Jakarta, ICMES. Panglima Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, Mayjen Mohammad Pakpour, memastikan respon negara ini akan telak, cepat dan menjerakan terhadap Israel jika rezim Zionis ini salah perhitungan dalam berurusan dengan Iran.

Gerakan Perlawanan Islam Palestina, Hamas, menyebut deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai kelaparan di Jalur Gaza sebagai langkah “penting”, namun “sangat terlambat”.
Operasi Hamas di Khan Yunis membuat tujuan perang Israel di Gaza dipertanyakan oleh para jenderal purnawirawan Zionis, termasuk Mayjen Israel Ziv, yang menilai Hamas sedang pulih dan beradaptasi meskipun telah berbulan-bulan terdera oleh agresi Israel.
Berita selengkapnya:
IRGC: Balasan Iran akan Telak dan Cepat Jika Israel Nekat Bertindak Ngawur
Panglima Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, Mayjen Mohammad Pakpour, memastikan respon negara ini akan telak, cepat dan menjerakan terhadap Israel jika rezim Zionis ini salah perhitungan dalam berurusan dengan Iran.
Pakpour menekankan bahwa pengalaman perang yang dipaksakan oleh Amerika Serikat (AS) dan Israel kepada Iran pada bulan Mei lalu membuktikan bahwa strategi penguatan pertahanan komprehensif dan pengandalan kemampuan dalam negeri efektif mencegah musuh mencapai tujuan kejinya.
Hal ini dia sampaikan dalam pesan ucapan selamatnya kepada Menteri Pertahanan dan Logistik Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran, Brigjen Aziz Nasirzadeh, pada momen Hari Industri Pertahanan, Jumat (22/8).
“Tak diragukan lagi, pencapaian besar dan membanggakan industri pertahanan Republik Islam Iran merupakan buah dari keyakinan, kepercayaan diri, inisiatif, dan upaya tak kenal lelah rakyat nan setia dan revolusioner, yang – berkat bimbingan Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata (Ayatullah Ali Khamenei)- telah merintis jalan menuju martabat dan kemandirian pertahanan negara. Kini, dengan mengandalkan kemampuan ini, Republik Islam Iran telah mencapai puncak daya deterensi,” bunyi pesan itu.
Dia menambahkan, “Pengalaman Pertahanan Suci selama perang 12 hari yang dipaksakan oleh AS dan rezim Zionis beberapa waktu lalu kembali membuktikan bahwa strategi penguatan pertahanan komprehensif dan pengandalan kemampuan dalam negeri efektif menggagalkan musuh dalam upanya mencapai tujuan keji mereka dan memperingatkan mereka agar tidak memulai petualangan baru.”
Pakpour mengapresiasi upaya revolusioner, setia, dan tulus dari Menteri Pertahanan dan personel sektor industri pertahanan. Dia menekankan keharusan peningkatan sinergi dan koordinasi antara Kementerian Pertahanan dan Angkatan Bersenjata, dan menyatakan keyakinannya bahwa melanjutkan pendekatan ini akan memetakan masa depan yang lebih cerah dan lebih sejahtera dalam upaya mencapai cita-cita Revolusi Islam dan menjamin keamanan negara yang berkelanjutan.
Dia juga menyebutkan, “Pada momen peringatan yang berharga ini, kami menegaskan kembali kepada bangsa Iran nan besar bahwa pasukan Iran dengan menjalankan petunjuk Pemimpin Revolusi dan Panglima Tertinggi angkatan bersenjata (Ayatullah Khamenei) dalam menjamin keamanan dan melindungi kemerdekaan dan keamanan nasional dan keutuhan wilayahnya akan berada di puncak keterjagaan dan kesiapan. Dan mengingat jalannya perang yang dipaksakan selama 12 hari, mereka memberikan respon yang telak, cepat dan menjerakan terhadap segala tindakan salah perhitungan dari musuh dalam berkonfrontasi dengan Iran.” (alalam)
Hamas Sebut Pernyataan PBB Mengenai Kelaparan di Gaza “Penting tapi Sangat Terlambat”
Gerakan Perlawanan Islam Palestina, Hamas, menyebut deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai kelaparan di Jalur Gaza sebagai langkah “penting”, namun “sangat terlambat”.
Deklarasi itu “sangat terlambat setelah ada peringatan selama berbulan-bulan,” ungkap Hamas dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat (22/8).
“Kami telah berulang kali memperingatkan bahwa blokade, aksi pelaparan sistematis, dan penolakan masuknya makanan, obat-obatan, dan air bagi rakyat kami merupakan genosida total,” tambahnya.
Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC) yang didukung PBB mendeklarasikan bencana kelaparan besar-besaran di Kota Gaza, dan memperingatkan bahwa sekira 800.000 warga Palestina kini mengalami kondisi bencana yang ditandai dengan kelaparan, kesengsaraan, dan kematian.
Pernyataan Hamas itu mengacu pada larangan yang nyaris total rezim Israel atas masuknya pasokan yang sangat dibutuhkan ke Jalur Gaza, yang telah mengalami lebih dari 22 bulan perang genosida yang didukung Barat.
Metode brutal tersebut telah menyebabkan badan-badan HAM mengecam Israel yang dinilai menggunakan pelaparan sebagai senjata perang.
Pendekatan ini telah meningkatkan jumlah korban tewas Palestina hingga ratusan, sehingga totalnya sejauh ini mencapai hampir 62.100 korban, yang sebagian besarnya adalah perempuan dan anak-anak.
Hamas menegaskan, “Hari ini, laporan PBB mengonfirmasi kepada seluruh dunia betapa parahnya bencana kemanusiaan yang dialami rakyat kami.”
Hamas kemudian mengecam “penyangkalan kriminal” yang terus dilakukan rezim Israel terhadap fakta-fakta di lapangan, merujuk pada penolakan para pejabat Zionis terhadap deklarasi tersebut dan laporan serupa.
Penyangkalan tersebut, tambah Hamas, “mengungkapkan mentalitas kriminal yang sengaja berbohong demi menutupi pembantaian dengan pelaparan yang dilakukan terhadap anak-anak, perempuan, dan orang sakit, yang secara terang-terangan menentang semua hukum dan norma internasional.”
Hamas juga memperingatkan bahwa kekejaman yang diberlakukan di wilayah Palestina harus ditanggapi PBB dengan tindakan segera untuk menghentikan perang dan menyediakan akses bantuan tanpa batas bagi wilayah pesisir tersebut. (presstv)
Para Jenderal Purnawirawan Israel Pastikan Ada “Hamas Baru” di Jalur Gaza
Operasi Hamas di Khan Yunis membuat tujuan perang Israel di Gaza dipertanyakan oleh para jenderal purnawirawan Zionis, termasuk Mayjen Israel Ziv, yang menilai Hamas sedang pulih dan beradaptasi meskipun telah berbulan-bulan terdera oleh agresi Israel.
Sayap militer Hamas, Brigade al-Qassam, mengumumkan bahwa para pejuangnya melancarkan menyergap pasukan Israel di tenggara Khan Yunis pada hari Rabu (20/8). Menurut kelompok tersebut, para pejuangnya telah menghancurkan tank, menyerang posisi Israel dengan mortir dan alat peledak, serta terlibat pertempuran jarak dekat dengan tentara di dalam bangunan tempat tinggal. Seorang penembak jitu juga dilaporkan berhasil membunuh seorang komandan tank Merkava 4 dalam serangan tersebut.
Israel Ziv dalam sebuah wawancara di 103 FM mengatakan bahwa Hamas sedang melakukan reorganisasi dan mendapatkan kembali inisiatif.
“Apa yang kita saksikan di depan mata kita adalah Hamas baru, Hamas yang sedang pulih. Hamas melakukan reorganisasi seperti semula sebagai organisasi gerilya,” ujarnya, seperti dikutip surat kabar Maariv pada hari Kamis (21/8).
Senada dengan ini, Mayjen (purn.) Yitzhak Brik, pada bulan Juli lalu menuliskan bahwa Hamas telah membangun kembali kekuatannya seperti sebelum perang.
“Hamas sekarang berjumlah sekitar 40.000 pejuang perlawanan, serupa dengan kekuatannya sebelum agresi dimulai,” tulis Brik, seraya menambahkan bahwa tentara Israel menghadapi kenyataan yang “suram”.
Brik menepis klaim pejabat Israel bahwa Hamas telah lumpuh. “Mereka tidak pernah menjadi tentara, dan karena itu mereka tidak kehilangan kemampuan militer mereka seperti yang diklaim oleh kepala staf,” ungkapnya.
Polemik di Israel mengenai Hamas mencerminkan pengakuan yang lebih luas bahwa perang tersebut belum mencapai tujuan yang dinyatakan, termasuk penumpasan Hamas, meskipun Jalur Gaza lukuh lantak hingga hampir seluruh penduduknya terpaksa mengungsi.
Pernyataan mengenai Hamas tersebut mengemuka di tengah rencana Israel memperluas invasi daratnya ke Kota Gaza, meskipun masyarakat internasional telah memperingatkan ihwal dampak kemanusiaan yang mengerikan dari agresi tersebut.
Otoritas Gaza mengumumkan bahwa lebih dari 62.100 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, gugur dan setidaknya 157.114 terluka akibat perang genosida Israel di Jalur Gaza sejak Oktober 2023. (presstv)









