Rangkuman Berita Utama Sabtu  25 Oktober 2025

Jakarta, ICMES. Hamas tidak tumbang meskipun sebagian besar kekuatan militernya telah dihancurkan. Demikian kesimpulan laporan yang disiarkan situs web NBC News, sembari menyebutkan bahwa sejak gencatan senjata diterapkan, Hamas mengerahkan para anggota kepolisiannya di jalan-jalan yang telah ditinggalkan oleh tentara Israel.

Faksi-faksi Palestina menegaskan kembali kekompakan mereka melawan aneksasi Israel atas wilayah pendudukan Tepi Barat dan penggusuran warga Palestina di Gaza.

Militer AS telah mulai mengoperasikan drone-drone pengintai di angkasa Jalur Gaza dalam beberapa hari terakhir sebagai bagian dari upaya yang lebih luas untuk memastikan bahwa Israel dan Hamas mematuhi perjanjian gencatan senjata yang rapuh, kata para pejabat militer Israel dan AS.

Berita selengkapnya:

NBC News: Hamas Tidak Tumbang, dan Mudah Pulihkan Kekuatan

Hamas tidak tumbang meskipun sebagian besar kekuatan militernya telah dihancurkan. Demikian kesimpulan laporan yang disiarkan situs web NBC News, sembari menyebutkan bahwa sejak gencatan senjata diterapkan, Hamas mengerahkan para anggota kepolisiannya di jalan-jalan yang telah ditinggalkan oleh tentara Israel.

Para pejabat keamanan Israel dan para pakarnya dalam urusan Gaza  sepakat bahwa Hamas menderita kerugian parah, tapi tidak terhancurkan sepenuhnya. Ada kemungkinan Hamas mengandalkan para rekrutan baru.

Shalom Ben Hanan, mantan pejabat dinas keamanan umum Israel (Shin Bet), mengatakan, “Hamas mengalami kerugian parah dari segi kekuatan militer, tapi harus dikatakan  bahwa mereka tidak tumbang. Mereka bisa jadi bukan merupakan ancaman dalam waktu dekat ini, tapi fasilitasnya masih ada.

Menurut pakar Israel tersebut, Hamas juga memiliki sekira 15,000-25,000 pejuang. Perkiraan ini, katanya, bersandar pada laporan berkala yang diterima oleh para pejabat keamanan aktif Israel.

Seorang pejabat keamanan Israel, yang meminta tidak disebutkan identitasnya, mengatakan sekira 10,000-20,000 pejuang masih ada di barisan elit Hamas. Giora Eiland, mantan kepala Badan Keamanan Nasional Israel, dan mantan kepala bidang perencanaan IDF, memperkirakan jumlah pejuang yang terbunuh dalam perang mencapai 20,000 orang.

Namun, Eiland berpendapat bahwa Hamas tidak mendapat kesulitan dalam menutupi kerugian personilnya. Mereka dapat dengan mudah memulihkan kekuatannya, dan juga sangat mudah merekrut lebih banyak personil untuk menggantikan para pejuang yang terbunuh.

Semua pakar yang telah dihubungi oleh penyusun laporan NBC News sependapat bahwa jaringan luas terowongan Hamas masih tetap menjadi sumber kekuatan terbesarnya dan ancaman terbesar bagi Israel.

Laporan itu menyebutkan bahwa sekira 70-80 persen jaringan terowongan bawah tanah itu masih utuh, karena banyak sekali bagiannya tidak diketahui oleh tentara Israel. Para pakar yang menjadi narasumber laporan itu juga berpendapat bahwa Hamas merasa bertanggungjawab atas sentimen anti-Israel di tengah khalayak dunia, dan menilai transformasi dalam sentimen global ini sebagai prestasi baginya. (aljazeera)

Faksi-Faksi Palestina Tuntut Penarikan Penuh Tentara Zionis dari Jalur Gaza

Faksi-faksi Palestina menegaskan kembali kekompakan mereka melawan aneksasi Israel atas wilayah pendudukan Tepi Barat dan penggusuran warga Palestina di Gaza.

Menutup pertemuan dua hari yang diselenggarakan oleh Mesir pada hari Jumat (24/10), faksi-faksi tersebut menekankan bahwa tahap saat ini membutuhkan “sikap nasional yang bersatu,” menolak segala bentuk aneksasi dan penggusuran di Gaza, Tepi Barat, dan al-Quds.

Mereka mengecam persetujuan awal parlemen Israel (Knesset) untuk mencaplok Tepi Barat, dan menyebutnya sebagai “agresi serius terhadap identitas dan eksistensi Palestina.”

Pertemuan tersebut diadakan di tengah upaya internasional untuk mengkonsolidasikan perjanjian gencatan senjata Gaza yang dicapai awal bulan ini dan untuk mengatasi dampak perang genosida Israel.

Beberapa faksi Palestina menghadiri pertemuan tersebut untuk membahas perkembangan terbaru perjuangan Palestina dan fase kedua rencana gencatan senjata gagasan Presiden AS Donald Trump, sebagai persiapan untuk mengadakan dialog nasional yang komprehensif guna memulihkan persatuan nasional Palestina.

Dalam komunike bersama, faksi-faksi Palestina menuntut penarikan penuh pasukan Israel dari Jalur Gaza, pencabutan penuh blokade terhadap Gaza, dan segera dimulainya proses rekonstruksi komprehensif Jalur Gaza.

Mereka menyatakan dukungan mereka kepada pembentukan komite sementara yang terdiri dari para teknokrat untuk mengelola Gaza pascaperang, bekerja sama dengan negara-negara Arab dan lembaga-lembaga internasional. Mereka juga menekankan bahwa persatuan nasional merupakan respon yang “menentukan” terhadap kebijakan Israel.

Pernyataan tersebut juga menyerukan penerapan semua langkah yang diperlukan untuk menjaga keamanan dan stabilitas di Gaza, dan menekankan pentingnya penerbitan resolusi PBB mengenai pengerahan pasukan internasional sementara untuk memantau gencatan senjata.

Faksi-faksi pejuang Palestina juga mendesak komunitas internasional untuk menekan Israel agar berhenti melanggar hak-hak tahanan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.

Mereka sepakat untuk mempersiapkan pertemuan seluruh kekuatan dan faksi Palestina guna menyatukan visi dan mengaktifkan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), yang digambarkan sebagai “satu-satunya perwakilan sah rakyat Palestina,” sehingga mencakup semua komponen dan kekuatan aktif rakyat Palestina.

Pernyataan tersebut menyerukan agar hasil pertemuan itu menjadi titik awal yang sejati bagi persatuan nasional yang sejati untuk membela hak rakyat Palestina atas kehidupan, martabat, kebebasan, penentuan nasib sendiri, dan pembentukan negara Palestina merdeka dengan al-Quds sebagai ibu kotanya, sekaligus menjamin hak untuk kembali bagi para pengungsi.

Israel telah membunuh hampir 70.000 warga Palestina sejak melancarkan perang genosida di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023, sebelum kesepakatan gencatan senjata dicapai di jalur tersebut awal bulan ini. Kesepakatan ini menandai tahap pertama dari 20 poin gagasan Trump, dengan tahap selanjutnya yang akan dinegosiasikan di kemudian hari. (presstv)

AS Terbangkan Drone di Gaza untuk Memantau Gencatan Senjata

Militer AS telah mulai mengoperasikan drone-drone pengintai di angkasa Jalur Gaza dalam beberapa hari terakhir sebagai bagian dari upaya yang lebih luas untuk memastikan bahwa Israel dan Hamas mematuhi perjanjian gencatan senjata yang rapuh, kata para pejabat militer Israel dan AS.

Drone itu digunakan untuk memantau aktivitas darat di Gaza, dengan persetujuan Israel, menurut dua pejabat militer Israel dan seorang pejabat pertahanan AS, yang berbicara dengan syarat anonim untuk membahas detail operasional. Mereka mengaku tidak dapat membagikan jalur penerbangan drone tersebut.

Ketiga pejabat itu menambahkan bahwa misi pengawasan tersebut beroperasi untuk mendukung Pusat Koordinasi Sipil-Militer baru di Israel selatan, yang didirikan minggu lalu oleh Komando Pusat militer AS, sebagian untuk memantau gencatan senjata.

Kesepakatan gencatan senjata, yang ditengahi oleh mediator AS, Qatar, dan Mesir awal bulan ini, terhambat oleh meningkatnya kekerasan di Gaza belakangan ini dan ketegangan yang berkepanjangan terkait pertukaran korban tewas warga Israel dan Palestina.

Sepanjang perang dua tahun tersebut, militer Israel, yang didukung oleh AS, telah banyak menggunakan drone untuk mengumpulkan intelijen dan melancarkan kampanye melawan Hamas.

Meskipun militer AS sebelumnya telah menerbangkan drone di atas Gaza untuk membantu menemukan sandera, upaya pengintaian terbarunya menunjukkan bahwa para pejabat AS ingin memiliki pemahaman mereka sendiri, terlepas dari Israel, tentang apa yang terjadi di dalam wilayah tersebut.

Departemen Luar Negeri AS, yang mengawasi upaya pemantauan gencatan senjata, tidak segera menanggapi pertanyaan rinci tentang drone tersebut, sementara militer Israel juga enggan berkomentar. (nyt)