Jakarta, ICMES. Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah mengutuk tindakan AS memblokir situs-situs media yang sebagian besar terhubung dengan Poros Resistensi, dan menilai pemblokiran itu sebagai bukti kepalsuan klaim AS soal demokrasi dan kebebasan berkeyakinan.
Ratusan orang Palestina terluka diserang pasukan Israel di kawasan Jabal Subaih distrik Bita di selatan Nablus ketika pasukan Zionis itu bermaksud mencegah penyelenggaraan shalat Jumat di perbukitan Bita.
Direktur Departemen Teknik Kementerian Pertahanan Ethiopia, Letjen Buta Bachata Debele, menyatakan negaranya tidak ingin menyelesaikan masalah Bendungan Renaissance dengan Mesir dan Sudan secara militer, tapi siap menghadapi skenario demikian.
Menlu Mesir Sameh Shoukry menilai Ethiopia telah memprovokasi Mesir ketika salah seorang pejabat Ethiopia menyatakan bahwa Mesir tak akan dapat berbuat apapun terhadap Bendungan Renaissance yang dibangun oleh Ethiopia.
Berita Selengkapnya:
Nasrallah: Pemblokiran Situs-Situs Resistensi Buktikan Kepalsuan Klaim Demokrasi AS
Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah mengutuk tindakan AS memblokir situs-situs media yang sebagian besar terhubung dengan Poros Resistensi, dan menilai pemblokiran itu sebagai bukti kepalsuan klaim AS soal demokrasi dan kebebasan berkeyakinan.
Dalam pidatonya, Jumat (25/6), Sayid Nasrallah mengatakan bahwa situs-situs yang diblokir itu adalah media yang berperan besar dalam penggalangan solidaritas untuk Palestina serta penolakan terhadap hegemoni AS dan takfirisme.
Mengenai isu Libanon, dia menepis klaim dukungan AS kepada tentara Libanon dan menilai AS berusaha mengadu domba antara tentara Libanon dan kelompok pejuang Hizbullah.
“Kami mendukung penguatan tentara Libanon, dan tak ada keraguan soal ini, sekalipun pihak yang menguatkannya adalah AS. Tapi kami melawan gerakan-gerakan terbuka AS untuk mengadu domba bangsa Libanon,†katanya.
Sayid Nasrallah memastikan AS-lah yang justru berusaha mencegah penguatan tentara Libanon dan menghalangi bantuan kongkret negara-negara regional kepada tentara Libanon.
Dia juga berbicara mengenai Iran dengan mengatakan bahwa negara republik Islam itu dalam perundingan nuklirnya dengan negara-negara besar di Wina tak akan pernah menerima pembicaraan tema selain nuklir.
“Iran tak akan menerima pembicaraan mengenai rudal balistik dan isu regional,†katanya.
Sedangkan mengenai hubungan Iran-Saudi dia mengatakan, “Pada semua perundingan Iran-Saudi, perhatian terfokus pada hubungan bilateral dan sama sekali tak mengemuka pembicaraan mengenai Libanon. Iran berunding tidak untuk mewakili pihak lain seperti Libanon, Suriah, Palestina, Yaman atau bahkan Afghanistan. Tapi jika dimina bantuan maka akan membantu sebagai sahabat.†(fna)
Ratusan Orang Palestina Terluka Diserang Pasukan Zionis
Ratusan orang Palestina terluka diserang pasukan Israel di kawasan Jabal Subaih distrik Bita di selatan Nablus, Jumat (25/6), ketika pasukan Zionis itu bermaksud mencegah penyelenggaraan shalat Jumat di perbukitan Bita.
Dikutip situs berita Palestine Today,  kepala Pusat Gawat Darurat Bulan Sabit Merah Palestina, Ahmad Jibril, mengatakan, “Pasukan pendudukan melepaskan tembakan ke arah para pemuda Palestina dengan peluru tajam, peluru karena, gas air mata dan granat kejut.â€
Dia menambahkan, “Akibat serangan ini, sedikitnya tiga orang menderita luka terkena peluru tajam, 69 orang luka terkena peluru karet, 245 orang mengalami sesat nafas akibat menghirup gas air mata, 49 orang terluka karena jatuh ke bebatuan, 23 luka akibat kobaran api, dan 13 mengalami gangguan karena tembakan gas air mata.â€
Selain itu, di kawasan Usarin di tenggara Nablus, empat orang Palestina juga mengalami sesak nafas akibat tembakan gas air mata pasukan Zionis Israel.
Dalam beberapa hari terakhir ini pasukan Zionis gencar menyerang para pengunjuk rasa Palestina yang memrotes pembangunan permukiman Yahudi di Bita, Nablus, Tepi Barat. (fna)
Jenderal Ethiopia Nyatakan Siap Perang demi Bendungan
Direktur Departemen Teknik Kementerian Pertahanan Ethiopia, Letjen Buta Bachata Debele, menyatakan negaranya tidak ingin menyelesaikan masalah Bendungan Renaissance dengan Mesir dan Sudan secara militer, tapi siap menghadapi skenario demikian.
Dalam s wawancara dengan RT setelah mengikuti Konferensi Keamanan Internasional Moskow ke-9, Jumat (25/6), ketika ditanya mengenai kemungkinan penyelesaian krisis itu secara militer, Debele mengatakan,  “Untuk negara saya, masalah air seharusnya tidak menjadi penyebab perang. Jadi solusinya tidak bisa militer, solusi terbaik adalah diskusi melalui Uni Afrika.â€
Dia menambahkan, “Tapi pihak Mesir tidak ingin menyelesaikan masalah melalui negosiasi. Mereka datang untuk berdiskusi dan menolak semua proposal. Jadi, dari sudut pandang saya solusi terbaik adalah negosiasi, dan mereka tidak akan bisa menyelesaikan masalah secara militer. Mereka tidak akan mencoba menyerang bendungan, tapi kalaupun mereka menyerangnya, mereka tidak akan dapat memecahkan masalah atau menghancurkan bendungan itu, karena tidak bisa dihancurkan oleh bom pesawat tempur, dan mereka tahu bahwa bendungan itu kokoh.â€
Debele juga mengatakan, “Jadi saya berharap untuk menyelesaikan masalah melalui diskusi, dan pemerintah kita telah memulai tahap kedua pengisian bendungan, dan ketika tahap ini berakhir, semuanya akan aman dan semua orang akan datang untuk membahas proposal untuk berbagi air, bukan membangun bendungan, tetapi bagaimana membagi air. Karena 90% air mengalir ke Mesir saja, dan 10% untuk Sudan, sementara kami tak punya apa-apa lagi.â€
Ditanya apakah negaranya siap untuk solusi militer, jenderal Ethiopia ini mengatakan, “Ya, setiap negara siap untuk mempertahankan tanah air, dan kami siap untuk mengusir musuh yang mencoba untuk merusak kedaulatan kami. Kami siap bertahan.â€
Dia menyebutkan bahwa pihak Ethiopia tidak mengangkat masalah Bendungan Renaissance dalam Konferensi Keamanan Internasional Moskow, dan bahwa delegasi negaranya tidak mengadakan pertemuan dengan pihak Mesir di Moskow, tapi menyebutkan pihaknya siap untuk berdialog. (raialyoum)
Dianggap Tak Bisa Berbuat Apapun, Kairo Sebut Ethiopia Memprovokasi Mesir
Menlu Mesir Sameh Shoukry menilai Ethiopia telah memprovokasi Mesir ketika salah seorang pejabat Ethiopia menyatakan bahwa Mesir tak akan dapat berbuat apapun terhadap Bendungan Renaissance yang dibangun oleh Ethiopia.
“Kami tahu persis apa hak bangsa Palestina dan bagaimana membelanya,†tegas Shoukry dalam wawancara telefon dengan salur MBC Mesir, Jumat (25/6).
Dia memperingatkan bahwa jika Mesir dirugikan maka negara ini tak akan kendur dalam membela haknya, dan Kairo sudah mengajukan permohonan kepada Dewan Keamanan PBB untuk penyenggaraan sidang yang membahas kemelut Bendungan Renaissance.
Hal tersebut dinyatakan Menlu Mesir sebagai tanggapan atas tindakan Ethiopia melakukan pengisian bendungan itu untuk tahap kedua.
Sebelumnya, Direktur Departemen Teknik Kementerian Pertahanan Ethiopia, Letjen Buta Bachata Debele, menyatakan negaranya siap menghadapi skenario penyelesaian masalah bendungan melalui cara militer. Dia juga menyatakan bahwa Mesir tak akan sanggup menghancurkan bendungan tersebut. (rt)
Â