Jakarta, ICMES. Pemimpin Besar Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei menyatakan bahwa desakan negara adidaya AS dan sekutunya untuk mengadakan perundingan dengan Iran sama sekali tidak bertujuan untuk menyelesaikan masalah.

Jumlah korban jiwa di Suriah terus meningkat pesat sejak militan masuk untuk mendukung pasukan keamanan dan formasi Kementerian Pertahanan. Jumlah korban tewas hingga Sabtu malam mencapai 1.018 orang, termasuk 745 warga sipil yang dibantai dan dibunuh dengan kejam dalam pembantaian bermotif sektarian.
Sejumlah daerah di pedesaan barat Daraa dan pedesaan tengah Quneitra diwarnai serangkaian serangan Israel dalam gerakan militer masif di dalam wilayah Suriah pada hari Ahad (9/3),.
Berita selengkapnya:
Ayatullah Khamenei Sebut Trump Berandal yang Ingin Paksakan Kehendak
Pemimpin Besar Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei menyatakan bahwa desakan negara adidaya AS dan sekutunya untuk mengadakan perundingan dengan Iran sama sekali tidak bertujuan untuk menyelesaikan masalah.
Ayatullah Khamenei menyatakan demikian dalam sebuah pertemuan dengan sejumlah pejabat tinggi Iran di Teheran pada hari Sabtu (8/3), sembari secara tidak langsung menyebut Presiden AS Donald Trump sebagai berandal yang ingin memaksakan kehendak dan menancapkan tongkat hegemoni AS terhadap Iran.
Seperti diketahui, Trump telah melontarkan pernyataan bernada intimidatif terkait dengan perundingan nuklir Iran.
“Mengenai kebijakan luar negeri, alhamdulillah, Kemlu kita aktif. Mengenai negara-negara tetangga, apa yang telah beliau (Menlu Abbas Araghchi) jelaskan tadi merupakan masalah penting. Mengenai negara-negara lain non-jiran juga begitu. Namun demikian, ada satu dua poin, yaitu bahwa beberapa negara/rezim berandal… Sungguh, saya tak punya istilah yang lebih tepat dari “berandal” untuk menyebut sebagian tokoh dan pemimpin asing itu,” ujarnya.
Dia melanjutkan, “Sebagian negara berandal bersikukuh untuk negosiasi. Negosiasi mereka bukan untuk mensolusi masalah, melainkan untuk berdominasi. (Mereka bergumam:) ‘Kita berunding supaya kita dapat memaksakan kehendak kepada pihak lawan dalam perundingan. Jika pihak lawan menerima maka alangkah baiknya, sedangkan jika tidak maka kita dapat menebar sensasi bahwa mereka menjauh dari meja perundingan.’ Negosiasi bagi mereka merupakan koridor untuk melontarkan ekspektasi-ekspektasi baru.”
Pemimpin Besar Iran juga mengatakan, “Isunya bukan hanya soal nuklir untuk kemudian mereka berbicara soal nuklir. Ada ekspektasi-ekspektasi baru yang mereka kemukakan, yang sudah pasti tidak akan dipertimbangkan oleh Iran, mengenai daya pertahanan Iran, dan kemampuan negara ini di gelanggang internasional. ‘Jangan berbuat ini, jangan menemui si fulan, jangan melakukan proyek anu, jangan memproduksi anu, jarak jangkau rudal jangan lebih dari sekian!’ Mana ada orang (Iran) sudi menerima desakan demikian.”
Sementara itu, Ketua Parlemen Mohammad Baqer Qalibaf dalam sesi parlemen terbuka parlemen mengatakan Iran tidak akan menunggu pesan atau surat apa pun dari AS.
Beberapa hari sebelumnya, Trump dalam sebuah wawancara dengan Fox News mengaku telah mengirim surat kepada Ayatullah Ali Khamenei, dan memperingatkan Iran untuk membuka pembicaraan tentang kesepakatan nuklir atau akan ditangani secara militer.
Qalibaf mengatakan, “Kami tidak akan menunggu surat apa pun dari AS, dan percaya bahwa dengan menggunakan kapasitas dalam negeri yang sangat besar dan peluang untuk mengembangkan hubungan luar negeri dengan negara lain, kami dapat mencapai posisi yang membuat musuh tidak punya pilihan selain mencabut sanksi dalam kerangka negosiasi yang berkelanjutan dengan pihak-pihak yang tersisa di JCPOA (perjanjian nuklir Rencana Aksi Komprehensif Bersama).”
Qalibaf juga menyebutkan bahwa perilaku Trump terhadap negara lain menunjukkan bahwa seruannya untuk berunding hanyalah “tipuan” yang dimaksudkan untuk “melucuti” Iran.
Dia menegaksan bahwa negosiasi, yang disertai dengan ancaman, penghinaan, dan tuntutan konsesi baru, tidak akan mengarah pada pencabutan sanksi.
“Hari ini, lebih dari sebelumnya, telah jelas bagi bangsa Iran bahwa pencabutan sanksi dapat dilakukan melalui penguatan Iran dan netralisasi larangan,” pungkasnya. (irib/alalam)
1018 Orang Terbunuh di Suriah, 745 Diantaranya Warga Sipil yang Dieksekusi
Listrik dan air minum terputus di sebagian besar wilayah pedesaan Latakia untuk hari kedua berturut-turut, yang menyebabkan terputusnya layanan, terutama komunikasi, di beberapa wilayah.
Dengan terhentinya layanan dan memburuknya situasi keamanan, toko-toko roti berhenti memproduksi roti, dan pasar-pasar ditutup karena menjadi target serangan militan, pasukan keamanan, dan Kementerian Pertahanan di pemerintahan baru sehingga menyulitkan pemenuhan kebutuhan sehari-hari warga.
Pada hari Ahad (9/3) dilaporkan bahwa jumlah korban jiwa terus meningkat pesat sejak militan masuk untuk mendukung pasukan keamanan dan formasi Kementerian Pertahanan. Jumlah korban tewas hingga Sabtu malam mencapai 1.018 orang, termasuk 745 warga sipil yang dibantai dan dibunuh dengan kejam dalam pembantaian bermotif sektarian.
Korban tewas juga mencakup 125 anggota Keamanan Umum, Kementerian Pertahanan, dan pasukan sekutu, dan 148 orang bersenjata dari rezim sebelumnya serta loyalis mereka dari wilayah pesisir.
Sementara itu, konvoi militer pasukan koalisi internasional memasuki wilayah Suriah melalui perbatasan Al-Waleed dari wilayah Kurdistan Irak.
Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), konvoi tersebut terdiri dari 24 truk berisi tangki bahan bakar, kotak tertutup, bahan militer dan logistik, dan menuju pangkalan Qasrak di pedesaan utara Hasakah.
Hal ini terjadi dalam konteks pasukan koalisiyang terus memperkuat pangkalan mereka di timur laut Suriah.
Pada Sabtu malam, pasukan koalisi Internasional membawa dua pesawat kargo militer disertai helikopter militer ke pangkalan Kharab al-Jir di pedesaan Rmelan, utara Hasakah, setelah tengah malam pada Jumat-Sabtu.
Menurut sumber Observatorium Suriah, kedua pesawat itu membawa peralatan militer dan logistik, sebagai bagian dari penguatan kehadiran Amerika di wilayah tersebut.
Tiga hari sebelumnya, sebuah pesawat kargo militer milik pasukan koalisi internasional mendarat di pangkalan Al-Shaddadi, selatan Al-Hasakah, bertepatan dengan penerbangan intensif pesawat nirawak di wilayah udara pangkalan tersebut. (alalam)
Pasukan Israel Datangi Dua Provinsi di Suriah
Sejumlah daerah di pedesaan barat Daraa dan pedesaan tengah Quneitra diwarnai serangkaian serangan Israel dalam gerakan militer masif di dalam wilayah Suriah pada hari Ahad (9/3),.
Di desa Jamla di daerah Cekungan Yarmouk, pasukan Israel menyerbu daerah itu untuk kedua kalinya dalam waktu 24 jam, di mana kemungkinan besar mereka melakukan pencarian senjata. Pasukan Zionis lain juga menembus desa Saysoun dan memasuki bekas kompi militer di sana.
Di pedesaan Quneitra tengah, pasukan Israel memasuki desa Rasm al-Halabi, dan menyerang bekas perusahaan militer dengan operasi penghancuran sebelum segera meninggalkan lokasi tersebut.
Pergerakan ini terjadi setelah pasukan Israel, yang didukung oleh kendaraan militer, menyerbu kota Jamla di daerah Cekungan Yarmouk di pedesaan barat Daraa kemarin, dan melakukan penggerebekan terhadap sejumlah rumah di tengah pergerakan militer mendadak di daerah tersebut.
Sebagai tanggapan, masjid-masjid di kota Tafas di pedesaan Daraa mengumandangkan seruan untuk mobilisasi dan kewaspadaan, dengan berkumpulnya banyak pejuang di kota itu sebagai persiapan untuk kemungkinan eskalasi, setelah pasukan Israel menyerbu kota Jamla.
Daerah lain di pedesaan barat Daraa juga segera mengalami keadaan siaga, bertepatan dengan adanya pergerakan militer Israel di dekat daerah mereka. (alalam)