Rangkuman Berita Utama Sabtu 15 Februari 2025

Jakarta, ICMES. Jutaan rakyat Yaman mengadakan aksi bela Gaza dengan menggelar unjuk rasa dan rapat akbar di Alun-Alun al-Sab’in di Ibu Kota Sanaa dengan tema “Bersama Gaza Melawan Pengusiran dan Segala Konspirasi” sebagai pesan peringatan terhadap Amerika Serikat (AS) dan Rezim Zionis Israel agar tidak mencoba merelokasi paksa rakyat Palestina dari Jalur Gaza.

Pemerintah Iran mengutuk ancaman rezim Israel terhadap pesawat penumpang Iran yang mengangkut warga negara Lebanon, dan menyebutnya pelanggaran terbuka terhadap prinsip dan aturan hukum internasional serta kedaulatan Lebanon.

Tiga tawanan Israel akan dibebaskan oleh Hamas dan Jihad Islam Palestina dengan imbalan pembebasan 369 tahanan Palestina di penjara Israel, sebagai bagian dari proses pelaksanaan gencatan senjata di Gaza.

Berita selengkapnya:

Demo Akbar, Jutaan Rakyat Yaman Kutuk Rencana Pengusiran Orang Palestina di Gaza

Jutaan rakyat Yaman pada hari Jumat (14/2) mengadakan aksi bela Gaza dengan menggelar unjuk rasa dan rapat akbar di Alun-Alun al-Sab’in di Ibu Kota Sanaa dengan tema “Bersama Gaza Melawan Pengusiran dan Segala Konspirasi” sebagai pesan peringatan terhadap Amerika Serikat (AS) dan Rezim Zionis Israel agar tidak mencoba merelokasi paksa rakyat Palestina dari Jalur Gaza.

Lautan umat itu mendeklarasikan kepada khalayak dunia bahwa mereka akan terus membela bangsa Palestina dan menyokong perlawanan mereka terhadap rencana kotor  Zionis dan AS, apa pun risikonya.

Massa memperingatkan Presiden AS Donald Trump agar tidak melaksanakan gagasan kejinya untuk mengusir rakyat Palestina dari Jalur Gaza, atau menyerang mereka.

Massa menegaskan bahwa rakyat dan angkatan bersenjata Yaman siap sepenuhna melaksanakan arahan pemimpin gerakan Ansarullah, Sayyed Abdul-Malik al-Houthi, untuk mencegah AS dan Zionis dan membela Palestina.

Jutaan massa Yaman menyerukan kepada dunia Arab dan umat Islam agar menyudahi kebungkaman mereka, mengambil sikap serius menolak rencana keji Trump, dan menganggap penyesuaian diri dengan ini sebagai pengkhianatan terhadap umat dan kesucian Islam.

Mereka menekankan bahwa rencana kotor Zionis dan AS tidak akan terbatas pada Gaza, melainkan juga mengancam keamanan dunia Arab dan Islam, dan karena itu bangsa-bangsa dan negara-negara Islam harus memikul tanggung jawab keagamaan, moral dan kemanusiaan melawan semua konspirasi terhadap keamanan dan negara mereka.

Jutaan massa Yaman mendeklarasikan mandat mutlak kepada Sayid  Abdul-Malik Al-Houthi untuk mengambil semua keputusan dan opsi yang tepat guna menggagalkan rencana AS mengusir warga Palestina dari Jalur Gaza.

Mereka  meneriakkan yel-yel “Bangsa ini bertawakkal kepada Allah, tiada pengusiran kecuali terhadap rezim pendudukan”, “Kalaupun dunia menerima, kami takkan menerima. Tiada pengusiran kecuali terhadap rezim pendudukan”, “Tentara Yaman menunggu kamu (Trump) melanggar janjimu, hai bodoh”, “Amerika setan besar, keburukan permanen yang tak akan berubah”, “Peringatan Yaman negeri hikmah, kami akan mengguncang para penyeru pengusiran”, “Penjahat dan si kafir Trump, proyek dan keputusanmu gagal”, “Sikap pemimpin kami bijaksana, hai Trump, neraka bagimu”, dan “Bangsa Yaman eksis melawan si kafir Trump”.

Dalam aksi itu, Menteri Pertahanan Yaman Brigjen Mohammad Nasir Al-Atifi menyampaikan sebuah pesan Angkatan Bersenjata Yaman kepada Sayid Abdul Malik al-Houthi.  

“Dari alun-alun al-Sab’in dan dari tengah jutaan umat, kami menyatakan janji kepada Sayid Abdul Malik Badruddin al-Houthi bahwa kami di Angkatan  Bersenjata Yaman siap melaksanakan pengarahan Anda untuk menyerang musuh, Amerika dan Israel, dan melaksanakan serangan militer yang menyakitkan musuh demi membela saudara-saudara kami di Gaza dan melawan pengusiran. Kami pasrah kepadamu, dengan berkah Allah,” bunyi pesan itu. (alalam)

Teheran Kutuk Ancaman Israel terhadap Pesawat Penumpang Iran di Lebanon

Pemerintah Iran mengutuk ancaman rezim Israel terhadap pesawat penumpang Iran yang mengangkut warga negara Lebanon, dan menyebutnya pelanggaran terbuka terhadap prinsip dan aturan hukum internasional serta kedaulatan Lebanon.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Ismaeil Baghaei, dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat (14/2),  mengatakan bahwa ancaman rezim Israel terhadap pesawat penumpang tersebut telah “mengganggu penerbangan normal ke Bandara Beirut.”

Baghaei menyatakan demikian menyusul peristiwa pembatalan dua penerbangan sipil terjadwal dari Iran ke Lebanon.

Pembatalan itu diperintahkan oleh Menteri Transportasi Lebanon atas tekanan dari rezim Israel, yang mengklaim bahwa pesawat tersebut mentransfer dana untuk kelompok pejuang Hizbullah.

Juru bicara Iran menyerukan tindakan serius oleh badan-badan internasional terkait, khususnya Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO), untuk “menghentikan tindakan berbahaya Israel terhadap keselamatan dan keamanan penerbangan negara tersebut.”

Larangan pendaratan pesawat Iran di Beirut itu memicu aksi protes keras di sekitar Bandara Internasional Beirut.

Sejumlah besar massa Lebanon turun ke jalan di sekitar Bandara Internasional Beirut pada Kamis malam, memblokir pintu masuk bandara dan jalan internasional menuju bandara tersebut serta membakar ban bekas sambil meneriakkan yel-yel anti-AS dan anti-Israel.

Massa sempat terlibat bentrok dengan personel militer Lebanon yang berusaha membersihkan jalur.

Duta Besar Iran untuk Beirut Mojtaba Amani mengatakan pada hari Jumat bahwa Teheran tidak menerima tawaran pemerintah Lebanon untuk menyediakan penerbangan alternatif bagi pesawat Iran.

“Pemerintah Lebanon sedang mencari penerbangan alternatif bagi pesawat Iran. Kami secara umum menyambut baik pembukaan penerbangan maskapai Lebanon ke Iran, tapi tidak dengan cara yang membatalkan penerbangan Iran,” tambahnya.

Dia menekankan bahwa Iran pasti akan menyetujui rencana pemerintah Lebanon hanya jika Beirut “tidak menciptakan hambatan bagi maskapai penerbangan Iran.”

Dia juga menyebutkan bahwa pembicaraan sedang berlangsung antara kedua negara untuk mencapai kesepakatan.

Menurutnya, pembatalan penerbangan tersebut menyebabkan penumpang Lebanon, terutama para peziarah, terlantar di bandara Teheran, dan warga Lebanon, yang seharusnya datang ke Iran untuk berziarah, gagal melakukan perjalanan.

Amani mencatat bahwa penerbangan Iran dibatalkan bersamaan dengan ancaman rezim Israel terhadap rakyat Lebanon, yang berusaha mempertahankan kemerdekaan mereka dan tidak menerima rekomendasi semacam itu dari negara mana pun, terutama rezim ilegal Zionis.

Hal ini “tidak dapat diterima” dan akan menyebabkan protes publik, tambahnya.

Duta Besar Iran berharap masalah tersebut segera tersolusi. (presstv)

Tiga Tawanan Israel di Gaza dan 369 Tahanan Palestina di Israel akan Dibebaskan

Tiga tawanan Israel akan dibebaskan oleh Hamas dan Jihad Islam Palestina dengan imbalan pembebasan 369 tahanan Palestina di penjara Israel, sebagai bagian dari proses pelaksanaan gencatan senjata di Gaza.

Tawanan yang akan dibebaskan pada hari Sabtu (15/2) tersebut diidentifikasi sebagai warga AS-Israel Sagui Dekel-Chen, warga Rusia-Israel Alexandre Sasha Troufanov dan warga Argentina-Israel Yair Horn.

Daftar nama tahanan Palestina yang akan dibebaskan belum diumumkan, namun media Israel melaporkan bahwa 333 orang yang ditangkap di Gaza akan dipulangkan ke wilayah ini, 10 orang akan dibebaskan di Tepi Barat, satu orang di Al-Quds Timur, dan 25 orang akan dikirim ke Gaza atau Mesir.

Warga Palestina mengikuti pengumuman pembebasan itu dengan saksama, dan kabar itu membangkitkan lebih banyak optimisme masyarakat di tengah kekhawatiran yang terjadi dalam beberapa hari terakhir.

Sejauh ini, 21 tawanan, termasuk 16 warga Israel, telah dibebaskan oleh Hamas sejak gencatan senjata dimulai pada tanggal 19 Januari.

Setelah pembebasan lebih banyak tawanan, gencatan senjata diperkirakan akan memasuki fase kedua pada tanggal 1 Maret meskipun masih belum jelas bagaimana kelanjutannya.

Selama fase tersebut, pembebasan tentara Israel diharapkan terjadi meskipun rinciannya belum dinegosiasikan.

Awal minggu ini, Hamas, yang mempersoalkan pelanggaran Israel terhadap ketentuan gencatan senjata, dan mengancam akan menunda pembebasan tawanan berikutnya. Hamas mengatakan Israel antara lain tidak memenuhi kewajibannya mengizinkan pengiriman tenda dan tempat berlindung ke Gaza.

Israel, dengan dukungan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, mengancam akan melanjutkan perang jika tawanan tidak dibebaskan seperti yang disepakati, tapi tidak mengomentari apa yang dipersoalkan oleh Hamas.

Hamas mengaku telah mengadakan pembicaraan di Kairo dengan pejabat Mesir dan telah menghubungi perdana menteri Qatar untuk mendatangkan lebih banyak tempat penampungan, pasokan medis, bahan bakar, dan peralatan berat guna membersihkan puing-puing dalam jumlah besar di Gaza, yang menjadi tuntutan utamanya dalam beberapa hari terakhir. Dalam sebuah pernyataan, Hamas mengatakan bahwa para mediator telah berjanji untuk “menghilangkan semua rintangan”. (aljazeera)