Jakarta, ICMES. Sejumlah orang menderita luka akibat ulah dua jet tempur Amerika Serikat (AS) yang mendekati sebuah pesawat penumpang Iran di wilayah udara Suriah.
Iran secara resmi membantah klaim ataupun spekulasi bahwa sejumlah insiden ledakan dan kebakaran di Iran belakangan ini terjadi akibat serangan cyber.
Kepala Departemen Komunikasi Kepresidenan Turki, Fahrettin Altun, menyatakan negaranya sanggup menumpas apa yang disebutnya “front ilegal” di Libya.
Berita selengkapnya:
Jet Tempur AS Dekati Pesawat Penumpang Iran di Langit Suriah, Sejumlah Orang Terluka
Sejumlah orang menderita luka akibat ulah dua jet tempur Amerika Serikat (AS) yang mendekati sebuah pesawat penumpang Iran di wilayah udara Suriah, Kamis (23/7/2020).
Laporan awal menyebutkan bahwa dua jet tempur Israel mendekati pesawat Mahan Air yang sedang menempuh rute Tehran-Beirut di atas langit Suriah, sehingga pilotnya terpaksa melakukan tindakan beresiko dengan mengubah arah dan ketinggian secara tiba-tiba demi menghindari tabrakan. Akibatnya, beberapa orang cedera.
Media Barat dan Israel, termasuk Reuters dan Jerusalem Post, melaporkan bahwa dua jet tempur pengusik itu milik Israel, namun militer Israel membantahnya. Sedangkan kapten Mahan Air dengan nomor penerbangan 1152 sendiri menyatakan bahwa pilot kedua jet tempur itu dalam kontak radio mengaku sebagai pilot militer AS.
Sebuah video yang diposting oleh seorang reporter TV milik pemerintah Iran yang kebetulan juga ada di dalam pesawat itu dari jendela memperlihatkan sebuah jet tempur F-15 dan komentar seorang penumpang yang berdarah di bagian wajahnya.
Dalam wawancara selanjutnya dari Beirut, reporter itu mengatakan tiga penumpang terluka akibat “tindakan sengaja jet tempur AS”.
Kantor berita Suriah, SANA, melaporkan insiden itu terjadi di zona udara Suriah di wilayah “lintasan perbatasan Al-Tanf dengan Irak”.  Di wilayah itu AS memiliki pangkalan utama yang didukung oleh pangkalan udara Ein Al-Assad, Irak barat, yang berjarak  120 km.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi mengatakan bahwa Duta Besar Iran untuk PBB Majid Takht-Ravanchi telah melaporkan insiden tersebut kepada Sekjen PBB Antonio Guterres.
Mousavi juga memperingatkan, “Jika ada insiden pada  pesawat ini dalam perjalanan pulang maka Republik Islam Iran akan menganggap AS bertanggung jawab.†Dia menambahkan bahwa pesan demikian telah dikirim kepada duta besar Swiss untuk Iran selaku penjaga kepentingan AS di Iran.
Pihak Mahan Air menyatakan bahwa beberapa penumpang yang terluka akibat insiden itu telah dibawa ke rumah sakit di Beirut, Libanon, sementara penumpang yang lain juga telah dievakuasi.
Laporan terbaru menyebutkan bahwa pesawat penumpang Iran itu sudah kembali ke Iran dengan melintasi rute yang sama pada Kamis malam. (fna)
Iran Resmi Bantah Adanya Serangan Cyber dalam Beberapa Insiden Ledakan dan Kebakaran
Iran secara resmi membantah klaim ataupun spekulasi bahwa sejumlah insiden ledakan dan kebakaran di Iran belakangan ini terjadi akibat serangan cyber.
Bantahan itu dinyatakan oleh  juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Seyed Abbas Mousavi sembari menegaskan bahwa negara republik Islam ini berhak membela diri dan membalas seandainya memang menjadi sasaran serangan cyber.
Kepada wartawan di Teheran, Kamis (23/7/2020), Mousavi memastikan insiden-insiden tersebut tak ada kaitannya dengan serangan cyber seperti yang diklaim ataupu diduga oleh berbagai pihak.
“Ribuan serangan cyber dilakukan terhadap infrastruktur negara ini setiap hari, sehingga bukanlah hal baru; banyak di antaranya terhalau tanpa dampak apapun oleh sistem pertahanan dan komputer canggih serta tim tanggap bencana komputer kami,†terang Mousavi.
“Dalam beberapa bulan terakhir, beberapa serangan cyber yang lebih luas telah terjadi pada infrastruktur negara ini, yang menurut analisa teknis dapat dikatakan telah didukung atau dilakukan oleh beberapa pemerintah,” tambahnya.
Menurut Mousavi, penyerang gagal mencapai tujuan utama serangannya, sementara para ahli Iran yang telah melakukan survei teknis dan elektronik forensik telah mendeteksi negara-negara luar serta berbagai kelompok yang berada di balik serangan.
Mousavi juga menyebutkan bahwa kejahatan dan pelanggaran hukum internasional, yang sebagian besar dilakukan oleh pemerintah AS, merupakan masalah yang menjadi perhatian global sehingga masyarakat internasional harus menanggapinya dengan tepat.
Ketika diitanya ihwal pemberitaan bahwa perintah AS meluncurkan serangan cyber terhadap Iran dan beberapa negara lain, Mousavi mengatakan, “Kebakaran belakangan ini tidak ada hubungannya dengan serangan siber. Mengenai perintah Presiden AS Trump, sangatlah wajar untuk mengatakan bahwa mulai sekarang pemerintah AS akan menjadi tersangka utama dari setiap serangan cyber yang dilakukan terhadap Iran, kecuali jika terbukti sebaliknya.â€
Mousavi menegaskan kembali bahwa Iran memiliki hak yang sah untuk membalas secara tepat waktu, dan bahwa Iran dapat menggunakan segala cara, baik di dunia maya ataupun dengan senjata lain, untuk melawan dan membalas serangan cyber. (fna)
Turki Ancam Tumpas Musuhnya di Libya, LNA Siap Hadapi Serangan
Kepala Departemen Komunikasi Kepresidenan Turki, Fahrettin Altun, menyatakan negaranya sanggup menumpas apa yang disebutnya “front ilegal” di Libya.
Sebelumnya, Dewan Keamanan Nasional Turki menggelar rapat yang dipimpin langsung oleh Presiden Recep Tayyip Argan.
Mengomentari rapat ini, Fahrettin Altun di akun Twitter-nya, Kamis (23/7/2020), bersumbar; “Turki memiliki kemampuan untuk menghancurkan front ilegal di Libya, sebagaimana  telah menghancurkan organisasi-organisasi teroris, Partai Pekerja Kurdistan (PKK), Unit Perlindungan Kurdi (YPG), ISIS, dan Gulen.â€
Seperti diketahui, Turki menyokong kubu Pemerintah Kesepakatan Nasional Libya (GNA) yang dipimpin Fayez al-Sarraj dan bermarkas di Tripoli, Libya barat, dalam konfliknya melawan kubu Tentara Nasional Libya (LNA) yang dipimpin Marsekal Lapangan Khalifa Haftar di Libya timur dan didukung Mesir dan Uni Emirat Arab (UEA).
LNA sempat menyerbu Tripoli tapi kemudian terpukul mundur setelah Turki turun tangan menyokong GNA. Belakangan ini GNA akan segera melancarkan serangan balik untuk merebut kembali kota Sirte dan daerah Al-Jafrah di dekatnya.
GNA dan Turki bersikukuh bahwa LNA harus keluar dari Sirte dan Al-Jafrah jika menghendaki gencatan senjata, sementara Mesir menyebut dua tempat itu sebagai “garis merah†sehingga mengancam akan melakukan intervensi militer di Libya.
Sementara itu, LNA, mengaku pertahanan udaranya telah menembak jatuh satu unit drone buatan Turki di angkasa Sirte, Kamis.
Perwira Angkatan Udara LNA, Mahmoud Al-Marghani, mengatakan, “Pagi ini orang Turki menerbangkan drone dari salah satu pangkalannya di Misrata menuju kota Sirte untuk menarget posisi Angkatan Bersenjata Libya. Media pertahanan udara telah menembaknya jatuh di dekat pantai barat kota Sirte sebelum mencapai posisi angkatan bersenjata Libya.”
Laporan lain menyebutkan bahwa LNA mengaku telah meningkatkan angkatan udaranya dan mempersiapkan pasukan daratnya untuk menghadapi serangan mendatang Turki terhadap posisi mereka di Sirte. (alalam/amn)
Â