Jakarta, ICMES. Juru bicara Angkatan Bersenjata Iran, Brigjen Abolfazl Shekarchi, memastikan bahwa dalam perang yang berkobar pada bulan lalu rudal-rudal negaranya telah memberikan pukulan “menghancurkan” bagi Israel, menghancurkan pusat-pusat militer dan keamanan jauh di dalam wilayah Palestina pendudukan meskipun Israel telah mengerahkan sistem pertahanan anti-rudal canggih.

Kementerian Kesehatan di Gaza mengumumkan bahwa jumlah korban gugur akibat kelaparan dan malnutrisi telah meningkat menjadi 122, termasuk 83 anak-anak.
Mantan Perdana Menteri Israel Ehud Barak menilai Israel dan Zionisme sedang mengalami keruntuhan. Bersamaan dengan ini, Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel, Itamar Ben-Gvir, melontarkan pernyataan satir bahwa penduduk Gaza tidak benar-benar kelaparan.
Berita selengkapnya:
Jenderal Iran Pastikan Pihaknya Telah Menghancurkan Pusat-Pusat Militer dan Keamanan Israel
Juru bicara Angkatan Bersenjata Iran, Brigjen Abolfazl Shekarchi, memastikan bahwa dalam perang yang berkobar pada bulan lalu rudal-rudal negaranya telah memberikan pukulan “menghancurkan” bagi Israel, menghancurkan pusat-pusat militer dan keamanan jauh di dalam wilayah Palestina pendudukan meskipun Israel telah mengerahkan sistem pertahanan anti-rudal canggih.
“Meskipun lapisan komando pertama gugur pada malam pertama operasi, Divisi Dirgantara Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), dengan arahan Pemimpin Revolusi (Ayatollah Sayyid Ali Khamenei) dan restrukturisasi (komando) yang cepat, berhasil mengatasi sistem pertahanan udara tercanggih di dunia,” ungkap Shekarchi dalam sebuah upacara di Qom pada peringatan 40 hari gugurnya para komandan militer senior dalam agresi Israel terhadap Iran, Kamis (24/7).
Dia menjelaskan bahwa di sepanjang rute sepanjang 1.200 kilometer menuju wilayah pendudukan, “ratusan jet tempur, radar canggih, dan sistem pertahanan udara buatan AS, Jerman, Inggris, dan Prancis dikerahkan untuk menangkal serangan rudal dan pesawat nirawak Iran. Namun, rudal Iran menembus lapis demi lapis pertahanan ini dan mengenai sasarannya dari utara hingga selatan wilayah pendudukan.”
Menurutnya, agresi Israel yang didukung Barat bertujuan “membidik infrastruktur Iran dan membuka jalan bagi pemisahan Iran” dalam waktu seminggu dengan membunuh para komandan militer senior.
“Namun, (Israel) gagal mencapai tujuannya, meskipun telah mengerahkan seluruh kapasitas militernya,” imbuh Shekarchi.
Dia juga mengatakan bahwa pada hari ke-17 perang, rezim Israel meminta keterlibatan langsung AS karena “kekalahan berulang di medan perang.”
“Sistem pertahanan udara musuh tidak mampu mencegat rudal canggih Iran, dan masalah ini menggeser keseimbangan militer yang menguntungkan Iran,”ungkapnya.
Shekarchi menekankan bahwa rezim Israel “tidak mampu menahan respon yang menghancurkan dari para pejuang Islam”. Dia mengaitkan kemenangan Iran dalam perang 12 hari dengan “pedoman bijaksana Pemimpin, kohesi dan persatuan nasional, serta keteguhan angkatan bersenjata, termasuk tentara dan Garda Revolusi.”
Dia memperingatkan, “Musuh harus tahu bahwa setiap agresi di tanah ini akan ditanggapi dengan respon yang tegas dan menjerakan.”
Dia menilai bahwa setelah kegagalan militer yang berulang, Israel kini berfokus pada “perang psikologis dan media” untuk menebar perpecahan di antara rakyat Iran. (presstv)
Pelaparan Penduduk Gaza oleh Israel Gugurkan 122 Orang
Kementerian Kesehatan di Gaza mengumumkan bahwa jumlah korban gugur akibat kelaparan dan malnutrisi telah meningkat menjadi 122, termasuk 83 anak-anak.
Dikutip Aljazeera pada hari Jumat (25/7), Kementerian itu mengumumkan bahwa rumah sakit di Jalur Gaza mencatat sembilan kematian baru akibat kelaparan dan malnutrisi dalam 24 jam terakhir.
Sebelumnya, sebuah sumber di Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza mengumumkan kematian seorang anak akibat kelaparan dan malnutrisi. Hal ini didahului oleh pengumuman rumah sakit tentang kematian dua warga Palestina, salah satunya menderita diabetes.
Kantor Media Pemerintah dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis (24/7) mengumumkan bahwa kelaparan semakin parah di seluruh Jalur Gaza, dan bahwa sebanyak 116 warga Palestina telah meninggal dunia akibat kelaparan dan malnutrisi di tengah hampir tidak adanya makanan, air, dan obat-obatan. Kantor tersebut memperingatkan tentang apa yang dianggapnya sebagai laporan palsu tentang masuknya bantuan.
Kantor itu mendesak dunia untuk segera mencabut blokade di Gaza dan mengizinkan bantuan kemanusiaan, terutama susu bayi, masuk ke wilayah yang terkepung itu untuk sekitar dua setengah juta orang.
Amnesty International menyatakan bahwa Israel terus menggunakan praktik pelaparan sebagai taktik kotor perang dan alat untuk melakukan genosida terhadap warga Palestina di Gaza.
Menurut lembaga ini, penderitaan warga Gaza yang kelaparan diperparah oleh sistem distribusi bantuan Israel, yang menggunakannya sebagai senjata perang yang menghancurkan. Israel sengaja membuat warga Palestina kelaparan.
Amnesty International menegaskan bahwa genosida di Jalur Gaza harus dihentikan sekarang juga, dan bahwa Israel harus segera mencabut pembatasan masuknya bantuan dan mengizinkan PBB untuk mendistribusikan bantuan.
Israel juga harus mengizinkan warga Palestina di Gaza mengakses bantuan tanpa batasan dan dengan cara yang aman. (aljazeera)
Ehud Barak: Israel yang Kita Kenal dan Visi Zionisme Sedang Runtuh
Mantan Perdana Menteri Israel Ehud Barak menilai Israel dan Zionisme sedang mengalami keruntuhan. Bersamaan dengan ini, Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel, Itamar Ben-Gvir, melontarkan pernyataan satir bahwa penduduk Gaza tidak benar-benar kelaparan.
“Israel yang kita kenal dan visi Zionis sedang runtuh, dan kita harus menghadapi kenyataan dengan berani,” kata Ehud Barak pada hari Jumat (25/7).
Dia juga menyebut Israel sedang menjadi negara paria di dunia, dan mayoritas rakyat telah kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah.
“Tentara Israel telah mencapai prestasi besar di Lebanon, Iran, dan Suriah, tetapi kita terjebak dalam perang atrisi di Jalur Gaza,” sambungnya.
Mengenai situasi di Israel, Barak mengatakan, “Darah sedang tertumpah, keluarga para prajurit cadangan sedang runtuh, dan tentara yang diculik telah ditinggalkan di altar untuk tetap berkuasa.”
Dia menambahkan bahwa satu-satunya gerakan yang dapat menyelamatkan Israel adalah “pembangkangan sipil dan pemogokan umum hingga pemerintahan diganti atau perdana menterinya mengundurkan diri,” merujuk pada Benjamin Netanyahu, yang menjadi buronan Mahkamah Pidana Internasional atas kejahatan perang di Gaza.
Barak mengatakan bahwa ketika seluruh Israel lumpuh, pemerintah akan tunduk pada kehendak rakyat dan menggantinya dengan yang lebih baik.
“Ketika satu juta orang Israel turun ke jalan, pemerintah akan jatuh, dan sudah saatnya bagi kita semua untuk turun ke jalan sepanjang minggu,” serunya.
Sejak 7 Oktober 2023, dengan dukungan AS, Israel telah melancarkan perang genosida di Gaza, termasuk pembantaian, pelaparan, penghancuran, dan pemindahan paksa, sembari mengabaikan semua seruan internasional dan perintah dari Mahkamah Internasional untuk menghentikannya.
Perang genosida terhadap rakyat Palestina ini telah menggugurkan lebih dari 203.000 orang, sebagian besar anak-anak dan perempuan serta menyebabkan lebih dari 10.000 orang hilang, ratusan ribu orang mengungsi, dan menimbulkan bencana kelaparan yang telah merenggut nyawa banyak orang, termasuk anak-anak.
Sementara itu, Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel, Itamar Ben-Gvir, pada hari Jumat mengklaim “tidak ada kelaparan nyata di Jalur Gaza”.
Pemimpin Partai Kekuatan Yahudi ini membela tindakan pemerintah Benjamin Netanyahu yang mencegah bantuan kemanusiaan mencapai warga Palestina di Gaza. Ben-Gvir telah lama menyerukan pencegahan bantuan memasuki Gaza, okupasi seluruh Jalur Gaza, pembangunan permukiman di sana, dan penggusuran penduduk Palestina.
Dalam sebuah unggahan di platform X, Ben-Gvir mengatakan, “Tidak ada kelaparan yang nyata di Gaza. Jika mereka lapar, mereka pasti sudah memulangkan para sandera.” Dia menambahkan, “Saya mendukung Hamas yang kelaparan di Gaza.” (mm/raialyoum)









