan segala yang ia lontarkan dalam masalah ini berupa ancaman terhadap keamanan wilayah Arab Maghrib.”

Kunjungan Gantz itu dilakukan setelah Aljazair memutuskan hubungan dengan Maroko pada Agustus lalu dengan alasan Maroko melakukan”tindakan permusuhan” terhadap Aljazair, dan setelah Front Populer untuk Pembebasan Saguia El-Hamra dan Oued Eddahab (Polisario) bersumpah untuk “meningkatkan perjuangan bersenjata” melawan Maroko di Sahara Barat.

Sahara Barat adalah bekas jajahan Spanyol yang sebagian besarnya diambil alih oleh Maroko setelah berakhirnya kolonialisme. Hal ini memicu konflik bersenjata dengan Polisario yang berlangsung hingga tahun 1991.

Sejak itu, PBB telah mengerahkan misi di wilayah tersebut dan menganggapnya sebagai “wilayah yang tidak memiliki pemerintahan sendiri” karena tidak adanya penyelesaian akhir.

Didukung oleh Aljazair, Polisario menuntut diselenggarakannya referendum untuk penentuan nasib sendiri di Sahara Barat yang diakui oleh PBB ketika perjanjian gencatan senjata ditandatangani pada September 1991.

Di pihak lain, Maroko yang didukung oleh Perancis dan AS, menolak solusi apa pun di luar otonomi di bawah kedaulatannya di wilayah luas seluas 266.000 km persegi tersebut.

Di masa kepresiden Donald Trump di AS, pada Desember 2020 Washington mengakui kedaulatan Maroko atas Sahara Barat dengan imbalan normalisasi hubungan antara Maroko dan Israel. (raialyoum)

LSM Palestina: Maroko Libatkan Diri dalam Pembasmian Bangsa Palestina

Kelompok Aksi Nasional untuk Palestina mengutuk apa yang disebutnya “kejahatan normalisasi gegabah belakangan ini” berkenaan dengan kunjungan Menhan Israel Benny Gantz ke Maroko.

Kelompok itu mengingatkan bahwa Gantz adalah “pentolan teroris ganas yang tangannya berlumur darah ribuan korban anak-anak bangsa Palestina dan bangsa-bangsa umat (Arab), termasuk ratusan anak kecil, kaum perempuan dan lansia”.

Kepada Rai Al-Youm, Kamis (25/11), “Promosi kunjungan Menteri Perang Zionis sebagai bagian dari kebijakan pertahanan Maroko berkenaan dengan penindasan dengan mesin perang Israel dalam masalah Sahara Maroko adalah masalah berbahaya yang melampaui tingkat normalisasi (hubungan dengan Israel) dan merusak kesucian urusan nasional utama bagi semua orang Maroko dengan menghubungkannya dengan geng Zionis.”

Kelompok yang bergerak di bidang advokasi hukum itu menambahkan bahwa kesediaan Maroko menerima kunjungan Gantz tak ubahnya dengan “partisipasi (Maroko) dalam penumpahan darah syuhada di tanah Palestina selama beberapa dekade” dan “pengkhianatan terhadap darah dan arwah para syuhada Maroko di wilayah Golan Suriah yang diduduki Israel, terutama tentara syahid Maroko Kolonel Abdul Qadir Al-Allam”. (raialyoum)

Hamas dan Jihad Islam Minta Rakyat Maroko Kutuk Kunjungan Menhan Israel

Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) dan gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ) mengutuk keras kesediaan Rabat menerima kunjungan Menhan Israel Benny Gantz ke Maroko.

Tokoh Hamas Ismail Ridwan, Kamis (25/11), menyebut Gantz sebagai menteri teroris Israel dan menyerukan kepada rakyat Maroko dan semua komponen bangsa negara ini agar menolak dan mengutuk kedatangan Gantz ke Maroko.

Dia mengingatkan bahwa Gantz adalah penjahat perang yang seharusnya diringkus dan “diserahkan ke Pengadilan Pidana Internasional atas kejahatan perang dan kejahatan anti kemanusiaannya terhadap bangsa Palestina”.

Ismail Ridwan mendesak negara-negara Arab yang terlibat dalam normalisasi hubungan dengan Israel menghentikan “pengkhianatan terhadap bangsa Palestina itu”, karena normalisasi itu tak ubahnya dengan “memotivasi rezim pendudukan (Israel) untuk meningkatkan kejahatan terhadap bangsa Palestina” serta “berbahaya bagi urusan Palestina, umat (Arab) dan kesuciannya”

Dia memperingatkan bahwa bagaimanapun normalisasi itu “tak akan pernah memberi legitimasi kepada rezim pendudukan, yang akan senantiasa menjadi musuh nomor wahid bagi umat kita”.

Sehari sebelumnya, dalam kunjungan Menhan Israel ke Maroko kedua pihak telah meneken perjajian kerjasama keamanan yang memungkinkan Maroko mendapatkan teknologi militer Israel.

Sementara itu, faksi Jihad Islam Palestina (PIJ) menegaskan bahwa sambutan pemerintah Maroko atas kunjungan  menhan Israel dan pengadaan perjanjian tersebut merupakan pengkhianatan terhadap Palestina.

“Pengadaan perjanjian dengan rezim pendudukan, persekutuan dengannya, dan sambutan atas para pemimpinnya di Maroko atau di negara Arab lain manapun tak ubahnya dengan pemberian motivasi dan kemitraan dengan rezim pendudukan dalam agresinya yang berkelanjutan terhadap bangsa dan negeri kami, dan serangannya terhadap Masjid Al-Aqsa yang diberkahi,” tegas PIJ.

PIJ turut menyerukan kepada rakyat Maroko untuk meneriakkan penolakan mereka terhadap kunjungan itu.

PIJ juga menyatakan, “Kunjungan ini tak akan pernah berhasil memberikan pembenaran kepada pembunuh dan mencuci tangannya dari darah anak-anak kecil dan orang-orang tak berdosa,” lanjutnya. (raialyoum)

Para Aktivis Maroko Berunjuk Rasa Anti Kunjungan Menhan Israel

Para aktivis Maroko menggelar demonstrasi di Rabat, di ibu kota Maroko, Kamis (25/11), untuk memprotes kunjungan Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz.

Situs Walla milik Israel menyatakan bahwa Front Maroko untuk Dukungan kepada Palestina dan Anti-Normalisasi telah mengorganisir demonstrasi menentang kunjungan Benny Gantz ke Rabat.

Walla menyebutkan bahwa demonstrasi itu terjadi di dekat gedung parlemen Maroko, yang merupakan tempat permanen untuk demonstrasi.

Seperti diketahui, dalam kunjungan Menhan Israel ke Maroko kedua pihak pada Rabu lalu meneken perjajian kerjasama keamanan yang memungkinkan Maroko mendapatkan teknologi militer Israel. (alalam)