Rangkuman Berita Utama Timteng, Jumat 21 April 2017

suriah bashar al-assadJakarta, ICMES: Presiden Suriah Bashar al-Assad berbicara mengenai beredarnya kabar bahwa gembong teroris ISIS Abu Bakar al-Baghdadi, sekaligus mengenai tragedi bom kimia Khan Shaykhun, sementara penasehat politik dan media Presiden Suriah  Bouthaina Shaaban menyatakan Amerika Serikat tidak akan menyerang Suriah lagi.

Kemlu Rusia mengecam penolakan Barat terhadap usulan bersama Rusia dan Iran di Organisasi Larangan Senjata Kimia (OPCW) untuk pengiriman tim pencari fakta tragedi bom kimia Khan Shaykhun.

Ketua Aliansi Nasional Irak Sayyid Ammar al-Hakim dalam dalam kunjungan ke Mesir menekankan keharusan merajut dialog lintas mazhab, penguatan gerakan moderat, dan kerjasaama antar kelompok moderat  melawan radikalisme.

Berita selengkapnya;

Al-Assad Bicara Kabar Penangkapan Abu Bakar al-Baghdadi dan Senjata Kimia

Setelah Kemlu Rusia, kini giliran Presiden Suriah Bashar al-Assad berbicara mengenai beredarnya kabar bahwa gembong teroris ISIS Abu Bakar al-Baghdadi tertangkap oleh tentara Rusia dan Suriah, sekaligus mengenai tragedi bom kimia Khan Shaykhun.

Dalam wawancara dengan Sputnik dan Ria Novosti milik Rusia, Kamis (20/4/2017), mengatakan bahwa kabar itu tidak benar.

“Laporan mengenai penangkapan Abu Bakar al-Baghdadi oleh tentara Rusia dan Suriah tidak benar…  Perbatasan antara Suriah dan Irak masih dikuasi oleh kelompok teroris ISIS. Suriah, Rusia, Barat, Amerika Serikat, ataupun pihak lain tidak menjangkau kawasan ini,” katanya.

Al-Assad juga berbicara mengenai penggunaan senjata kimia dalam tragedi Khan Shaykhun, provinsi Idlib, Suriah, yang menewaskan sekira 100 orang dan melukai 500 lainnya beberapa waktu lalu.

“Sejak tentara kami di Aleppo mendapat serangan kimia dan zat beracun kami sudah mengajukan permohonan kepada PBB agar mengirim tim pencari fakta untuk menyelidiki dan membuat kepastian soal ini. Setelah itupun juga ada kejadian-kejadian serupa, tapi PBB tetap tidak mengirim tim,” tuturnya.

Dia melanjutkan, “Sekarangpun kami juga telah melayangkan surat dan mengajukan permohonan kepada PBB supaya mengirim tim untuk menyelidiki peristiwa Khan Shaykhun, tapi mereka (PBB) sampai sekarang tidak melakukannya.”

Menurutnya, AS dan Barat sengaja mencegah pengirim tim penyelidik karena jika datang ke Suriah maka tim ini akan mengetahui kebohongan klaim AS mengenai tragedi Khan Shaykhun dan fakta mengenai lanud militer Shayrat yang diserang oleh AS.

“Karena itu tim penyelidik tidak dikirim. Apa yang terjadi sekarang ialah upaya Rusia dan negara-negara lain untuk pengiriman tim, dan sampai sekarang kami belum mendengar kabar positif adanya tim yang datang,” imbuhnya.

Al-Assad menjelaskan bahwa peristiwa Khan Shaykhun terjadi pada pukul 6.30 sedangkan angkatan udara Suriah menyerang daerah yang dikuasi Jabhat al-Nusra itu pada pukul 11.30. Dia menduga peristiwa itu sengaja dibuat supaya AS dapat menyerang Suriah.

“Jika 60 orang tewas akibat serangan kimia, lantas mengapa kehidupan di daerah ini masih berjalan normal? Mengapa mereka tidak meninggalkannya? Bagaimana mungkin ada penggunaan senjata pemusnah massal di sana tapi tak seorang meninggalkan daerah ini?” soalnya.

Dia juga menjelaskan bahwa serangan AS ke Shayrat beberapa hari setelah peristiwa Khan Shaykhun justru membuktikan klaim AS karena AS menyerang semua gudang yang ada di Shayrat tapi di sana ternyata tak ada sama sekali gas beracun tersebar dan memapar tentara Suriah. (irna)

Penasehat al-Assad Nyatakan AS Tak Akan Menyerang Suriah Lagi

Penasehat politik dan media Presiden Suriah  Bouthaina Shaaban menegaskan Damaskus pantang mundur membela kesatuan, kedaulatan dan kemerdekaan Suriah, dan akan tetap mempertahan prinsip-prinsip yang dianutnya.

Dalam wawancara dengan TV al-Mayadeen yang berbasis di Lebanon, Rabu (19/4/2017), dia juga menyatakan sama sekali tidak ada pembicaraan mengenai pemerintahan transisi di Suriah.

Mengenai serangan rudal  Amerika Serikat (AS) terhadap Suriah beberapa waktu lalu, Shaaban menyebutnya “agresi  bodoh” yang dilakukan tanpa ada penyelidikan tim pencari fakta terlebih dahulu.

“AS juga gagal meraih tujuan apapun dari agresinya, dan apa yang ia lakukan sekarang sia-sia,” katanya.

Menurutnya, tujuan agresi tersebut tak lain mendongkrak persyaratan Barat dalam perundingan damai Suriah.

Mengenai pertemuan segi tiga menlu Rusia, Suriah, dan Iran di Moskow Jumat pekan lalu dia menuturkan, “Dari Moskow kami mengerti bahwa kami tidak akan menyaksikan Presiden AS Donald Trump menyerang Suriah lagi.”

Dia menambahkan, “Kami tidak akan bertaruh atas apa yang dilakukan Trump, dan memang tidak bisa dengannya kami mempertaruhkan apa kami perbuat bersama para sekutu dan mitra kami. Sekarang Suriah dan para sekutunya, Rusia, Iran dan Hizbullah, lebih kuat dari waktu-waktu sebelumnya.” (almayadeen)

Barat Tolak Tantangan Rusia dan Iran Untuk Penyelidikan Tragedi Khan Shaykhun

Kemlu Rusia mengecam keras penolakan Barat terhadap gagasan bersama Rusia dan Iran di Organisasi Larangan Senjata Kimia (OPCW) untuk pengiriman tim pencari fakta tragedi bom kimia Khan Shaykhun.

Kepala Departemen Non-Proliferasi dan Pengendalian Senjata Kemlu Rusia Mikhail Ulyanov, Kamis (20/4/2017), mengaku sudah sudah menduga Barat bersikap demikian.

“Hasil penghitungan suara di Dewan Eksekutif OPCW yang menyebabkan ditolaknya gagasan Rusia dan Iran untuk penyelidikan fakta tragedi Khan Shaykhun itu dapat diperkirakan sebelumnya,” katanya, Kamis (20/4/2017).

“Untuk pengukuhan keputusan demikian dalam sidang diperlukan 2/3 suara, sementara suara negara-negara Barat menempati lebih dari 1/3. Dengan demikian, tak ada kemujuran untuk pengiriman pengawas internasional ke lokasi tragedi kimia Khan Shaykhun sehingga kami berkesimpulan bahwa negara-negara Barat mengakui tentara Suriah tidak menggunakan senjata kimia, dan karena itu mereka menghalangi pengiriman pengawas internasional untuk melakukan penyelidikan secara cermat dan mengungkap peristiwa ini,” terangnya.

Senada dengan ini Wakil Menlu Rusia Sergei Ryabkov di hari yang sama mengatakan bahwa distorsi fakta-fakta Suriah, termasuk mengenai  tragedi kimia Khan Shaykhun, oleh negara-negara Barat sudah menjadi tradisi keseharian.

“Sayang sekali, sidang terbaru Dewan Eksekutif OPCW justru menambah kerisauan kami soal ini. Harus ditekankan bahwa kontinyuitas upaya diplomatik dewasa ini hanya berkenaan dengan penyelesaian persoalan-persoalan pasca peristiwa kimia Khan Shaykhun,” sesalnya.  (irna/segodnya)

Kunjungi Mesir, Tokoh Irak Ammar al-Hakim Serukan Dialog Antar Mazhab

Ketua Aliansi Nasional Irak Sayyid Ammar al-Hakim dalam pertemuan dengan Grand Syeikh al-Azhar, Syeikh Ahmad al-Tayib, di Kairo, ibu kota Mesir, menekankan keharusan merajut dialog lintas mazhab, penguatan gerakan moderat, dan kerjasaama antar kelompok moderat  melawan radikalisme.

Dia juga menekankan pentingnya kerjasama erat antara Hauzah Ilmiyyah Najaf dan Universitas al-Azhar.

“Menghadang paham-paham menyimpang yang mencemarkan dan mendistorsi citra Islam merupakan bagian dari kewajiban semua lembaga keagamaan yang mengikuti Islam yang benar,” katanya.

Mengenai perang melawan kelompok teroris ISIS di Irak, al-Hakim memastikan negaranya sudah berada di ambang kemenangan final berkat perjuangan rakyat Irak dari semua mazhab dan golongan.

Ammar al-Hakim yang memimpin faksi politik terbesar di Irak ini berkunjung ke Mesir dalam rangka memenuhi undangan resmi para pejabat Mesir. Dia tiba di Kaior Selasa lalu dan bertemu dengan presiden, menteri luar negeri, dan para petinggi Mesir lainnya.

Dalam wawancara dengan ONTV-Live dia menegaskan keharusan adanya dialog antara Iran dan Arab, dan Arab hendaknya tidak memandang Iran sebagai negara musuh.

“Pintu-pintu dialog langsung antara Teheran dan negara-negara Arab harus dibuka,’ katanya.  Dia menambahkan negaranya siap menengahi dialog Arab dengan Iran jika diminta.

Dalam jumpa pers di Kedubes Irak di Kairo Rabu lalu yang ditayangkan oleh channel-channel Mesir dan TV Alarabiya al-Hakim juga mengaku telah mengusulkan penyelenggaraan konferesi regional yang melibatkan semua negara yang berpengaruh di Timteng.

“Kawasan ini perlu penyelesaian atas konfliknya melalui dialog antarnegara poros dan besarnya, termasuk Saudi, Mesir, Turki, dan Iran,” katanya.

Kantor Ammar al-Hakim di Baghdad dalam statemennya menyebutkan bahwa al-Hakim dalam pertemuan dengan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi telah mengusulkan pembentukan aliansi strategis kedua negara di bidang keamanan, politik, dan ekonomi demi kepentingan kedua bangsa. (irna/alyoum7/alarabiya)