Rangkuman Berita Utama  Senin 12 Mei 2025

Jakarta, ICMES. Rezim Zionis Israel telah melancarkan serangan udara di provinsi Hodeidah, Yaman, menurut Kementerian Dalam Negeri Yaman kubu Ansarullah (Houthi).

Surat kabar berbahasa Israel Calcalist menerbitkan laporan yang menyoroti kegagalan Israel mencegat rudal hipersonik Yaman meskipun terdapat pertahanan udara berlapis Israel dan AS.

Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan bahwa Iran dan Amerika Serikat (AS) telah mencapai pemahaman yang lebih baik dan serius mengenai pendirian masing-masing, dan pendirian keduanya menjadi sedikit lebih dekat.

Berita selengkapnya:

Israel Serang Area Palabuhan Hodeidah di Yaman

Rezim Zionis Israel telah melancarkan serangan udara di provinsi Hodeidah, Yaman, menurut Kementerian Dalam Negeri Yaman kubu Ansarullah (Houthi).

Serangan pada Minggu malam (11/5) itu terjadi setelah tentara Israel mengaku telah memperingatkan mereka yang berada di tiga pelabuhan itu agar mengungsi.

Serangan itu merupakan yang terbaru dalam aksi saling serang antara Israel dan Yaman.

Israel mengebom pelabuhan Hodeidah setelah Yaman menyerang lokasi di dekat Bandara Ben Gurion di Tel Aviv awal bulan ini.

Serangan Israel juga menyasar  bagian-bagian ibu kota Yaman, Sanaa, dan bandara internasional utama di sana.

Yaman telah menembakkan rudal ke Israel dan target-target Israel di Laut Merah sebagai bentuk solidaritas dengan warga Palestina yang menjadi sasaran serangan Israel sejak perang di Gaza dimulai pada 19 bulan lalu.

Serangan Israel di Gaza telah menggugurkan lebih dari 52.000 orang, termasuk 57 orang yang mati kelaparan akibat pengepungan total Israel sejak 2 Maret, menurut pejabat Palestina.

Dalam peristiwa terbaru yang terjadi pada hari Ahad (11/4), serangan Israel menggugurkan sedikitnya 13 warga Palestina, termasuk beberapa anak-anak dan wanita, di Gaza. Di antara para korban adalah tiga warga Palestina yang  gugur dalam serangan pesawat nirawak terhadap sebuah kendaraan dan dua orang yang gugur dalam sebuah pemboman di dekat menara-menara hunian yang terletak di sebelah barat Khan Younis di Gaza selatan.

Kesepakatan gencatan senjata antara Yaman dan AS tidak mencakup operasi apa pun terhadap Israel, kepala negosiator kelompok itu mengumumkan awal minggu ini.

Pasukan Yaman berhenti menggempur Israel selama gencatan senjata Gaza awal tahun ini, tapi kemudian melanjutkan serangannya ketika Israel memblokade Gaza dan kemudian melanjutkan perang.

Militer AS telah melancarkan serangan udara setiap hari di Yaman selama hampir dua bulan, menghancurkan infrastruktur dan menggugurkan puluhan orang, termasuk anak-anak dan warga sipil. (aljazeera)

Media Israel Sebut Rudal Yaman Luar Biasa dan Menyulitkan Pertahanan Israel

Kemampuan Angkatan Bersenjata Yaman dalam membela Gaza dan Palestina menjadi topik diskusi terus-menerus di media Israel.

Surat kabar berbahasa Israel Calcalist menerbitkan laporan yang menyoroti kegagalan Israel mencegat rudal hipersonik Yaman meskipun terdapat pertahanan udara berlapis Israel dan AS.

“Rudal-rudal yang datang dari Yaman berhasil mengenai sasarannya berkat hulu ledaknya yang dapat bermanuver,” ungkap Calcalist, seperti dikutip al-Alam, Ahad (11/5)

“Kami telah menyaksikan beberapa kegagalan dalam mencegat rudal Yaman,” tambahnya.

Calcalist mengakui bahwa sistem pertahanan udara yang dimiliki oleh entitas Zionis dan negara-negara maju lainnya tidak memberikan perlindungan yang sempurna, namun surat kabar itu juga mengakui “ada alasan lain di balik serangan-serangan (Yaman) ini, yaitu rudal-rudal yang diluncurkan ke arah kami bukanlah rudal biasa.”

Surat kabar berbahasa Ibrani itu mengakui kesulitan Tel Aviv melawan rudal-rudal hipersonik Yaman ini.

“Rudal-rudal mutakhir yang datang dari Yaman memiliki hulu ledak dengan sirip manuver dan mesinnya sendiri, yang menimbulkan dilema bagi pertahanan udara,” ungkapnya.

Media Zionis terus melaporkan operasi Yaman terhadap Bandara Ben-Gurion dan dampaknya yang berkelanjutan terhadap perluasan isolasi udara internasional dan pengetatan blokade udara terhadap rezim pendudukan. (alalam)

Menlu Iran: Perundingan dengan AS Makin Serius, Pengayaan Uranium Harus Berlanjut

Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan bahwa Iran dan Amerika Serikat (AS) telah mencapai pemahaman yang lebih baik dan serius mengenai pendirian masing-masing, dan pendirian keduanya menjadi sedikit lebih dekat.

Kepada wartawan pada hari Minggu (11/5), Araghchi mengatakan Iran dan AS mengadakan diskusi yang lebih serius tentang poin-poin utama pertikaian selama putaran pembicaraan terbaru mereka di Muscat, ibu kota Oman.

“Saya dapat mengatakan bahwa putaran ini lebih serius dan jujur ​​daripada tiga putaran sebelumnya… Kami telah beralih dari kerangka kerja umum dan mendalami rincian, yang membuat suasana negosiasi menjadi lebih sulit dalam situasi seperti itu.”

Araghchi menambahkan, “Putaran negosiasi berikutnya kemungkinan akan berlangsung dalam waktu sekitar seminggu, dengan kemungkinan dimajukan atau ditunda satu hari, dan waktunya akan ditentukan oleh Kesultanan Oman.”

Menteri Luar Negeri Iran memastikan masalah pengayaan uranium negara ini “tidak dapat dinegosiasikan dalam kondisi apa pun,” dan bahwa “aktivitas ini harus dilanjutkan.”

“Beberapa pembatasan sementara pada aspek pengayaan tertentu, seperti kuantitas, level, atau kapasitas, dapat diterima dengan tujuan membangun kepercayaan dan untuk jangka waktu tertentu, sebagaimana telah dilakukan di masa lalu, tapi prinsip dasar pengayaan tidak dapat dinegosiasikan,” terangnya.

Terkait embargo, Araghchi menjelaskan, “Pendirian Iran sangat jelas; tujuan utama negosiasi adalah mencabut embargo, dan ini merupakan salah satu landasan pembicaraan kami, dan prinsip ini telah disetujui oleh kedua belah pihak.”

Dia menambahkan, “Dalam isu-isu yang masih diperdebatkan, kedua pihak kini semakin dekat satu sama lain, dan pemahaman yang lebih baik mengenai posisi masing-masing telah tercapai.” (alalam)