Rangkuman Berita Utama Timteng Jumat 24 Desember 2021

Rangkuman Berita Utama Timteng Jumat 24 Desember 2021

Jakarta, ICMES. Kelompok pejuang Hizbullah yang berbasis di Lebanon dilaporkan memiliki sekitar dua ribu pesawat nirawak (UAV/drone), yang banyak di antaranya berteknologi canggih dari Iran.

Ketua parlemen Yordania Abdul Karim Al-Daghmi menyerukan pemulihan keanggotaan Suriah sepenuhnya dalam Liga Arab pada Konferensi Tingkat Tinggi   mendatang.

Hamas menyatakan gencatan senjata antara Hamas dan Israel tak akan berlangsung lama, dan mengancam akan meningkatkan operasi di Tepi Barat.

Pasukan elit Iran ini telah menggunakan drone-drone kamikaze dan ofensif canggih pada hari keempat latihan perang bersandi “Nabi Besar ke-17”.

Berita Selengkapnya:

Penelitian Sebut Hizbullah Miliki 2000 Drone, Israel Ketar-Ketir

Kelompok pejuang Hizbullah yang berbasis di Lebanon dilaporkan memiliki sekitar dua ribu pesawat nirawak (UAV/drone), yang banyak di antaranya berteknologi canggih dari Iran.

Laporan itu dikemukakan belum lama ini oleh Pusat Penelitian ALMA sembari menjelaskan bahwa Hizbullah telah menggunakan drone sejak 1990-an dan telah menggunakannya di Suriah serta dalam perlawanan terhadap Israel. Bahkan sebelum Perang Lebanon II pada tahun 2006, kelompok itu meluncurkan beberapa drone ke Israel.

Laporan ALMA yang dikutip oleh berbagai media Israel itu mengklaim bahwa Hizbullah telah berupaya menerbangkan dronennya ke Israel, termasuk pada Oktober 2012 ketika sebuah drone yang diluncurkan di atas Laut Mediterania mencapai Negev sebelum kemudian dicegat oleh jet Angkatan Udara Israel.

Menurut ALMA, Hizbullah memiliki 200 drone buatan Iran pada tahun 2013, dan sejak itu dengan bantuan Iran Hizbullah secara signifikan meningkatkan armadanya, yang akan digunakan untuk serangan kamikaze terhadap aset-aset strategis Israel serta pengintaian terhadap pasukan dan pangkalan IDF.

ALMA menyebutkan Hizbullah “kemungkinan besar” memiliki model-model drone canggih semisal tipe Mohajer, Shahed, dan Samed (KAS-04), Karrar dan Saegheh, selain juga memiliki lusinan drone sipil yang lebih kecil buatan China yang digunakan untuk memotret serta membawa dan menjatuhkan bom.

Laporan itu juga menjelaskan bahwa Iran telah membangun “pasukan UAV” sejak 1984, dan armadanya bukan hanya memiliki jangkauan signifikan lebih dari 2.000 kilometer, melainkan juga memiliki “kemampuan pengembangan dan operasional yang sangat maju”.

“Iran menyadari bahwa ia tidak dapat memberikan tanggapan militer di seluruh Timur Tengah pada umumnya dan terhadap Israel pada khususnya, menghadapi angkatan udara yang mengoperasikan pesawat tempur. Karena itu, ia berusaha mengembangkan dua alternatif dalam beberapa dekade terakhir: yang pertama, sistem rudal permukaan-ke-permukaan yang presisi, dan yang kedua, ‘Pasukan UAV’”, terang ALMA.

Meskipun Iran memiliki ribuan drone, laporan itu menyoroti sembilan jenis UAV dan 48 model, termasuk yang beroperasi, dan selebihnya masih dalam tahap uji coba. Laporan tersebut juga membahas model UAV yang digunakan oleh Hizbullah, Hamas dan Jihad Islam Palestina di Jalur Gaza.

Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz pada September lalu menyebut pasukan drone sebagai “salah satu alat paling signifikan yang dikembangkan oleh Iran.”  Menurutnya, kekuatan itu merupakan “serangkaian senjata presisi yang mematikan, seperti rudal balistik atau pesawat, dapat melintasi ribuan mil”.

Dia juga mengatakan, “Iran memproduksi dan mengekspor pesawat ini ke proksi mereka, dalam koordinasi dan dipimpin oleh Angkatan Udara IRGC dan Pasukan Quds.”

Situs berita Israel Jerussalem Post menyebutkan bahwa  drone menjadi senjata pilihan Iran dalam konflik mendatang, dan bahwa drone itu jelas meningkatkan jangkauan dan kemampuan Iran dan proksinya.

“Mereka sekarang dapat menyerang Israel dari Irak, seperti yang dilakukan pada bulan Mei ketika sebuah pesawat tak berawak Iran terbang dari Irak di atas Suriah ke wilayah udara Israel,” tulis Jerussalem Post, Kamis (23/12). (jp/algemeiner)

Parlemen Yordania Puji Kemenangan Suriah dan Serukan Pemulihan Keanggotaan Suriah di Liga Arab

Ketua parlemen Yordania Abdul Karim Al-Daghmi menyerukan pemulihan keanggotaan Suriah sepenuhnya dalam Liga Arab pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) mendatang organisasi ini di Aljazair pada bulan Maret 2022.

 â€œKita, sebagai Parlemen Arab, harus menekan pemerintah kita dan meminta para pemimpin kita untuk memberi lampu hijau kembalinya Suriah ke Liga Arab ketika KTT berikutnya diadakan di Aljazair, dan juga untuk mengizinkan delegasinya berpartisipasi dalam sesi Parlemen Arab sebagaimana dahulu,” seru Daghmi dalam konferensi pers di sela-sela sidang Parlemen Arab di Amman, Kamis (23/12).

Dia juga menegaskan, “Sekarang saatnya bagi Suriah untuk kembali ke asal Arabnya dan bergabung kembali dengan Liga Arab. Hari ini, kita harus membangun kemenangan yang diraih oleh saudara-saudara kita di Suriah dan Irak atas kelompok teroris; meningkatkan upaya kita dalam mendukung persatuan, keamanan dan stabilitas negara serta integritas wilayah negara kita; dan menolak segala bentuk campur tangan, agar generasi demi generasi menikmati keamanan dan terbuka jendela masa depan menjanjikan yang berhak di dapat oleh dua bangsa yang besar ini.”

Pada 3 Oktober lalu Raja Yordania Abdullah II menerima panggilan telepon dari Presiden Suriah Bashar al-Assad, dan terjadi percakapan pertama kalinya antara keduanya setelah mengalami ketegangan hubungan selama sekira satu dekade.

Pengadilan Kerajaan Yordania menyatakan keduanya telah membahas hubungan antara “negara-negara bersaudara dan cara-cara peningkatan kerjasama di antara mereka.”

Abdullah II menegaskan dukungan negaranya kepada “upaya yang dilakukan untuk menjaga kedaulatan, stabilitas, integritas teritorial, dan rakyat Suriah.”

Kantor berita resmi Suriah, SANA, saat itu melaporkan bahwa Assad menelepon Abdullah untuk membahas hubungan bilateral dan “memperkuat kerja sama demi kepentingan kedua negara dan bangsa.”

Di Aljazair, Presiden Abdelmadjid Tebboune juga telah menyerukan pemulihan keanggotaan Suriah di Liga Arab. Dia menyatakan bahwa negara-negara Arab tidak akan menyelesaikan perbedaan mereka jika Damaskus dikeluarkan dari organisasi regional ini.

SANA menyebutkan bahwa pada konferensi pers bersama dengan sejawatnya dari Tunisia, Kais Saied, di Tunis pada 15 Desember, Tebboune mengatakan Suriah harus bergabung kembali dengan Liga Arab agar orang-orang Arab dapat bersatu kembali.

Tebboune memastikan negaranya akan menjauhi diskriminasi dan tidak akan memperlakukan negara mana pun secara berbeda dengan negara lain ketika menjadi tuan rumah KTT Liga Arab.

Liga Arab membekukan keanggotaan Suriah pada November 2011 dengan dalih Damaskus melakukan penumpasan oposisi. Suriah mengecam langkah itu dan menyebutnya “ilegal dan pelanggaran terhadap piagam Liga Arab.”

Suriah adalah salah satu dari enam negara  pendiri Liga Arab pada tahun 1945. Karen itu, Wakil Menteri Luar Negeri Suriah Bashar Jaafari Rabu lalu menyatakan, “Kami tidak meninggalkan Liga Arab karena kami adalah salah satu negara pendirinya.” (mm/presstv/raialyoum)

Hamas: Umur Gencatan Senjata dengan Israel Tak akan Lama

Gerakan Perlawanan Islam Palestina, Hamas, menyatakan gencatan senjata antara Hamas dan Israel tak akan berlangsung lama, dan mengancam akan meningkatkan operasi di Tepi Barat.

Dalam wawancara dengan Al-Aqsa TV pada Kamis malam (23/12) Wakil Ketua Biro Politik Hamas, Saleh al-Arouri,  mengatakan, “Tak ada gencatan senjata lama antara kami dan Israel di Gaza, apa yang terjadi adalah pengaturan gencatan senjata setelah setiap pertempuran.”

Dia menambahkan, “Palestina yang bersejarah dan resistensi di dalamnya adalah hak rakyat Palestina secara nasional, bangsa Arab kita secara nasional, dan umat Islam kita secara agama.”

Mengenai ketegangan di Tepi Barat, Al-Arouri memastikan rakyat Palestina “pantang menyerah dan tunduk pada pendudukan, tak peduli seberapa banyak pengorbanannya, dan ada garis perlawanan yang sangat jelas.”

Dia menyerukan “peningkatan gelombang perlawanan di Tepi Barat dalam segala bentuknya, dan persatuan orang-orang Palestina di jalan resistensi.”

Mengenai ancaman Israel untuk menyerangnya sebagai balasan atas serangan di Tepi Barat, Al-Arouri menegaskan, “Kami tidak takut kepada ancaman rezim pendudukan, dan kami merasa terhormat menjadi bagian dari perlawanan rakyat kami.”

Al-Arouri menambahkan, “Pendudukan adalah penyebab utama perlawanan setelah orang-orang Palestina dikeluarkan dari fase rakyat damai kepada keadaan perang permanen… Kami dapat mengusir para pemukim dari Tepi Barat dan menghentikan ugal-ugalan mereka di bawah tekanan perlawanan, seperti yang terjadi di Gaza.”

Israel menyalahkan para pemimpin Hamas di luar negeri, termasuk Al-Arouri, atas eskalasi serangan baru-baru ini di Tepi Barat dan mengancam akan menyerang mereka. (raialyoum)

Hari Ke-4 Latihan Perang, Pasukan Iran Kerahkan Drone Kamikaze

Komandan Umum Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Mayjen Hossein Salami, Kamis (23/12), menyatakan bahwa  pasukan elit Iran ini telah menggunakan drone-drone kamikaze dan ofensif canggih pada hari keempat latihan perang bersandi “Nabi Besar ke-17”.

Dia menyebutkan bahwa pada hari itu latihan militer gabungan besar-besaran di selatan negara ini di kawasan Teluk Persia, pasukan IRGC secara efektif telah menggunakan pencapaian militer terbarunya, termasuk drone bunuh diri dan ofensif.

Salami juga menyinggung keberhasilan pasukan IRGC menggunakan pencapaian lain, termasuk ranjau yang melompat ke sasaran musuh yang bergerak, serta tank Karrar yang dikembangkan di dalam negeri dan telah dioperasikan dalam latihan militer itu pada hari Rabu lalu.

Dia memuji koordinasi dan sinergi antara Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan udara IRGC dalam manuver tersebut.

Dia juga menyebut Angkatan Darat IRGC sebagai penjamin penjagaan integritas wilayah, kemerdekaan, dan keamanan nasional negara.

Latihan “Nabi Besar ke-17” IRGC dimulai pada Senin lalu di provinsi Hormozgan, Bushehr, dan Khuzestan, Iran selatan, dan akan berlanjut hingga Sabtu (26/12). (mna)