Rangkuman Berita Utama  Sabtu  24 Mei 2025

Jakarta, ICMES. Tiada hari di Jalur Gaza tanpa pembantaian terhadap banyak warga Palestina. Dalam perkembangan terbaru, jumlah korban gugur akibat serangan Israel di Jalur Gaza pada hari Jumattercatat 60 orang, sedangkan korban luka 185 orang, menurut Kementerian Kesehatan.

Menlu Iran Abbas Araghchi memuji putaran kelima perundingan nuklir negaranya dengan AS sebagai “salah satu yang paling profesional”, dan Teheran akan terus bertahan pada pendiriannya.

Militer Israel dikabarkan telah menyelesaikan latihan skala besar, yang mensimulasikan perang multi-front jika negosiasi AS dengan Iran mengenai masalah nuklir membentur jalan buntu.

Berita selengkapnya:

Serangan Israel di Gaza Jatuhkan 240 Korban Gugur dan Luka

Tiada hari di Jalur Gaza tanpa pembantaian terhadap banyak warga Palestina. Dalam perkembangan terbaru, jumlah korban gugur akibat serangan Israel di Jalur Gaza pada hari Jumat (23/4) tercatat 60 orang, sedangkan korban luka 185 orang, menurut Kementerian Kesehatan.

Kementerian tersebut menyatakan bahwa statistik tersebut tidak termasuk korban di wilayah utara Jalur Gaza  karena rumah sakit di sana tidak dapat diakses akibat agresi Israel yang sedang berlangsung.

Kementerian itu juga menyatakan bahwa sejumlah korban masih berada di bawah reruntuhan dan di jalanan, sementara ambulan dan kru pertahanan sipil tidak dapat menjangkau mereka.

Dengan demikian, jumlah syuhada Palestina akibat agresi Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 bertambah menjadi 53.822 orang, sedangkan korban luka 122.382 orang.

Tercatat pula bahwa jumlah korban gugur mencapai 3.673 orang dan korban luka mencapai 10.341 orang sejak dimulainya eskalasi terbaru Israel pada 18 Maret 2025.

Organisasi Kesehatan Dunia memperingatkan akan segera runtuhnya sistem kesehatan di Jalur Gaza, dengan menyatakan bahwa “94% dari seluruh rumah sakit di Jalur Gaza telah hancur atau rusak.” (almayadeen)

Perundingan Nuklir, Menlu Iran: Terlampau Rumit, Tapi AS Dapat Memahami Lebih Baik

Menlu Iran Abbas Araghchi memuji putaran kelima perundingan nuklir negaranya dengan AS sebagai “salah satu yang paling profesional”, dan Teheran akan terus bertahan pada pendiriannya.

Araghchi menyampaikan menyatakan demikian setelah berakhirnya putaran kelima perundingan tidak langsung antara Teheran dan Washington yang berlangsung selama lebih dari tiga jam di Roma, ibu kota Italia, pada hari Jumat (23/5). Perundingan ini dimediasi oleh Menteri Luar Negeri Oman, Badr Albusaidi.

“Putaran ini adalah salah satu putaran perundingan paling profesional yang pernah kami lakukan. Kami sekali lagi mengumumkan pendirian dan prinsip Republik Islam Iran terkait perundingan ini. Pendirian kami sangat jelas, dan kami berpegang teguh pada pendirian ini,” kata Aragchi.

Araghchi menambahkan bahwa pihak AS “sekarang memiliki pemahaman yang lebih baik, lebih jelas, dan lebih tepat mengenai pendirian kami.”

Sebelum bertolak ke Roma, Araghchi menegaskan kembali tekad Iran melanjutkan program pengayaan uraniumnya dan menekankan bahwa tidak akan ada kesepakatan jika AS bersikeras menuntut amputasi hak Iran memperkaya uranium.

“Mencari jalan menuju kesepakatan bukanlah ilmu roket: Tanpa senjata nuklir = kita memiliki kesepakatan. Tanpa pengayaan = kita tidak memiliki kesepakatan,” tulis Araghchi di X.

Menurutnya, kedua pihak sepakat untuk mentransfer proposal dan ide yang dipertukarkan selama pembicaraan ke ibu kota masing-masing untuk diskusi lebih lanjut.

Menteri luar negeri Iran menyebutkan bahwa mitranya dari Oman, sebagai mediator, juga mengupayakan solusi untuk mengatasi kendala yang ada dan mencapai kemajuan, dan Iran berencana mengkaji solusi dan proposal baru, yang berpotensi membantu, sembari tetap mempertahankan prinsip dan pendiriannya.

“Kedua pihak diharapkan menyampaikan pandangan mereka tentang proposal dan solusi ini, dan kemudian putaran negosiasi berikutnya akan diselenggarakan,” tambahnya.

Araghchi berharap kedua pihak akan terlibat dalam pembicaraan yang lebih rinci di putaran berikutnya jika solusi dipertimbangkan di ibu kota.

“Karena itu, dapat dikatakan bahwa kasus negosiasi tidak langsung masih terbuka dan negosiasi akan terus berlanjut,” imbuhnya.

Dia menilai negosiasi ini “terlampau rumit” untuk dapat diselesaikan dalam dua atau tiga sesi, “tapi fakta keberadaan kita saat ini di jalur yang wajar dianggap sebagai sebuah pencapaian.”

Menlu Iran berharap bahwa kedua pihak akan mencapai solusi yang akan mengarah pada kemajuan selama sesi berikutnya mengingat pemahaman yang lebih baik tentang pendirian Teheran.

Sebagaimana putaran sebelumnya, Araghchi dan Steve Witkoff, utusan regional Presiden AS, memimpin delegasi negosiasi dalam pembicaraan di Roma.

Sejak April, Teheran dan Washington telah mengadakan empat putaran negosiasi tidak langsung di Roma dan Muscat mengenai program nuklir Iran di tengah perubahan berulang dalam sikap AS, yang telah mendorong pejabat Iran untuk mengkritik pernyataan “kontradiktif” yang dibuat oleh pihak AS. (presstv)

Militer Israel Dikabarkan Siap Berperang Multi-Front Terkait Isu Nuklir Iran

Militer Israel dikabarkan telah menyelesaikan latihan skala besar, yang mensimulasikan perang multi-front jika negosiasi AS dengan Iran mengenai masalah nuklir membentur jalan buntu.

Menyusul laporan CNN tentang potensi kesiapan Israel melancarkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran, militer Israel telah mengintensifkan persiapannya untuk skenario perang multi-front.

Menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh tentara pada Jumat malam (23/5), latihan Staf Umum telah selesai, yang meliputi pelatihan tentang kesinambungan operasional di garis depan, operasi pertahanan, dan menjaga kesiapan komponen vital aktivitas militer.

Langkah-langkah ini dilakukan di tengah perundingan baru antara Iran dan AS, meskipun kedua belah pihak memiliki skeptisisme yang mendalam terkait prospek perjanjian nuklir baru. Putaran kelima pembicaraan ini, yang diselenggarakan oleh Kesultanan Oman, berakhir pada hari Jumat.

Pada akhir putaran itu, Menteri Luar Negeri Oman Badr al-Busaidi menyatakan melalui platform X bahwa “beberapa kemajuan telah dibuat, namun belum final.”

Sejawatnya dari Iran, Abbas Araghchi, menyebut negosiasi tersebut “terlalu rumit”, dan menekankan bahwa Oman memiliki “ide yang berbeda” untuk memecahkan kebuntuan, sambil menyerukan dialog yang berkelanjutan.

Para pejabat Iran menyatakan skeptis terhadap niat AS, dan mengatakan kepada CNN bahwa tuntutan Washington agar Teheran menanggalkan haknya memperkaya uranium Iran akan merusak peluang tercapainya kesepakatan.

Seorang sumber yang dekat dengan tim negosiasi Iran mengatakan kepada Reuters bahwa “pembicaraan akan dilanjutkan, dengan waktu dan lokasi akan ditentukan oleh Kesultanan Oman.”( raiayoum)