Rangkuman Berita Utama Selasa 21 Oktober 2025

Jakarta, ICMES. Pemimpin Besar Iran Ayatullah Sayyid Ali Khamenei mengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump berkhayal ketika mengaku telah menghancurkan fasilitas nuklir Iran dengan serangan AS pada bulan Juni lalu.

Utusan Presiden AS, Jared Kushner dan Steve Witkoff, yang sedang berada di Israel, menyampaikan pesan tajam dan tegas kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dan mendesaknya untuk mematuhi perjanjian gencatan senjata di Gaza.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Iran, Brigjen Reza Talaei-Nik, menyebut industri rudal negaranya  sebagai “orsinil, canggih, berbasis pengetahuan” dan termasuk yang terbaik di dunia.

Berita selengkapnya:

Trump Klaim Lucuti Program Nuklir Iran, Ayatullah Khamenei: Teruslah Bermimpi

Pemimpin Besar Iran Ayatullah Sayyid Ali Khamenei mengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump berkhayal ketika mengaku telah menghancurkan fasilitas nuklir Iran dengan serangan AS pada bulan Juni lalu.

“Presiden AS berkoar-koar: ‘Kita telah mengebom dan menghancurkan industri nuklir Iran. Baiklah, teruslah bermimpi!'” kata Khamenei dalam sebuah pertemuan dengan para atlet Iran di Teheran, Senin (20/10).

Pada tanggal 22 Juni, Amerika Serikat mengebom situs pengayaan uranium bawah tanah Fordow di selatan Teheran, serta fasilitas nuklir di Isfahan dan Natanz di Iran tengah, di tengah Perang 12 Hari antara Iran dan Israel.

Tingkat kerusakan akibat serangan itu belum diketahui secara pasti, tapi Presiden AS dalam beberapa bulan ini telah berulang kali mengklaim situs-situs tersebut telah “hancur total”.

“Kami menjatuhkan 14 bom di fasilitas nuklir utama. Seperti yang saya katakan sejak awal, fasilitas-fasilitas itu hancur total, dan itu telah dikonfirmasi,” kata Trump dalam pidatonya di parlemen Israel pekan lalu.

Dalam sebuah wawancara yang disiarkan di Fox News pada hari Minggu, dia juga mengatakan,”Ketika kami menghancurkan kemampuan nuklir mereka, mereka berhenti bertindak gegabah di Timur Tengah.”

Ayatullah Khamenei menyoal, “Apa urusan Amerika jika Iran memiliki industri nuklir? Siapa Anda untuk kemudian berhak mengatakan bahwa suatu negara boleh atau tidak boleh memiliki energi nuklir?”

Sembari mengecam retorika tak berdasar presiden AS, Ayatullah Khamenei mengatakan bahwa perilaku Trump belangan ini bertujuan “membangkitkan semangat Zionis dan membuat dirinya tampak berkuasa melalui kebohongan tentang Iran, kawasan, dan rakyatnya.”

Dia menambahkan, “Kalau memang dia berkuasa, biarkan dia menenangkan jutaan orang di seluruh negara bagian AS yang meneriakkan yel-yel menentangnya.”

Mengungkapkan kegembiraannya bertemu dengan para pemuda berprestasi Iran, Ayatullah Khamenei mengatakan kemenangan mereka memiliki nilai tambah saat ini karena kemenangan tersebut diraih di saat “musuh, melalui perang psikologis, berusaha membuat bangsa ini putus asa dan melupakan kemampuannya sendiri.”

Dia menepis klaim adanya keputusasaan di kalangan pemuda Iran sebagai hal yang tidak berdasar. “Iran kita tercinta dan para pemudanya adalah simbol harapan,” ujarnya, sembari menekankan bahwa dengan tekad dan upayalah pemuda Iran “dapat dan akan mencapai puncak tertinggi.”

Menurutnya, dalam Perang 12 Hari, Iran telah memberikan tamparan “luar biasa” terhadap kaum Zionis dan membuat mereka putus asa. “Zionis tidak menyangka rudal Iran, dengan api dan nyalanya, mampu menembus jauh ke dalam pusat-pusat sensitif dan vital mereka, menghancurkannya, dan mengubahnya menjadi abu,” tuturnya.

Dia menekankan bahwa Iran tidak membeli atau menyewa rudalnya dari mana pun, melainkan memproduksinya sendiri melalui kreativitas para pemudanya.

“Rudal-rudal ini dipersiapkan dan digunakan oleh angkatan bersenjata dan industri militer kita, dan mereka masih memilikinya. Jika perlu, mereka akan menggunakannya lagi di lain waktu,” imbuhnya.

Mengenai pengakuan Trump atas peran AS dalam genosida Israel di Jalur Gaza, Ayatullah Khamenei mengatakan bahwa Washington memang mitra utama dalam kejahatan rezim Zionis, karena senjata yang dijatuhkan kepada rakyat Gaza selama perang dipasok oleh AS.

Selain itu, Ayatollah Khamenei menepis klaim Trump tentang perang AS melawan terorisme, dan menyebutnya sebagai kebohongan. (mm/alalam)

Kepada Netanyahu, Trump: Jangan Membahayakan Perjanjian Gencatan Senjata

Utusan Presiden AS, Jared Kushner dan Steve Witkoff, yang sedang berada di Israel, menyampaikan pesan tajam dan tegas kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dan mendesaknya untuk mematuhi perjanjian gencatan senjata di Gaza.

 “Jangan melakukan apa pun yang akan membahayakan fase kedua perjanjian itu,” bunyi pesan tersebut, seperti dikutip Channel 12 Israel.

Kushner dan Witkoff mengadakan pertemuan panjang lebar dengan Netanyahu dan Menteri Luar Negeri Dermer pada hari Senin (20/10). Menurut sumber yang mengetahui detail pertemuan tersebut, para utusan tersebut menyampaikan pesan yang jelas dan tegas dari Presiden: “Jangan bertindak yang sekiranya membahayakan gencatan senjata.”

Utusan Trump juga mengatakan kepada Netanyahu: “Kami ingin melakukan segala yang kami bisa untuk mencapai tahap kedua perjanjian. Karena itu, membela diri bagi tentara, tentu saja, ya. Namun, mempertaruhkan gencatan senjata dan mengambil risiko yang tidak perlu sama sekali tidak dapat diterima.”

Sebuah sumber politik Israel menyatakan, “Amerika fokus pada isu ini dan tidak melupakannya. Mereka ingin maju ke tahap kedua, dan tidak melupakannya sedetik pun. Mereka akan melakukan segala yang mereka bisa untuk memastikan gencatan senjata dan ketentuan perjanjian dipertahankan untuk melangkah ke tahap kedua.”

Sementara itu, selama pertemuan tersebut Netanyahu dan Dermer mengklaim bahwa Israel berkomitmen pada gencatan senjata dan perjanjian tersebut, tetapi Hamas-lah yang melanggarnya.

Di pihak lain, juru bicara Hamas, Hazem Qassem, di hari yang sama balik menyatakan Israel memiliki kebijakan sistematis untuk terus melanggar perjanjian gencatan senjata.

Menurutnya, Hamas berkomitmen pada semua detail perjanjian gencatan senjata di Gaza, terutama pada tahap pertama, yang melibatkan penyerahan semua tawanan yang masih hidup sekaligus. (raialyoum/alalam)

Jenderal Iran Sebut Kekuatan Rudal Negaranya Termasuk yang Teratas di Dunia

Juru bicara Kementerian Pertahanan Iran, Brigjen Reza Talaei-Nik, menyebut industri rudal negaranya  sebagai “orsinil, canggih, berbasis pengetahuan” dan termasuk yang terbaik di dunia.

Kepada wartawan pada hari Senin (20/10), Talaei-Nik mengatakan pengalaman industri rudal Iran juga dapat menjadi model untuk menetralkan sanksi di bidang lain.

“Iran telah berhasil mencapai kekuatan rudal tingkat tinggi meskipun sanksi telah dijatuhkan selama lebih dari 40 tahun dengan menetralkannya,” ungkapnya.

Dia menekankan bahwa fitur utama industri rudal telah menciptakan “keunggulan ofensif strategis bagi kekuatan pertahanan bangsa Iran.”

Mengenai Perang 12 Hari yang dipaksakan Israel-AS terhadap Iran pada bulan Juni 2025, Talaei-Nik mengatakan kekuatan rudal ofensif Iran telah memberikan pukulan telak bagi musuh.

Pada 13 Juni, Israel melancarkan perang terhadap Iran hingga menggugurkan sejumlah  komandan militer berpangkat tinggi, ilmuwan nuklir, dan warga sipil biasa.

Lebih dari seminggu kemudian, AS melibatkan diri dalam perang dengan mengebom tiga lokasi nuklir Iran, sebuah pelanggaran berat terhadap Piagam PBB, hukum internasional, dan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT).

Angkatan Bersenjata Iran melancarkan serangan balik dengan menggempur lokasi-lokasi strategis di wilayah pendudukan serta pangkalan udara al-Udeid di Qatar, pangkalan militer AS terbesar di Asia Barat.

Pada 24 Juni, Iran akhirnya berhasil menghentikan perang melalui operasi balasannya terhadap rezim Israel.

Wakil komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), Brigadir Jenderal Ali Fadavi, mengatakan rezim Israel menderita kekalahan telak dan frustasi dalam serangan langsungnya terhadap Iran.

Dia menambahkan bahwa Presiden AS Donald Trump memasuki medan perang untuk mengatasi frustasi itu dan memulihkan moral rezim Israel yang telah hilang.

“Tidak seperti serangan tidak langsung yang biasa, kali ini AS secara langsung menyerang Iran dan mengungkapkan tujuannya sebelum serangan,” ujar Fadavi. Namun, dia juga menekankan bahwa Iran telah memberikan pukulan berat kepada musuh dan menimbulkan kekalahan padanya. (presstv)