Rangkuman Berita Utama Timteng Jumat 19 Maret 2021

nasrallah 18-03-21Jakarta, ICMES. Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah memperingatkan gerakan radikalis takfiri serta bahaya perang saudara di Libanon dan adanya pihak-pihak tertentu yang mengharapkan perang ini terjadi di negara ini.

Tentara Yaman dan para pejuang Lijan Shaabiya (Ansarullah/Houthi) atau kubu Sanaa, ibu kota Yaman,  berhasil membebaskan sebuah lingkungan di bagian tengah provinsi Ma’rib.

Kemlu Iran  mengecam deklarasi sidang Dewan Kerjasama Teluk (GCC) dan menyebutnya sebagai “kelanjutan sikap keras kepala” Arab Saudi dan “upanya menekan negara-negara anggota dewan ini”.

Berita Selengkapnya:

Nasrallah: Ada Yang Inginkan Pecahnya Perang Saudara di Libanon

Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah memperingatkan gerakan radikalis takfiri serta bahaya perang saudara di Libanon dan adanya pihak-pihak tertentu yang mengharapkan perang ini terjadi di negara ini.

“Ketika tak berdaya di depan kubu resistensi di Libanon mereka bisa jadi akan mengandalkan tindakan untuk pecahnya perang saudara. Ada pihak-pihak asing dan beberapa pihak internasional mendorong ke arah itu dan mencari-cari bahan bakar untuknya,” ungkap Nasrallah dalam pidatonya yang disiarkan di televisi pada peringatan “Hari Pejuang Yang Terluka”, Kamis (18/3), yang bertepatan dengan peringatan Milad Abu Fadhl Al-Abbas, adik Imam Husain bin Ali bin Abi Thalib, cucunda Nabi saw, yang gugur dalam tragedi Karbala.

Dalam konteks peringatan itu dia mengatakan bahwa selama dia menjabat sebagai Sekjen Hizbullah sejak tahun 1982 jumlah korban luka perjuangan kubu resistensi Libanon melawan pasukan Zionis Israel jauh lebih banyak daripada korban yang gugur syahid.

“Mereka (para korban luka) tabah, teguh, setia, dan sama sekali tak menyimpang dari jalan ini barang sesaat di berbagai gelanggang militer, kebudayaan, sindikasi, dan lain-lain, dan mereka eksis di semua lapangan kerja serta melanjutkan pergerakan mereka di jalan ini dengan berbagai fasilitas,” terangnya.

Sayid Nasrallah menuding AS berusaha menjadikan Libanon bagian dari poros AS-Israel seperti yang terjadi pada sejumlah negara Arab.

Dia mengatakan, “Saya memiliki informasi bahwa ada pihak-pihak asing dan beberapa pihak lokal mendorong ke arah perang saudara, tapi mereka mencari bahan bakar, minyak, tapi sejauh ini kewaspadaan orang-orang Libanon mencegahnya.”

Mengenai terorisme dia mengatakan, “Kita berhadapan dengan kelompok-kelompok teroris yang dibentuk, dikelola, didukung, dan dipersenjatai oleh intelijen AS. Beberapa dokumen baru memperlihatkan peranan intelijen AS dalam rekrutmen para pemimpin ISIS di penjara-penjara Irak dan pelepasan mereka.”

Mengacu pada bocoran rekamanan suara yang tersebar belakangan ini dan menunjukkan peran intelijen AS di balik eksistensi jaringan teroris Al-Qaeda di Yaman, Nasrallah juga membongkar “hakikat kelompok-kelompok teroris takfiri bersenjata dan esensi pihak yang mengelola dan mengayominya.”

Sayid Nasrallah menjelaskan, “Hari demi hari semakin jelas hakikat kelompok-kelompok takfiri dan hakikat siapa yang mengelola dan mendukungnya. Saya berharap kita dapat memetik pelajaran dari apa yang dibocorkan kemarin oleh saudara-saudara kita di Yaman bahwa kepala intelijen AS secara pribadi mementingkan salah seorang pemimpin Al-Qaeda di Yaman. Dia pernah menghubungi mantan presiden Yaman dan meminta pembukaan jalan bagi dia (pemimpin Al-Qaeda) dan penyerahan dia kepada kelompoknya, dan inilah yang terjadi. Setelah beberapa lama dia melancarkan beberapa operasi lalu perkara mereka selesai dengannya merekapun lantas membunuhnya.”

Dia menambahkan, “Dokumen-dokumen baru menunjukkan adanya rekrutmen para tahanan di Irak dan pendirian ISIS, peranan intelijen AS dalam pembentukannya, dan peranan mereka dalam pelepasan para tahanan SDF (Pasukan Demokrasi Suriah) serta pendatangan sebagian mereka ke Pangkalan Al-Tanf.”

Dia menyebutkan bahwa “banyak contohnya” dari Yaman, Suriah, dan Irak mengenai sepak terjang intelijen AS dalam mempekerjakan ISIS dan berbagai kelompok takfiri lain “untuk menghancurkan berbagai negara dan tentaranya supaya Israel menjadi tempat berlindung dan permata mahkota di kawasan ini.” (raialyoum/alalam)

Pasukan Ansarullah Gempur Wilayah Saudi dan Rebut Satu Lagi Kawasan di Ma’rib

Tentara Yaman dan para pejuang Lijan Shaabiya (Ansarullah/Houthi) atau kubu Sanaa, ibu kota Yaman,  berhasil membebaskan sebuah lingkungan di bagian tengah provinsi Ma’rib.

Media lokal, Kamis (18/3), melaporkan bahwa pasukan Yaman membebaskan daerah pegunungan al-Atif di distrik Sirwah, Ma’rib, pada Rabu malam setelah mereka bertempur sengit melawan teroris al-Qaeda dan pasukan koalisi pimpinan Saudi.

Mereka menambahkan bahwa pertempuran saat ini sedang berlangsung antara pasukan Yaman dan militan yang berafiliasi dengan Saudi di daerah Idat al-Rai Sirwah.

Sementara itu, jet-jet tempur Saudi membombardir barat Ma’rib setidaknya 12 kali dalam beberapa jam terakhir.

Provinsi Ma’rib yang kaya minyak dan gas  tercatat sebagai benteng terakhir pasukan yang didukung Saudi di Yaman utara.

Sebelumnya, juru bicara Ansarullah, Mohammed Abdul-Salam, mengatakan bahwa Ma’rib telah berubah menjadi salah satu pangkalan militer terpenting pasukan pendudukan, dan pertempuran untuk pembebasannya telah berlangsung sejak awal perang.

Sementara itu, juru bicara tentara Yaman Brigjen Yahya Saree, Kamis, mengumumkan pihaknya telah melancarkan serangan drone ke Bandara Internasional Abha, Saudi.

“Dengan pertolongan Allah, Unit Pasukan Pesawat Nirawak (UAV) telah melancarkan operasi serangan ke Bandara Internasional Abha pada target militer penting dengan pesawat nirawak tipe Qasif 2K, dan mengena target secara akurat,” ungkap Saree di halaman Twitter-nya.

Di bagian lain, anggota Dewan Tinggi Politik Yaman di Sanaa, Mohammad Ali Al-Houthi, di hari yang sama menegaskan, “Ansarullah menghentikan serangannya terhadap Uni Emirat Arab (UEA) sejak negara ini mengumumkan penarikan pasukannya dari Yaman.”

Dia menjelaskan, “Dengan suatu cara, surat dari Sang Pemimpin, Sayid Abdul Malik Al-Houthi, telah sampai ke UEA. Dia menasehatinya agar berhenti (menginvasi Yaman), dan setelah itu Abu Dhabi mengumumkan secara resmi penarikan pasukannya, dan lalu berhenti pula serangan terhadapnya.”

Beberapa jam setelah Presiden AS Joe Biden mengumumkan penghentian dukungan negaranya kepada serangan koalisi yang dipimpin Saudi di Yaman, UEA pada Oktober 2020 mengumumkan penghentian intervensi militernya dalam krisis Yaman.

Ali Al-Houthi menegaskan, “Jika Saudi mengumumkan penarikannya dari Yaman sebagaimana dilakukan UEA maka pemboman terhadap Saudi juga akan berhenti.”

Sehari sebelumnya dia juga memperingatkan bahwa “tak ada solusi politik di negara ini (Yaman) sebelum penghentian agresi dan keluarnya pasukan pendudukan”. (mna/raialyoum)

Iran Sebut Deklarasi Sidang GCC Dipengaruhi Pandangan Destruktif Saudi

Kemlu Iran  mengecam deklarasi sidang Dewan Kerjasama Teluk (GCC) dan menyebutnya sebagai “kelanjutan sikap keras kepala” Arab Saudi dan “upanya menekan negara-negara anggota dewan ini”.

Menanggapi hasil sidang menteri GCC, Kemlu Iran, Kamis (18/3), memastikan bahwa “upaya Saudi melibatkan dewan kerjasama ini dalam urusan-urusan yang bukan bagiannya tetap tidak akan membuahkan hasil.”

“Deklarasi sidang Dewan Kerjasama Teluk (Persia) masih seperti sebelumnya, memerlukan pemahaman yang realitas terhadap perkembangan regional dan internasional, serta merupakan kelanjutan sikap keras kepala rezim Saudi dan upayanya menekan negara-negara lain di dewan ini,” ungkap Kemlu Iran.

Iran menyatakan, “sebagian anggota dewan ini, berada di bawah tekanan rezim Saudi, masih tergila-gila kepada proyek Iranfobia yang gagal. Proyek Iranfobia adalah jalur keliru yang tak mewujud keamanan dan stabilitas bagi kawasan selama beberapa dekade lalu.”

Teheran menuding Riyadh “menebar kebencian dan kekerasan di kawasan dengan cara menjadikan dewan ini dan pertemuan-pertemuannya sebagai sandera, dan memaksakan pandangan-pandangannya yang destruktif terhadap dewan ini.”

Iran menyerukan permintaan pertanggungjawaban sebagian anggota GCC karena telah membeli senjata dalam jumlah besar, menyediakan pangkalan-pangkalan militer bagi pasukan asing, membuka pintu kepada Rezim Zionis Israel, dan mengkhianati urusan Palestina.

Para menteri luar negeri GCC dalam deklarasi sidangnya menegaskan keharusan “pembenahan perilaku Iran yang mengacaukan keamanan serta stabilitas kawasan dan dunia.” (raialyoum)