Rangkuman Berita Utama Selasa 4 Februari 2025

Jakarta, ICMES. Angkatan Bersenjata Iran mengumumkan dimulainya fase utama manuver pertahanan udara di wilayah barat daya dan tengah negara ini sejak Senin malam (3/2).

Presiden AS Donald Trump menyatakan  tidak ada jaminan mengenai ketahanan gencatan senjata di Jalur Gaza.

Washington Post melaporkan bahwa rezim Zionis Israel, yang mengklaim kehadirannya di Suriah bersifat sementara, malah membangun dua pangkalan militer baru di dalam zona penyangga di Kegubernuran Quneitra di Suriah selatan.

Berita selengkapnya:

Angkatan Bersenjata Iran Gelar Manuver Pertahanan Udara

Angkatan Bersenjata Iran mengumumkan dimulainya fase utama manuver pertahanan udara di wilayah barat daya dan tengah negara ini sejak Senin malam (3/2).

Manuver ini mengerahkan berbagai sistem pertahanan, termasuk sistem rudal, artileri, dan radar, serta teknologi penyadapan dan sinyal elektronik.

Manuver tersebut juga akan mencakup pengumpulan informasi, operasi pengintaian dan pengawasan, di bawah pengawasan jaringan pertahanan udara terpadu negara.

Sementara itu, Panglima Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran Mayjen Hossein Salami dalam Festival Malik al-Asytar, Senin, mengatakan bahwa pasukan elit Iran ini menguat dan terlatih di tengah berbagai peristiwa besar dan berbahaya, serta tidak takut terhadap kemegahan lahiriah kekuatan imperium dunia.

“Kapal-kapal bersenjata IRGC dapat berkonfrontasi dengan musuh di titik manapun di laut, dan para pejabat Amerika pun mengakui kekuatan pasukan maritim kita di Teluk Persia,” ungkapnya.

Dia menambahkan, “Bagian kecil dari kemampuan kita saja sudah dapat mengubah perimbangan kekuatan, dan rudal-rudal Iran kapanpun dapat menghantam setiap titik kepentingan musuh di kawasan dengan presisi tinggi.”

Mayjen Salam juga mengatakan, “Pasukan Quds kita telah membangun telah membuatkan tempat perlindungan yang kuat bagi kaum tertindas, telah berkonfrontasi dengan musuh di tempat-tempat jauh, telah menguras dan membongkar energi musuh di medan-medan luas, merenggut kelegaan nafas musuh, membuatnya terancam erosi secara gradual, dan mengadakan medan-medan tempur terhadapnya di semua tempat.” (irib)

Trump: Tak Ada Jaminan untuk Ketahanan Perjanjian Gencatan Senjata di Gaza

Presiden AS Donald Trump menyatakan  tidak ada jaminan mengenai ketahanan gencatan senjata di Jalur Gaza.

Saat menjawab pertanyaan wartawan mengenai apakah gencatan senjata di Gaza akan berlanjut, Trump di Ruang Oval, Senin (3/2), mengatakan, “Saya tidak memiliki jaminan bahwa perjanjian ini akan berlanjut.”

Pada tanggal 19 Januari, gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan mulai berlaku dalam tiga tahap, yang masing-masing berlangsung selama 42 hari. Tahap pertama sedang dinegosiasikan untuk memulai tahap kedua dan ketiga, dengan mediasi Qatar dan Mesir serta dukungan AS.

Presiden AS mengaku akan bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih, Selasa (4/2), di mana keduanya akan membahas semua masalah terkait situasi di kawasan Timur Tengah.

Pada hari Minggu, Netanyahu meninggalkan Israel menuju Washington untuk bertemu dengan Trump, dalam kunjungan resmi yang diperkirakan berlangsung hingga hari Kamis.

Ketika ditanya apakah Israel akan mencaplok wilayah pendudukan Tepi Barat, Trump enggan membicarakannya, namun mengklaim bahwa Israel “memiliki sebidang tanah yang sangat kecil di Timur Tengah.”

Dalam beberapa bulan terakhir, para pejabat rezim Zionis Israel, termasuk Perdana Menteri Netanyahu, telah berbicara secara blak-blakan tentang niat Tel Aviv mencaplok Tepi Barat, yang diduduki sejak 1967.

Lembaga penyiaran resmi Israel pada hari Senin menyebutkan bahwa   Netanyahu sedang bersiap menerima usulan Trump untuk menormalisasi hubungan dengan Arab Saudi sebagai imbalan atas penyelesaian perjanjian gencatan senjata di Jalur Gaza.

Netanyahu dan Trump dijadwalkan bertemu pada hari Selasa (4/2) di Gedung Putih, dalam pertemuan pertama presiden AS dengan pejabat asing sejak pelantikannya.

Dalam beberapa kesempatan, Arab Saudi telah menetapkan bahwa pemerintah Israel harus menyetujui pembentukan negara Palestina berdasarkan perbatasan tahun 1967, sebagai imbalan atas normalisasi hubungan dengannya.

Sumber anonim yang dekat dengan Netanyahu mengatakan: “Perdana Menteri Israel sedang bersiap menerima proposal dari Trump besok untuk mendorong normalisasi dengan Arab Saudi.”

Dia menambahkan, “Mereka yang dekat dengan Netanyahu mengakui bahwa Amerika bertekad untuk menyelesaikan perjanjian gencatan senjata (di Gaza) dan pertukaran tahanan (antara Israel dan Hamas) sampai akhir.”

Dia juga mengatakan, “Netanyahu akan menerima imbalan berupa promosi perjanjian dengan Arab Saudi, atau bahkan janji terkait program nuklir Iran.” (raialyoum)

Israel Bangun Dua Pangkalan Baru di Zona Penyangga di Suriah

Washington Post melaporkan bahwa rezim Zionis Israel, yang mengklaim kehadirannya di Suriah bersifat sementara, malah membangun dua pangkalan militer baru di dalam zona penyangga di Kegubernuran Quneitra di Suriah selatan.

Surat kabar AS tersebut pada hari Minggu (2/2) menerbitkan laporan berdasarkan citra satelit dan pendapat para ahli yang melihat citra tersebut sebagai bukti aktivitas ekspansi militer Israel di Kegubernuran Quneitra.

Foto-foto itu menunjukkan bahwa Israel telah membangun dua pangkalan militer, meskipun Israel mengklaim kepada penduduk setempat dan masyarakat internasional bahwa kehadirannya di daerah itu bersifat temporal.

Kedua pangkalan tersebut, yang membuat penduduk setempat khawatir, dihubungkan oleh jalan tanah baru ke Dataran Tinggi Golan, yang diduduki Israel pada tahun 1967.

Beberapa kilometer di sebelah selatan pangkalan pertama, terlihat area yang rata dengan tanah, yang oleh para ahli yang berbicara kepada surat kabar tersebut diartikan sebagai “pangkalan militer ketiga.”

Kedua pangkalan dan tanah yang diratakan terletak di zona penyangga yang ditetapkan oleh Perjanjian Pelepasan tahun 1974.

Bertepatan dengan tergulingnya rezim Baath pada tanggal 8 Desember, setelah memerintah negara itu selama 61 tahun, tentara Israel mengintensifkan serangannya di Suriah.

Tentara Israel mulai menghancurkan infrastruktur dan lokasi militer pemerintahan yang terguling, dan memperluas pendudukannya di Dataran Tinggi Golan.

Saat maju ke zona penyangga di sekitar Golan, tentara Israel memperluas pendudukannya di Quneitra hingga 25 kilometer dari ibu kota, Damaskus. (raialyoum)