Jakarta, ICMES. Panglima Angkatan Darat Iran, Brigjen Kiomars Heidari, memperingatkan bahwa pihaknya “memantau ancaman dengan mata terbuka dan tangan mereka siap menekan pelatuk.”

Angkatan Bersenjata Yaman telah melancarkan serangan rudal baru terhadap wilayah pendudukan Palestina, hingga menyebabkan terhentinya penerbangan di bandara Ben Gurion dekat Tel Aviv dan membunyikan sirene di seluruh kota dan permukiman Israel
Sekjen Hizbullah Syeikh Naim Qassem menegaskan bahwa “kubu perlawanan tidak akan tinggal diam dalam menghadapi ketidakadilan,” dan bahwa mereka percaya perang melawan Israel “belum berakhir”.
Berita selengkapnya:
Peringatkan Musuhnya, Militer Iran: Jari Kami Ada di Pelatuk
Panglima Angkatan Darat Iran, Brigjen Kiomars Heidari, memperingatkan bahwa pihaknya “memantau ancaman dengan mata terbuka dan tangan mereka siap menekan pelatuk.”
“Tangan kami siap menanggapi ancaman apa pun, dan bangsa Iran yang mulia silakan beristirahat dengan tenang dan damai. Mereka hendaklah mengetahui bahwa jika ancaman apa pun sampai dilakukan maka sumber dan asal ancaman itu akan hancur total dalam waktu singkat,” kata Heidari, Ahad (25/5).
Dia menekankan, “Seluruh angkatan bersenjata dan tentara, terutama Angkatan Darat, memantau ancaman dengan mata terbuka, tangan kami benar-benar siap, dan telinga kami memperhatikan perintah Pemimpin Revolusi Islam (Ayatullah Sayid Ali Khamenei).”
Jenderal Heidari menambahkan, “Rakyat Iran yang besar hendaklah yakin bahwa angkatan bersenjata kita akan mampu menanggapi ancaman dan sumber ancaman apa pun, di tingkat apa pun dan dalam skala apa pun.”
Pernyataan ini mengemuka di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Rezim Zionis. Laporan CNN mengungkapkan bahwa AS telah memperoleh informasi intelijen baru yang menunjukkan bahwa Israel sedang bersiap menyerang fasilitas nuklir Iran.
Sementara itu, juru bicara Garda Revolusi Iran, Ali Mohammad Naeini, memperingatkan bahwa jika Israel berani melakukan tindakan gegabah terhadap Israel maka rezim Zionis ini akan menerima respon tegas dan menghancurkan.
Senada dengan ini, Kepala staf militer Iran Mayjen Mohammad Bagheri memastikan bahwa pasukan Iran “akan menanggapi dengan kuat dan gagah berani setiap serangan terhadap Iran.” (mna)
Pasukan Yaman Serang Bandara Ben Gurion, Pemukim Zionis Berhamburan ke Tempat Perlindungan
Angkatan Bersenjata Yaman telah melancarkan serangan rudal baru terhadap wilayah pendudukan Palestina, hingga menyebabkan terhentinya penerbangan di bandara Ben Gurion dekat Tel Aviv dan membunyikan sirene di seluruh kota dan permukiman Israel, Ahad (25/5).
Media Israel melaporkan bahwa lalu lintas udara di Ben Gurion dihentikan setelah sebuah rudal ditembakkan dari Yaman.
Surat kabar Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa beberapa penerbangan terhenti karena rudal Yaman, dan empat penerbangan mengalami penundaan saat mendarat di Bandara Ben Gurion, dan terbang di lepas pantai.
Tentara pendudukan Israel mengklaim bahwa sistem pertahanan udara telah mencegat rudal yang ditembakkan dari Yaman karena rudal balistik telah terdeteksi menuju wilayah pendudukan.
Media Israel juga melaporkan bahwa sirene serangan udara berbunyi di sebelah barat al-Quds karena rudal balistik yang datang dari Yaman.
Statemen dari militer Yaman menyatakan, “Pasukan rudal Angkatan Bersenjata Yaman melakukan operasi militer khusus yang menargetkan Bandara Lod, yang disebut Israel sebagai ‘Ben Gurion’, di wilayah pendudukan Jaffa, dengan menggunakan rudal balistik hipersonik.”
Melalui jubirnya, Brigjen Yahya Saree, pasukan Yaman menambahkan, “Operasi tersebut telah berhasil mencapai tujuannya, menyebabkan jutaan Zionis perampas bergegas ke tempat perlindungan dan membuat bandara tersebut lumpuh total,” katanya.
Dia juga menyebutkan bahwa blokade lalu lintas udara ke Bandara Lod dilanjutkan oleh pasukan Yaman, dan bahwa sebagian besar maskapai penerbangan telah mematuhi blokade tersebut dalam beberapa hari terakhir, sehingga berdampak signifikan pada lalu lintas udara di bandara tersebut.
Saree mengatakan,”Pembantaian sehari-hari yang dilakukan terhadap saudara kami di Jalur Gaza mendorong Yaman, dengan rakyatnya yang bangga, kepemimpinan yang setia, dan pasukan mujahidnya, untuk melakukan upaya dan kerja yang lebih besar untuk meningkatkan operasi militer yang bertujuan menghentikan agresi dan blokade terhadap Gaza.”
Serangan terbaru Yaman merupakan yang ketiga dalam empat hari, dan yang kelima sejak Ahad lalu. (presstv)
Sekjen Hizbullah: Pejuang Perlawanan Tidak Tinggal Diam, Perang Melawan Israel Belum Berakhir
Sekjen Hizbullah Syeikh Naim Qassem menegaskan bahwa “kubu perlawanan tidak akan tinggal diam dalam menghadapi ketidakadilan,” dan bahwa mereka percaya perang melawan Israel “belum berakhir”.
Dalam pidatonya pada momen peringatan Hari Perlawanan dan Pembebasan di Lebanon, Ahad (25/5), Syeikh Naim Qassem, mendesak pemerintah Lebanon agar menjalankan tugasnya dengan baik dalam menghadapi Israel.
“Pemerintah bertanggung jawab, dan jika gagal melaksanakan tugasnya, maka ada pilihan lain,” ungkapnya.
Dia lantas menegaskan, “Kubu perlawanan (Hizbullah) tidak tinggal diam dalam menghadapi ketidakadilan, juga tidak menyerah. Kubu ini sabar dan memberi waktu, tapi tindakan perlu dilakukan. Kami percaya bahwa perang belum berakhir sampai sekarang, dan kami semua menghormati mereka yang menawarkan diri. Eksploitasi kekuatan Israel hanya meningkatkan keteguhan dan tantangan kami.”
Sekjen Hizbullah juga memuji perjuangan bangsa Yaman, yang bahkan berhasil menekan mundur AS di depan serangan Yaman terhadap Israel .
“Yaman telah memaksa Amerika untuk mundur. Yaman berkorban demi Gaza, Palestina, martabat dan kemanusiaan Arab, sementara Amerika tidak mampu berbuat apa-apa. Jika Amerika yakin dapat mencapai persyaratan Israel melalui tekanan, saya katakan kepadanya bahwa persyaratan tersebut tidak akan tercapai, seberapa besar pun pengorbanannya.”
Surat kabar Politico baru-baru ini mengutip pernyataan lima pejabat aktif dan non-aktif AS bahwa hubungan Presiden AS Donald Trump dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam beberapa minggu terakhir terusik dan tegang akibat perbedaan pendapat mengenai cara penanganan berbagai krisis Timur Tengah. Serangan terhadap Museum Yahudi di Washington dan kematian dua karyawan kedutaan Israel kemungkinan besar tidak mengubah realitas ini.
Para pejabat AS dan Israel menyebut situasi saat ini sebagai “perpecahan”. Meski ini bisa jadi berlebihan, namun semakin banyak orang dalam pemerintahan Trump yang frustrasi terhadap Israel dan pendekatannya terhadap Washington dan Timur Tengah.
Dalam konteks ini, Sekjen Hizbullah mengatatakan, “Kami bernasihat kepada Presiden Amerika Donald Trump bahwa dia sedang mendapat kesempatan untuk bebas dari Israel. Jika dia memberi peluang bagi Israel untuk berkelanjutan di Gaza dan Lebanon maka ini akan menghilangkan kesempatan Amerika untuk berinvestasi di kawasan.”
Syeikh Naim Qassem mengingatkan bahwa AS bertanggungjawab karena telah memelihara agresi Israel di Gaza maupun Lebanon.
Dia lantas menegaskan, “Lebanon harus kuat, percaya diri, dan bebas, serta harus lantang di Dewan Keamanan. Dewan menteri harus lantang, dan masing-masing anggotanya harus peduli kepada apa yang harus dilakukan.” (raialyoum)