Jakarta, ICMES. Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah telah menyebut kubu musuh Iran selalu salah perhitungan terhadap Iran, dan belakangan ini menutup mata di depan unjuk rasa jutaan rakyat Iran pada peringatan HUT ke-44 Revolusi Islam Iran 11 Februari lalu.

Presiden Iran Sayid Ebrahim Rayeesi dan sejawatnya dari China Xi Jinping dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan pada akhir kunjungan resmi presiden Iran ke Beijing menekankan keharusan penghapusan semua sanksi AS terhadap Iran.
Menhan Iran Brigadir Jenderal Mohammad Reza Ashtiani menyatakan negaranya mengalami lonjakan signifikan di bidang ekspor alutsista meski dikenai sanksi oleh Amerika Serikat.
Berita Selengkapnya:
Sayid Nasrallah: Unjuk Rasa Jutaan Rakyat Iran Bukti Musuh Salah Perhitungan
Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah telah menyebut kubu musuh Iran selalu salah perhitungan terhadap Iran, dan belakangan ini menutup mata di depan unjuk rasa jutaan rakyat Iran pada peringatan HUT ke-44 Revolusi Islam Iran 11 Februari lalu.
“Media Barat tidak memperhatikan pawai jutaan orang di Iran pada peringatan kemenangan Revolusi Islam 1979, dan malah berfokus pada pertemuan dan kerusuhan yang telah menarik sejumlah kecil orang dan berusaha menghasut mereka,†katanya dalam pidato pada acara mengenang jasa para syuhada Hizbullah di Beirut, Kamis (16/2).
“Semua orang yang bertaruh pada kejatuhan Iran, terutama rezim Zionis, salah dalam perhitungan mereka dan harus diingatkan bahwa impian mereka tidak akan pernah terwujud,†lanjutnya.
Dia menjelaskan, “Unjuk rasa terbaru di seantero Iran pada peringatan kemenangan Revolusi Islam memberikan tanggapan yang kuat dan tepat kepada musuh dan mereka yang secara palsu mengklaim bahwa hari-hari pemerintahan Islam telah dihitung,†sambungnya.
Mengenai Israel, Sayid Nasrallah menyebut situasi di seluruh tanah yang diduduki Israel sebagai “kritis dan belum pernah terjadi sebelumnya,†dan menekankan bahwa pemerintahan sayap kanan Israel yang dipimpin oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu meningkatkan ketegangan dan mendorong hal-hal ke arah konfrontasi dengan Palestina.
Menurutnya, banyak sejarawan Israel telah memperingatkan bahwa entitas Zionis tersebut akan lenyap sebelum peringatan 80 tahun berdirinya Israel pada tahun 1948.
Dia mengatakan bahwa menurut mereka, orang-orang Yahudi tidak memerintah selama lebih dari 80 tahun sepanjang sejarah Yahudi, sementara rezim Israel sekarang sudah mendekati dekade kedelapan keberadaannya.
Dalam pidato itu dia juga menyatakan belasungkawa atas gempa dahsyat yang menjatuhkan pulihan ribu korban jiwa di Turki-Suriah, dan mengutuk perilaku tak manusiawi AS terkait gempa di Suriah di mana masuknya bantuan kemanusiaan ke negara ini sempat terhambat akibat sanksi AS atas Suriah.
Sayid Nasrallah juga menegaskan kesiapan Hizbullah untuk berperang dengan Israel jika rezim Zionis mengusik kekayaan alam Lebanon.
“Saya memperingatkan terhadap penundaan apa pun terkait ekstraksi minyak dari perairan (Lebanon), dan orang Amerika harus diberitahu agar menjauh dari masalah ini,†katanya.
Dia juga mengatakan, “Sebagaimana kami siap berperang untuk mempertahankan minyak kami, kami siap untuk menjangkaukan senjata kami kepada anak-anak didik Anda, Israel .. Esok sudah dekat.†(presstv/raialyoum)
Presiden Raisi dan Presiden Xi Serukan Pencabutan Sanksi AS terhadap Iran
Presiden Iran Sayid Ebrahim Rayeesi dan sejawatnya dari China Xi Jinping dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan pada akhir kunjungan resmi presiden Iran ke Beijing menekankan keharusan penghapusan semua sanksi AS terhadap Iran.
Keduanya menegaskan bahwa keluarnya AS secara sepihak AS dari perjanjian nuklir Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) merupakan biang kerok kebuntuan dalam isu nuklir Iran dewasa ini.
Pernyataan tersebut menekankan pentingnya penghapusan sanksi dan memastikan kepentingan ekonomi Iran sebagai bagian mendasar dari JCPOA,.
“Semua sanksi yang relevan harus dihapus dengan cara yang dapat diverifikasi untuk memfasilitasi implementasi JCPOA secara penuh dan efektif,†bunyi pernyataan itu.
Raisi dan Xi juga menyuarakan keberatan mereka terhadap upaya beberapa negara untuk mempolitisasi tugas Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dalam pelaksanaan Perjanjian Pengamanan.
Menurut pernyataan itu, Presiden Iran dan China secara menyeluruh membahas kerjasama di semua bidang serta perkembangan regional dan internasional dalam suasana yang bersahabat serta mencapai kesepakatan luas, termasuk mempercepat pelaksanaan perjanjian kemitraan strategis 25 tahun antara kedua negara.
Keduanya juga menegaskan kembali dukungan tegas mereka untuk perlucutan senjata nuklir dan senjata pemusnah massal lainnya di Timur Tengah.
Mereka menyoroti peran Konferensi Tinjauan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dalam memaksa Israel untuk bergabung dengan perjanjian tersebut dan menempatkan semua fasilitas nuklirnya di bawah pengawasan IAEA.
Kedua pihak menekankan pentingnya perlucutan senjata dan non-proliferasi senjata nuklir untuk meningkatkan perdamaian internasional dan menegaskan kembali penghormatan mereka terhadap hak-hak yang tidak dapat dicabut dari semua negara anggota NPT untuk mengembangkan sains dan teknologi nuklir serta mendapatkan bahan, teknologi, dan peralatan nuklir untuk tujuan damai.
Presiden Iran dan China juga menyatakan dukungan mereka untuk isu-isu kepentingan dasar kedua negara, perlindungan kedaulatan nasional, integritas wilayah, dan martabat nasional. (fna)
Sanksi AS Tak Mempan, Ekspor Senjata Melonjak Lima Kali Lipat
Menhan Iran Brigadir Jenderal Mohammad Reza Ashtiani menyatakan negaranya mengalami lonjakan signifikan di bidang ekspor alutsista meski dikenai sanksi oleh Amerika Serikat (AS).
“Produksi dan ekspor alutsista mengalami peningkatan tiga dan lima kali lipat (masing-masing) dibandingkan tahun lalu,†kata Brigadir Jenderal Ashtiani kepada wartawan di sela-sela rapat kabinet di Teheran, Rabu (16/2).
Menurutnya, ada “pertumbuhan yang cukup besar†di semua aspek, dan kementerian telah berupaya untuk memenuhi kebutuhan angkatan bersenjata negara yang terus meningkat.
“Kita sama-sama membantu angkatan bersenjata maupun front lainnya, dan kita juga perkuat mereka agar bisa berkontribusi untuk (promosi) pertahanan,†lanjutnya.
Sebelumnya, para petinggi militer Iran menyebutkan bahwa berbagai jenis peralatan militer buatan negara ini banyak diminati oleh pelanggan asing di pasar.
Panglima Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Meyjen Hossein Salami pada awal September tahun lalu mengatakan, “Beberapa kekuatan terkemuka di dunia telah membeli peralatan militer dan pertahanan dari Iran dan sekarang menggunakannya.â€
Pada pertengahan Agustus, Panglima Angkatan Darat Iran Mayjen Abdolrahim Mousavi mengatakan berbagai jenis peralatan militer buatan Iran diminati oleh kekuatan dunia.
“Pencapaian berharga industri pertahanan di berbagai sektor telah disambut dan diminta oleh banyak negara,†ungkapnya.
Dia juga mengatakan, “Kementerian pertahanan telah menciptakan kekuatan ‘pencegahan’ dan ‘otoritas pertahanan’ meski dikenai ancaman dan sanksi yang oleh musuh.†(fna)