Rangkuman Berita Utama Timteng Jumat 10 Juni 2022

Jakarta, ICMES. Dua minggu setelah Yunani menyita kapal tanker minyak berbendera Iran di perairan Yunani, tiga narasumber yang mengetahui masalah ini mengatakan bahwa pengadilan Yunani mencabut putusan pengadilan yang memperkenankan Amerika Serikat (AS) menjarah kargo minyak Iran dari tanker tersebut.

Sekjen Hizbullah Hassan Nasrallah memperingatkan bahwa pihaknya dapat bertindak tegas dan efektif jika Israel nekat mengekstraksi gas alam dari ladang Karish yang disengketakan di perbatasan Lebanon.

Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi mengatakan Teheran “pantang mundur selangkah pun” dari posisinya setelah pengawas nuklir PBB mengeluarkan resolusi yang menyudutkan Teheran.

Berita Selengkapnya:

Dibalas Telak oleh Iran, Pengadilan Yunani Lepaskan Tanker dan Kargo Minyak Iran

Dua minggu setelah Yunani menyita kapal tanker minyak berbendera Iran di perairan Yunani, tiga narasumber yang mengetahui masalah ini mengatakan bahwa pengadilan Yunani mencabut putusan pengadilan yang memperkenankan Amerika Serikat (AS) menjarah kargo minyak Iran dari tanker tersebut.

Sumber pengadilan yang meminta identitasnya dirahasiakan mengatakan bahwa Iran telah mengajukan banding terhadap putusan asal, dan pengadilanpun menerima banding untuk pembatalan putusan, dan bahwa akan sulit untuk membatalkan putusan Pengadilan Tinggi.

Belum jelas apakah pemerintah AS atau Yunani akan mengajukan banding atas putusan yang dikeluarkan oleh pengadilan banding distrik Chalkis, Yunani.

Kedubes Iran untuk Yunani mengumumkan bahwa berdasarkan putusan pengadilan banding itu, Teheran akan menarik kembali kargo minyaknya yang disita oleh Washington, dan bahwa konsultasi antara Teheran dan Athena akan berlanjut sampai semua tuntutan Iran terpenuhi.

Sebelumnya, Iran telah mengancam Yunani dengan tindakan hukum sebagai balasan atas apa yang dianggapnya sebagai operasi perompakan oleh Yunani itu. Balasan Iran itu tak menunggu waktu lama, melainkan hanya selang satu hari setelah “perompakan” itu, Angkatan Laut Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran menyita dua kapal Yunani di perairan Teluk Persia berdasarkan putusan pengadilan.

Iran menjelaskan bahwa penyitaan kedua kapal itu dilakukan karena dua alasan. Pertama, pelanggaran hukum dan keengganan keduanya mematuhi instruksi dan undang-undang navigasi maritim. Kedua, sebagai tanggapan atas tindakan Yunani menyita kapal Iran di dekat pantai Pulau Evia di selatan Yunani.

Yunani, yang semula mengizinkan penyerahan kargo minyak Iran kepada AS melalui putusan pengadilan, akan membatalkan putusan itu dan menggantinya dengan yang lain setelah mengetahui bahwa intimidasi Barat dan AS gagal memaksa Iran mengubah pendiriannya, dan Athena pun sekarang berharap dapat membebaskan dua kapalnya melalui persiapan peradilan untuk ini dan sesuai dengan keinginan Teheran.

Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Iran Laksamana Ali Shamkhani di Twitter berkomentar : “Yunani mengubah sikapnya setelah Iran memberikan balasan yang relevan atas penyitaan tanker Iran dengan perintah AS.”

Dia menambahkan; “Balasan Iran itu adalah satu-satunya cara membela hak negara ini di depan intimidasi, termasuk yang  berkaitan dengan perjanjian nuklir atau badan internasional (IAEA).”

Pada 27 Mei 2022, AL IRGC mencegat dan menyita dua kapal tanker Yunani di Teluk Persia, sebagai balasan atas penyitaan otoritas Yunani terhadap sebuah kapal tanker minyak Iran di perairan teritorial Yunani. Otoritas Yunani kemudian membongkar muatan tanker itu dan memindahkannya ke sebuah kapal berbendera Liberia yang akan mengangkutnya ke AS sebagai bentuk penerapan hukum AS sepihak. (alalam)

Makin Tegang Soal Ladang Gas, Sekjen Hizbullah: Jangan Harap Israel Dapat Melindungi Rignya

Sekjen Hizbullah Hassan Nasrallah memperingatkan bahwa pihaknya dapat bertindak tegas dan efektif jika Israel nekat mengekstraksi gas alam dari ladang Karish yang disengketakan di perbatasan Lebanon.

Menyinggung rig gas terapung Energean Power yang didatangkan Israel baru-baru ini di sekitar kawasan sengketa di perbatasan tersebut, Sayid Nasrallah memperingatkan bahwa kapal telah tiba untuk mengekstraksi gas alam, tapi dia mengakui bahwa rig tersebut tidak berada di perairan yang disengketakan, melainkan di dekatnya.

“Kita memiliki kekayaan besar yang diperkirakan mencapai ratusan juta, dan itu milik orang Lebanon, dan kekayaan itu adalah satu-satunya harapan untuk menghentikan keruntuhan dan mengatasi masalah yang kita derita,” kata Nasrallah kepada orang-orang Lebanon, sembari menyebutkan bahwa AS dan Israel berusaha melucuti area yang luas dari Lebanon dan mencegah perusahaan ekstraksi bekerjasama dengan Lebanon.

Sayid Nasrallah memperingatkan bahwa “waktu tidak menguntungkan Lebanon,” karena penundaan sampai setelah dimulainya ekstraksi akan berarti hilangnya manfaat ladang tersebut dari Lebanon.

Pemimpin Hizbullah menyebutkan bahwa sejauh ini kapal Israel masih berada di luar wilayah yang disengketakan, dan berencana akan menarik gas dari dalam kawasan sengketa.

 “Lebanon dalam konfrontasi ini memiliki hak, motif dan kebutuhan tertinggi, dan memiliki kekuatan yang bernama tentara dan kubu resistensi,” ujarnya.

Dia memastikan Hizbullah memiliki “kekuatan militer dan logistik untuk mencegah musuh mengekstraksi gas dari Karish, dan semua tindakan musuh tak akan pernah dapat melindungi rig itu.”

Dia menambahkan bahwa jika pemerintah Libanon memilih rute negosiasi maka Hizbullah akan mendukung pihak yang berunding dan “memperkuat posisinya.”

Dia menjelaskan, “Kami berada di depan musuh yang tidak mengakui resolusi internasional, dan satu-satunya logika yang mengikutinya adalah logika kekuatan dan superioritas. Dari pengalaman, musuh tak menggubris resolusi internasional dan hanya mengindahkan dengan tekanan dan perlawanan.”

Dia menegaskan, “Kubu resistensi yang berkemampuan tidak bisa berdiam diri di depan penjarahan kekayaan Lebanon, dan mereka tidak akan tinggal diam.

Dia memperingatkan bahwa “semua opsi terbuka” Hizbullah “tidak takut” perang.

Sayid Nasrallah menuntut agar Israel menghentikan segala kegiatan yang bertujuan mengekstraksi gas dari ladang Karish sampai negosiasi dengan Lebanon selesai. Dia  juga mengancam perusahaan Energean dan menyebutnya “mitra dalam serangan ke Lebanon,” dan memperingatkan bahwa hal ini memiliki “konsekuensi.”

Di pihak lain, Menteri Keuangan Israel Avigdor Liberman menolak ancaman Sekjen Hizbullah tersebut. Di Twitter dia mencuit; “Tak ada yang akan mendikte kami apakah akan mengekstraksi gas dari perairan ekonomi Negara Israel atau tidak. Israel adalah negara berdaulat dan akan terus membuat keputusan semata-mata sesuai dengan kepentingannya tanpa menggubris ancaman teroris tersebut atau lainnya.”

Lebanon dan Israel secara resmi berada dalam status perang, dan pada tahun 2006 Hizbullah terlibat perang berdarah-darah melawan Israel selama 33 hari. (raialyoum/jp)

Soal Nuklir, Presiden Raisi: Iran Pantang Mundur

Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi mengatakan Teheran “pantang mundur selangkah pun” dari posisinya setelah pengawas nuklir PBB mengeluarkan resolusi yang menyudutkan Teheran.

“Dengan Nama Allah dan bangsa besar Iran, kami tidak akan mundur satu langkah pun dari posisi kami,” kata Raisi dalam pidatonya di barat daya Iran, Kamis (9/6), mengacu pada resolusi anti-Iran yang atas desakan Barat telah disahkan di Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pada Rabu.

Video pidato itu disiarkan oleh media pemerintah Iran.

Resolusi IAEA adalah yang pertama mengkritik Iran sejak Juni 2020. Resolusi itu disetujui oleh 30 anggota dewan gubernur IAEA, dan hanya Rusia dan China yang memberikan suara menentang.

Resolusi itu disahkan setelah IAEA yang berbasis di Wina mengaku prihatin atas jejak uranium yang diperkaya yang sebelumnya ditemukan di tiga lokasi yang tidak dinyatakan Teheran sebagai tempat kegiatan nuklir. (railayoum)