Rangkuman Berita Utama Selasa 30 September 2025

Jakarta, ICMES. Sebuah kapal terkena peluru di lepas pantai Yaman, tempat tentara negara ini melancarkan serangan terhadap kapal-kapal komersial milik Israel atau terkait dengannya selama berbulan-bulan, menurut badan keamanan maritim UKMTO.

Jenderal Yahya Safavi, penasihat Pemimpin Besr Iran Sayyid Ali Khamenei, mengatakan setidaknya 16 pilot tewas dalam serangan Iran Juni lalu di sebuah pusat pelatihan pilot di Israel.

Pakar keamanan dan strategi Irak, Kol. (purn) Abdul Karim Khalaf, mengatakan memuji rudal  Iran antara lain karena kemampuannya bermanuver dan mengecoh dengan mengubah lintasan lalu kembali melesat ke arah target.

Berita selengkapnya:

Satu Kapal Terkait dengan Israel Terbakat Akibat Serangan Pasukan Yaman

Sebuah kapal terkena peluru di lepas pantai Yaman, tempat tentara negara ini melancarkan serangan terhadap kapal-kapal komersial milik Israel atau terkait dengannya selama berbulan-bulan, menurut badan keamanan maritim UKMTO.

“Otoritas militer melaporkan bahwa sebuah kapal terkena peluru yang tidak diketahui. Kebakaran terjadi di atas kapal,” kata sumber tersebut, Senin (29/9), sembari menyebutkan bahwa serangan itu terjadi 128 mil laut di tenggara kota Aden di bagian selatan Yaman.

Perusahaan keamanan maritim Inggris, Ambrey, menyebutkan peluru tersebut mengena sebuah kapal kargo berbendera Belanda, yang sebelumnya juga telah menjadi sasaran serangan pada 23 September “saat dalam perjalanan ke Djibouti.”

Otoritas Transportasi Maritim Inggris saat itu melaporkan terjadinya sebuah ledakan di dekat sebuah kapal di wilayah maritim yang sama, tanpa adanya laporan kerusakan atau pun korban cedera.

Pemimpin kelompok pejuang Ansarullah, Sayyid Abdul Malik al-Houthi, dalam sebuah pidato dua hari kemudian mengatakan pihaknya telah membidik sebuah kapal karena “melanggar larangan” layanan ke pelabuhan-pelabuhan Israel.

Sejak dimulainya perang di Gaza, yang meletus menyusul serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, pasukan Yaman kubu Ansarullah yang didukung Iran dan menguasai sebagian besar wilayah Yaman, telah berulang kali mengumumkan serangannya terhadap kapal-kapal yang terkait dengan Israel di Laut Merah dan Teluk Aden sebagai bentuk solidaritas dengan Palestina.

Mereka juga telah mengintensifkan serangan pesawat nirawak dan rudal terhadap Israel, yang membalas dengan beberapa serangan mematikan di pelabuhan, pembangkit listrik, dan Bandara Internasional Sanaa, ibu kota Yaman. (ry)

Jenderal Safavi: Sedikitnya 16 Pilot Israel Tewas dalam Perang 12 Hari dengan Iran

Jenderal Yahya Safavi, penasihat Pemimpin Besr Iran Sayyid Ali Khamenei, mengatakan setidaknya 16 pilot tewas dalam serangan Iran Juni lalu di sebuah pusat pelatihan pilot di Israel.

“Setidaknya 16 pilot tewas dalam serangan rudal di sebuah pusat pelatihan pilot Israel, sementara rezim pendudukan Israel mencegah publikasi detail tentang korban dan kerusakan yang terjadi selama perang 12 hari tersebut,” kata Safavi, Senin (29/9).

Pada malam 13 Juni, Israel melancarkan operasi militer terhadap Iran sembari menuduhnya “mengejar program nuklir militer rahasia.” Serangan udara dan sabotase tersebut menyasar fasilitas nuklir, komandan militer, fisikawan nuklir terkemuka, dan pangkalan udara Iran.

Kedua belah pihak terlibat aksi saling serang selama 12 hari, dan Amerika Serikat (AS) kemudian bergabung dengan Israel dalam melancarkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran pada malam 22 Juni.

Iran lantas membalas AS dengan serangan rudal ke Pangkalan Udara Al-Udeid yang ditempati oleh militer AS di Qatar pada malam 23 Juni, sembari menyatakan bahwa “Iran tidak berniat melakukan eskalasi lebih lanjut.”

Presiden AS Donald Trump kemudian menyatakan harapannya bahwa “serangan terhadap pangkalan militer AS di Qatar telah meredakan ketegangan di Iran, dan bahwa jalan menuju perdamaian dan harmoni di Timur Tengah kini menjadi potensial.”

Dia juga mengumumkan, “Israel dan Iran telah sepakat untuk melakukan gencatan senjata, yang secara resmi akan mengakhiri perang 12 hari.” (mehr)

Pakar Irak: Rudal Iran Mampu Mengecoh dengan Mengubah Lintasan dalam Membidik Target

Pakar keamanan dan strategi Irak, Kol. (purn) Abdul Karim Khalaf, mengatakan memuji rudal  Iran antara lain karena kemampuannya bermanuver dan mengecoh dengan mengubah lintasan lalu kembali melesat ke arah target.

Dalam wawancara dengan saluran TV Al-Alam milik Iran, Senin (29/9),  Khalaf mengatakan bahwa rudal “Khorramshahr 4” Iran, yang mulai beroperasi belakangan ini, merupakan “pergeseran kualitatif” dalam konsep deterensi regional.

Dia menyebutkan bahwa kecepatan rudal itu hingga Mach 16 membuatnya mampu berkelit dari semua sistem pertahanan udara global, dan jangkauan dampaknya kini bahkan mengancam pangkalan-pangkalan Eropa yang mendukung entitas Zionis Israel.

Daya Hancur yang Luar Biasa

Khalaf menegaskan bahwa rudal Khorramshahr 4, yang merupakan bagian dari generasi rudal Khaybar, memiliki keunggulan teknis yang luar biasa sehingga menjadikannya salah satu senjata tercanggih di dunia.

Menurutnya, kecepatan awal dan akhir rudal tersebut yang mencapai Mach 16 (19.700 kilometer per jam) merupakan “kecepatan gila”. Sebagai perbandingan, Tiongkok telah mencapai Mach 11, sementara Rusia mengklaim Mach 16. Keunggulan utamanya adalah muatan bahan peledaknya yang sangat besar, mencapai 1,5 ton. Khalaf menjelaskan bahwa jumlah material ini menyebabkan “gangguan dan kehancuran yang sangat besar” di area yang luasnya dapat melebihi 1.000 meter. Menurutnya, satu paket berisi empat rudal berarti meluncurkan 6 ton bahan peledak sehingga setara dengan dampak “setengah bom nuklir” di lokasi target.

Akurasi dan Kemampuan Manuver

Khalaf menilai Khorramshahr 4 telah mencapai tingkat teknis unik yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam rudal balistik, terkait dengan akurasi dan kemampuan manuver pada tahap akhir.

Dia menjelaskan bahwa rudal tersebut memiliki perangkat navigasi canggih di hulu ledaknya sehingga mampu mengubah arah beberapa kali selama lintasan terakhirnya sebelum mencapai target, lalu kembali menyerang dan menghancurkannya. Hal ini menjadikannya target yang hampir mustahil untuk dicegat.

Ancaman dari Siprus hingga Eropa Selatan

Khalaf memperluas cakupan ancaman geografis, dengan menyatakan bahwa “rudal tersebut sekarang mampu mencapai pangkalan Inggris di Siprus, target di Laut Merah, dan Eropa Selatan.”

“Begitu jangkauan rudal itu ditambah 500-750 kilometer maka tiga negara Eropa yang mendukung Israel dengan pesawat dan rudal akan berada dalam jangkauan Iran,” ungkapnya.

Pesan Deterensi Strategis untuk Israel

Khalaf memandang rudal yang dinyatakan Teheran sebagai “opsi strategis untuk menanggapi setiap ancaman regional” itu memiliki tingkat kerusakan yang diperkirakan mengguncang entitas Israel.

Khalaf mencontohkan pelabuhan Haifa, yang fasilitasnya membentang lebih dari 6 kilometer. “Empat rudal di area ini akan membuat pelabuhan ini usang. Kerusakan demikian benar-benar tak tertahankan bagi Israel,” katanya.

Khalaf tidak membatasi pernyataannya hanya pada Israel, melainkan juga menyatakan bahwa “paket rudal”-lah yang mengalahkan AS di Laut Merah, di mana rudal hipersonik Yaman mampu merusak kapal induk besar, dan ini lantas mendorong Presiden AS Donald Trump untuk bernegosiasi dengan Sanaa melalui Oman guna menghentikan perang.

Ketidakmampuan Sistem Pertahanan Melawan Khorramshahr 4

Mengenai upaya pihak lawan untuk menutup celah pertahanan, Abdul Karim Khalaf memastikan belum ada teknologi yang dikembangkan untuk mencegat Khorramshahr 4 dan rudal hipersonik lainnya.

Dia menyebutkan bahwa apa sedang berlangsung dewasa ini hanyalah pengembangan sistem pertahanan, seperti sistem Arrow 3, yang sedang memasuki tahap uji coba bekerja sama dengan Prancis, Inggris, dan Jerman. Namun, pengembangan tersebut belum efektif, dan mengingat kecepatan dan kemampuan manuver yang begitu tinggi pada tahap akhir, sangat sulit bagi sistem pertahanan udara untuk melacak rudal demikian.

Persaingan senjata meluas ke udara

Khalaf mengatakan bahwa perlombaan senjata juga mencakup udara. Dalam serangan pertama, Israel meminjam 22 pesawat tanker untuk pengisian bahan bakar di udara, mendukung sekitar 200 pesawat serang dan pertahanan udara.

Khalaf menyimpulkan analisisnya dengan menegaskan bahwa Iran “telah bersiap untuk masalah ini,” dan telah mengembangkan sistem pertahanan udara yang mampu menjangkau target yang sangat besar dan menembak jatuh pesawat pengisian bahan bakar, yang akan menempatkan jet tempur Israel “dalam dilema di udara.” (alalam)