Jakarta, ICMES. Angkatan Bersenjata Yaman kubu Ansarullah pada Jumat malam (11/4) mengumumkan bahwa AS melancarkan serangan dengan target Provinsi Hudaydah di Yaman barat.

Pembicaraan tidak langsung antara Iran dan AS pada hari Sabtu (12/4) di Muscat, dengan mediasi Menteri Luar Negeri Oman, akan dilakukan dengan pertukaran teks tertulis.
Kantor Kejaksaan Umum Paris mengumumkan persetujuannya atas pengaduan terhadap presiden transisi Suriah, Ahmad al-Sharaa alias Abu Muhammad al-Julani, dan sejumlah menterinya atas tuduhan melakukan genosida, pembersihan etnis, dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Berita selengkapnya:
AS Serang Yaman setelah Yaman Serang Kapal Induk AS dan Palestina Pendudukan
Angkatan Bersenjata Yaman kubu Ansarullah pada Jumat malam (11/4) mengumumkan bahwa AS melancarkan serangan dengan target Provinsi Hudaydah di Yaman barat.
Saluran Al Masirah milik Ansarullah dalam rilis berita singkat menyebutkan bahwa agresi AS menyasar distrik Bara’a di Kegubernuran Hudaydah dengan dua serangan udara, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Pada Jumat pagi, pesawat AS melancarkan serangkaian serangan terpisah terhadap wilayah permukiman dan pertanian di ibu kota Yaman, Sanaa.
TV Al Masirah melaporkan bahwa pesawat AS menggempur distrik Bani Hashish, timur Sanaa, dengan lima serangan udara berturut-turut, yang menyebabkan kerusakan material yang signifikan pada properti publik dan pribadi.
Angkatan Bersenjata Yaman kubu Ansarullah pada Jumat malam juga mengumumkan bahwa mereka telah melakukan operasi militer dengan menggunakan dua pesawat nirawak (drone) terhadap dua target militer Israel di Tel Aviv.
Juru bicara Angkatan Bersenjata Yaman, Brigjen Yahya Saree, dalam sebuah pernyataan video mengatakan, “Angkatan Udara melakukan operasi militer kualitatif terhadap dua target musuh Israel di Jaffa yang diduduki (Tel Aviv) menggunakan dua pesawat tak nirawak Yafa.”
Sebelumnya pada hari Jumat, dia mengumumkan bahwa pasukan Yaman telah menargetkan kapal induk AS Harry S. Truman dengan beberapa rudal dan drone di Laut Merah utara dalam beberapa jam terakhir.
Yahya Saree dalam sebuah pernyataan video mengatakan “Pasukan rudal, angkatan udara, dan angkatan laut terus menargetkan kapal-kapal angkatan laut musuh di Laut Merah utara.”
Sejak 15 Maret hingga Kamis (11/4), terjadi ratusan serangan udara AS di Yaman, yang mengakibatkan kematian 118 warga sipil dan cederanya 222 lainnya, sebagian besar adalah anak-anak dan wanita, menurut data Ansarullah.
Serangan AS tersebut dilakukan setelah Presiden AS Donald Trump memerintahkan militer negaranya untuk melancarkan “serangan besar” terhadap Yaman, sebelum mengancam akan “memusnahkan” Ansarullah sepenuhnya.
Namun, Ansarullah mengabaikan ancaman Trump dan melanjutkan pengeboman lokasi-lokasi di dalam Israel dan kapal-kapal yang menuju ke negara itu di Laut Merah, sebagai tanggapan atas dimulainya kembali perang pemusnahan oleh Tel Aviv terhadap warga Palestina di Jalur Gaza sejak 18 Maret.
Sejak 7 Oktober 2023, Israel, dengan dukungan penuh AS, telah melakukan kejahatan genosida di Gaza, yang menyebabkan lebih dari 166.000 warga Palestina gugur dan terluka, yang sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dan wanita, dan lebih dari 11.000 orang hilang. (raialyoum)
Perundingan Tidak Langsung antara Iran dan AS akan Dimulai, Begini Caranya
Pembicaraan tidak langsung antara Iran dan AS pada hari Sabtu (12/4) di Muscat, dengan mediasi Menteri Luar Negeri Oman, akan dilakukan dengan pertukaran teks tertulis.
Delegasi Iran dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi, sementara delegasi AS di pimpin oleh Utusan Khusus Presiden AS Donald Trump untuk Timur Tengah, Steve Whittaker.
Negosiasi ini disebut oleh Jubir Kemenlu Iran Esmail Baghai sebagai tawaran menguntungkan dari Iran. Perwakilan AS menerima persyaratan Iran berupa tidak langsungnya pembicaraan, dan dijadikannya Oman sebagai tuan rumah.
Pembicaraan ini dijadwalkan akan dimulai pada Sabtu sore di Muscat dan dimediasi oleh Menteri Luar Negeri Oman Badr Al-Busaid, dan dilakukan secara tidak langsung melalui pertukaran teks tertulis.
Dengan menerima perundingan tidak langsung dengan AS, Iran memberikan kesempatan diplomasi ini dengan tujuan memverifikasi maksud pihak AS, dan seperti dikatakan Araqchi sebelumnya, pertemuan ini merupakan kesempatan sekaligus ujian.
Model negosiasi tidak langsung di Oman pada hari Sabtu belum pernah terjadi sebelumnya, dan telah digunakan sebelumnya oleh AS pada beberapa masalah, yang contoh terbarunya adalah masalah Ukraina.
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi sebelumnya di Washington Post menulis: “Melakukan negosiasi tidak langsung bukanlah taktik atau cerminan kecenderungan ideologis, melainkan pilihan strategis yang dibuat berdasarkan pengalaman. Kami menghadapi tembok besar ketidakpercayaan dan memiliki keraguan serius tentang ketulusan niat.”
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmail Baghai pada hari Jumat menyatakan; “Dengan itikad baik dan kewaspadaan penuh, kami memberikan kesempatan nyata bagi diplomasi. Amerika seharusnya menghargai keputusan ini, yang dibuat meskipun mereka melontarkan retorika permusuhan. Kami berencana untuk menilai niat dan keseriusan pihak lain pada hari Sabtu dan menyesuaikan langkah kami selanjutnya.” (fna)
Al-Julani di Pengadilan Prancis Didakwa Melakukan Genosida terhadap Warga Alawi di Suriah
Kantor Kejaksaan Umum Paris mengumumkan persetujuannya atas pengaduan terhadap presiden transisi Suriah, Ahmad al-Sharaa alias Abu Muhammad al-Julani, dan sejumlah menterinya atas tuduhan melakukan genosida, pembersihan etnis, dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Pengaduan tersebut diajukan oleh Kolektif Alawi Prancis (CFA). Mereka menuduh Sharaa dan sejumlah menterinya melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan terhadap warga minoritas Alawi di Suriah, terkait dengan pembantaian yang terjadi antara Desember 2024 dan Maret 2025.
CFA juga mengadukan Menteri Pertahanan Muhraf Abu Qasra, Menteri Luar Negeri Asaad Al-Shaibani, Menteri Dalam Negeri Anas Khattab, dan Komandan Divisi Militer ke-25 Mohammed Al-Jassem.
Pernyataan yang dikeluarkan oleh CFA menyebutkan bahwa serangan yang dilancarkan oleh unit-unit dari Tentara Suriah Baru (Divisi 25), Keamanan Umum, dan milisi pro-pemerintah telah dengan sengaja menyerang warga sipil Alawi dan beberapa keluarga Kristen dan Sunni yang berusaha melindungi mereka.
Korban menjadi sasaran tembakan langsung, disengaja, dan direncanakan sebelumnya. Kasus-kasus pembantaian warga sipil, termasuk anak-anak, juga telah didokumentasikan, bersama dengan mutilasi mayat.
Pernyataan itu juga menyebutkan; “Serangan tersebut mengakibatkan kematian ribuan warga sipil, termasuk anak-anak, wanita, dan orang tua, yang sebagian besar merupakan anggota sekte Alawi, berdasarkan arahan yang dikeluarkan oleh Sharaa, yang secara eksplisit menyatakan keadaan mobilisasi umum terhadap warga Alawi dan dengan sengaja menahan diri untuk tidak mengeluarkan perintah apa pun untuk menghentikan pembantaian, meskipun sepenuhnya menyadari skala dan sifat brutalnya.”
Pernyataan itu menambahkan bahwa meskipun mendokumentasikan jumlah lengkap korban sulit dilakukan, mengingat keberadaan kuburan massal dan sejumlah besar orang hilang, perkiraan menunjukkan bahwa lebih dari 30.000 warga sipil telah mengungsi ke hutan sekitar dan Lebanon. Ribuan warga sipil saat ini berlindung di pangkalan militer Hmeimim, tempat pasukan Rusia ditempatkan. Jumlah mereka diperkirakan lebih dari 10.000.
Dakwaan ini merupakan tindakan hukum pertama semacam itu di Prancis terhadap hukum al-Sharaa. Hal ini bertepatan dengan protes yang diselenggarakan oleh kelompok Alawi Prancis di depan Istana Keadilan di Paris pada hari Sabtu (12/4) untuk berduka atas para korban serangan yang menargetkan kota-kota di pesisir Suriah.
Amnesty International sebelumnya menyatakan bahwa peristiwa di pesisir Suriah merupakan “kejahatan perang,” dan meminta pertanggungjawaban otoritas Damaskus atas kerusuhan berdarah yang melanda wilayah tersebut. (raialyoum)