Rangkuman Berita Utama Timteng Jumat 13 September 2019

serangan di raqqa suriahJakarta, ICMES. Menteri Luar Negeri Rusia menilai Perang Suriah sudah berakhir sehingga situasi di negara Arab ini praktis sudah kembali ke jalur dama, meski masih menyisakan sedikit ketegangan.

Iran membantah tuduhan “tak berdasar” dan “berulang” Komite Segi Empat Menteri Arab terkait dengan peranan regional Teheran.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa Israel “tak dapat bersabar terhadap ancaman Iran”.

Organisasi peduli HAM internasional Skyline menyatakan bahwa pemerintah Saudi telah menangkap dosen fakultas syariah Universitas Qasim, Syeikh Umar al-Muqbil.

Berita selengkapnya:

Menlu Rusia Nyatakan Perang Suriah Sudah Berakhir

Menteri Luar Negeri Rusia menilai Perang Suriah sudah berakhir sehingga situasi di negara Arab ini praktis sudah kembali ke jalur dama, meski masih menyisakan sedikit ketegangan.

“Perang sudah berakhir di Suriah. Negara ini secara bertahap sudah kembali kepada kehidupannya yang normal dan damai, hanya tinggal sisa-sisa ketegangan di daerah-daerah yang tidak dikuasai oleh pemerintah Suriah semisal Idlib dan kawasan timur Furat,” ungkap Lavrov dalam wawancara dengan surat kabar Trud (Rusia: Труд), Kamis (12/9/2019).

Menurutnya, dalam situasi demikian, misi yang diutamakan sekarang ialah “penyaluran bantuan kemanusiaan secara menyeluruh dan penggalakan proses politik untuk penyelesaian krisis politik demi mewujudkan stabilitas yang solid dan permanen.”

Lavrov menyebutkan bahwa negaranya memainkan peranan penting dalam upaya menjaga komunikasi yang teratur di antara semua pihak terkait di Suriah, termasuk pihak oposisi, dan menyerukan representasi seluas mungkin yang mencakup semua komponen masyarakat Suriah dalam proses politik.

“Kami bertolak dari aspek bahwa oposisi memainkan peranan penting. Mereka terlibat dalam komunikasi kolektif Suriah di Jenewa dan berbagai pertemuan sesuai kerangka perundingan Astana. Perwakilan oposisi juga harus masuk dalam struktur Komisi Konstitusi. Karena itu, kami yakin bahwa oposisi dapat dan harus memberikan andil konstruktif dalam proses politik konprehensif sesuai resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 2254,” terangnya.

Dia melanjutkan, “Secara umum Rusia mendukung pulihnya Suriah sebagai negara yang memiliki kedaulatan regional sepenuhnya, dapat segera mengatasi dampak-dampak terorisme yang tersebar, kembalinya semua orang Suriah ke negara mereka, dan kembalinya negara Suriah sendiri kepada keluarga besar Arab. Semua ini akan menjamin keamanan dan stabilitas di Timteng. (rtarabic)

Iran Bantah Tuduhan “Berulang” Saudi dan Sekutunya

Iran membantah tuduhan “tak berdasar” dan “berulang” Komite Segi Empat Menteri Arab terkait dengan peranan regional Teheran.

Komite  yang terdiri dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir  itu mengeluarkan sebuah pernyataan anti-Iran usai  pertemuan ke-12 mengenai krisis hubungan mereka dengan Iran di Kairo pada Selasa lalu.

Mereka mengutuk apa yang mereka sebut “peran Iran dalam mengganggu keamanan dan stabilitas regional,” serta “berlanjutnya campur tangan Iran dalam urusan internal negara-negara Arab,  dan … pernyataan provokatif terus-menerus yang dibuat oleh para pejabat Iran.”

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Abbas Mousavi, membantahnya dengan mengatakan bahwa “upaya sia-sia” yang menyasar Republik Islam sejalan dengan “kesalahan politik lama yang sama.”

Dia juga mengaku prihatin atas sikap sebagian negara Teluk Persia  yang bukannya mengandalkan kekuatan mereka sendiri, tapi malah menelan mentah-mentah klaim pihak asing mengenai keamanan maritim regional.

Mousavi mengingatkan bahwa jalan salah yang diambil oleh beberapa negara Arab hanya akan menyulut masalah di  kawasan manakala rasionalitas dan realisme dibutuhkan.

Dia menyebutkan bahwa sebagian negara Arab itu gagal dalam kebijakan regionalnya dan tak mampu memahami realitas regional dan global.

Dia kemudian menegaskan kembali kedaulatan Iran atas tiga pulau Abu Musa, Tunb Besar Tunb Kecil yang terletak di Teluk Persia. (presstv)

Kepada Putin Netanyahu Mengaku Tak Sabar Terhadap Ancaman Iran

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa Israel “tak dapat bersabar terhadap ancaman Iran”. Demikian disebutkan dalam sebuah pernyataan yang dirilis kantor Netanyahu melalui Twitter.

Dilaporkan bahwa Netanyahu telah tiba di kota Sochi, Rusia, Kamis (12/9/2019), untuk kunjungan kenegaraan yang hanya berlangsung satu hari.

“Kami berharap gesekan (antara senjata Israel dan Rusia di angkasa Suriah) tidak menghalangi koordinasi di antara kita. Kami berpendirian demikian, dan akan kami lanjutkan melalui pembicaraan di antara kita malam ini,” tutur Netanyahu kepada Putin, sembari mengapresiasi pernyataan Putin bahwa  “keamanan Israel sangatlah penting”.

Netanyahu menambahkan, “Pada Agustus lalu telah terjadi eskalasi akibat beberapa kali upaya Iran menyerang Israel melalui wilayah Suriah serta upaya Iran mengarahkan rudal-rudal berpresisi tinggi terhadap kami.”

Netanyahu mengundang Putin datang ke Israel untuk berpartisipasi dalam peringatan 75 tahun pembebasan kamp konsentrasi Auschwit, yaitu apa yang disebut-sebut sebagai kamp pembantaian Yahudi oleh Nazi di Polandia dalam Perang Dunia II.

Menurut channel 13 milik Israel, Netanyahu dan Putin mengadakan pertemuan selama 3 jam setelah tertunda selama sekira  dua setengah jam, tanpa disebutkan penyebab ketertundaan.

Sebelum itu, sebagaimana dilaporkan surat kabar Maariv milik Israel, dalam pertemuan dengan Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoygu, Netanyahu juga menuding Iran berusaha meningkatkan upayanya melancarkan serangan ke Israel. (raialyoum)

Lembaga HAM Kecam Penangkapan Da’i Pengkritik Otoritas Hiburan Umum Saudi

Organisasi peduli HAM internasional Skyline menyatakan bahwa pemerintah Saudi telah menangkap dosen fakultas syariah Universitas Qasim, Syeikh Umar al-Muqbil, menyusul tersebarnya rekaman video kritikan al-Muqbil terhadap aktivitas Otoritas Hiburan Umum Saudi (GEA).

Skyline mengecam penangkapan itu dan menyebutnya sebagai kelanjutan dari gelombang aksi penangkapan secara membabi buta oleh pemerintah Saudi terhadap lawan pendapat dan politiknya sehingga melanggar konvensi dan ketentuan internasional yang menegaskan bahwa setiap orang berhak memiliki pendapat dan mengungkapkannya dengan berbagai cara.

Skyline menyatakan bahwa Kerajaan Saudi belakangan ini berusaha mengesan dirinya sebagai negara demokratis dan terbuka di depan perkembangan serta kerjasama internasional, tapi upaya itu runtuh ketika Saudi justru membasmi kebebasan dan menangkapi pihak oposisi.

Karena itu, Skyline mendesak badan-badan internasional dan negara-negara pendukung Saudi agar peduli terhadap penindasan yang terjadi di Saudi. (raialyoum)