Jakarta, ICMES. Surat kabar AS Washington Free Beacon melaporkan bahwa para pembuat keputusan di Israel berencana melanjutkan perang di Jalur Gaza dalam waktu empat hingga enam minggu dengan kekuatan besar, dengan pengiriman puluhan ribu tentara untuk menduduki Jalur Gaza dalam serangan terkoordinasi terhadap Hamas.

Tentara Israel mengumumkan pihaknya telah membunuh petinggi Hizbullah Muhammad Mahdi Ali Shahin dalam serangan di wilayah Hermel di Lebanon timur pada hari Kamis.
Para pemimpin Afrika Selatan (Afsel), Malaysia, dan Kolombia telah menegaskan kembali tekad mereka untuk mencegah kapal-kapal pembawa senjata Israel menggunakan pelabuhan mereka.
Berita selengkapnya:
Israel Dilaporkan Bersiap Melancarkan Serangan Besar dan Menduduki Gaza lagi
Surat kabar AS Washington Free Beacon melaporkan bahwa para pembuat keputusan di Israel berencana melanjutkan perang di Jalur Gaza dalam waktu empat hingga enam minggu dengan kekuatan besar, dengan pengiriman puluhan ribu tentara untuk menduduki Jalur Gaza dalam serangan terkoordinasi terhadap Hamas.
Menurut sejumlah sumber tingkat tinggi di Israel, Kepala Staf baru, Eyal Zamir, telah mulai mengembangkan rencana militer komprehensif berdasarkan instruksi dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yisrael Katz.
Berdasarkan rencana tersebut, Israel akan mengirim lebih dari 50.000 tentara ke Gaza, jumlah terbesar sejauh ini dalam perang Gaza, dan memindahkan warga sipil ke zona penyangga kemanusiaan sebelum melancarkan serangan darat skala penuh terhadap militan.
Serangan itu diperkirakan terjadi di seluruh sektor secara serempak.
Dikutip surat kabar tersebut, Mayjen (purn.) Amir Avivi mengatakanm “Israel akan menggunakan segala cara yang dimilikinya untuk menduduki Gaza dan menghancurkan Hamas.”
Rencana itu mencakup dimulainya serangan dengan mengintensifkan serangan udara dan mengurangi bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
Menurut laporan tersebut, Zamir diperkirakan akan menyampaikan rencananya kepada Netanyahu dan Katz segera setelah menjabat Kamis depan, dan Israel diperkirakan dapat menyelesaikan misi tersebut dalam waktu enam bulan atau kurang.
Washington Free Beacon melaporkan bahwa keputusan untuk melaksanakan serangan besar itu muncul setelah penggantian pejabat keamanan senior yang menentang keterlibatan lebih dalam di Gaza, termasuk mantan Menteri Pertahanan Yoav Galant dan Kepala Staf yang akan lengser, Herzi Halevi.
“Ada diskusi di balik layar dengan Zamir, dan hasilnya jauh lebih produktif. Kami berharap Zamir akan mengambil alih kepemimpinan militer dan mewujudkan rencananya,” kata sumber pemerintah Israel.
Dalam sebuah upacara penghormatan bagi lulusan kursus perwira pada hari Minggu, Netanyahu mengisyaratkan rencana tersebut, dengan mengatakan: “Kami siap untuk kembali terlibat dalam pertempuran intensif kapan saja. Rencana operasi sudah siap.”
Senada dengan ini, Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich yang dikenal sebagai ekstremis dalam sebuah konferensi di Al-Quds mengatakan, “Kami tengah mempersiapkan diri, memperkuat kemampuan kami, dan ketika kami siap, kami akan kembali membuka gerbang neraka bagi Hamas.” (raialyoum)
Israel Mengaku Baru Membunuh Seorang Petinggi Hizbullah
Tentara Israel pada hari Jumat (28/2) mengumumkan pihaknya telah membunuh petinggi Hizbullah Muhammad Mahdi Ali Shahin dalam serangan di wilayah Hermel di Lebanon timur pada hari Kamis.
“Kemarin (Kamis), sebuah pesawat angkatan udara menyerang wilayah Hermel di bawah arahan Badan Intelijen Militer, dan menewaskan Muhammad Mahdi Ali Shahin,” ujar militer Israel.
Militer Israel mengklaim bahwa Shahin “mengawasi kesepakatan pembelian peralatan tempur di perbatasan Suriah-Lebanon sejak kesepakatan antara Israel dan Lebanon mulai berlaku,” mengacu pada perjanjian gencatan senjata yang dilanggar Tel Aviv dari waktu ke waktu.
“Shaheen adalah salah satu aktivis paling menonjol yang tergabung dalam unit geografis yang bertanggung jawab atas wilayah Bekaa Lebanon di Hezbollah, dan yang belakangan ini bersemangat untuk mentransfer peralatan tempur dari Suriah ke Lebanon,” lanjutnya.
Tentara Israel juga menyatakan, “Shahin mengemban tanggung jawab untuk melaksanakan kesepakatan pembelian peralatan tempur bagi Hizbullah dan mengoordinasikan kedatangan pengiriman dengan pendistribusiannya ke berbagai unit dengan cara yang mendukung proses pembangunan kembali kemampuan Hizbullah.”
Pernyataan itu menyebutkan dugaan aktivitas Shahin dengan “berbagai pedagang atau penyelundup yang tersebar di perbatasan Suriah-Lebanon dan bekerja sama dengan organisasi Hizbullah.”
Hizbullah dan pemerintah Lebanon tidak segera mengomentari pernyataan tersebut.
Serangan terhadap Hermel terjadi sebagai bagian dari pelanggaran Israel terhadap perjanjian gencatan senjata yang mulai berlaku pada 27 November 2024.
Pada hari Kamis, Kantor Berita resmi Lebanon mengonfirmasi bahwa “serangan terhadap Hermel mengakibatkan gugurnya dua orang,” tanpa rincian lebih lanjut.
Meskipun batas waktu perpanjangan telah berakhir, Israel terus menunda-nunda dengan mempertahankan kehadirannya di lima bukit di dalam wilayah Lebanon di sepanjang Garis Biru (garis yang menentukan penarikan Israel dari Lebanon pada tahun 2000), tanpa mengumumkan tanggal resmi penarikannya dari bukit-bukit tersebut hingga saat ini.
Agresi Israel terhadap Lebanon dimulai pada 8 Oktober 2023, dan berubah menjadi perang skala penuh pada 23 September, yang mengakibatkan 4.114 orang gugur dan 16.903 orang terluka, termasuk sejumlah besar anak-anak dan wanita, selain menyebabkan sekitar 1.400.000 orang mengungsi. (mm/raialyoum)
Afsel, Malaysia dan Kolombia akan Memblokir Kapal Pembawa Senjata untuk Israel
Para pemimpin Afrika Selatan (Afsel), Malaysia, dan Kolombia telah menegaskan kembali tekad mereka untuk mencegah kapal-kapal pembawa senjata Israel menggunakan pelabuhan mereka.
“Kami akan mencegah kapal-kapal yang membawa perlengkapan militer ke Israel menggunakan pelabuhan kami; dan kami akan mencegah semua transfer senjata yang berisiko memungkinkan pelanggaran lebih lanjut terhadap hukum humaniter,” tulis Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, dan Presiden Kolombia Gustavo Petro dalam sebuah artikel bersama yang diterbitkan oleh majalah Foreign Policy minggu ini.
Sembari menyebutkan bahwa perang Israel di Gaza telah mengungkap kegagalan sistem internasional, mereka menyerukan diakhirinya impunitas atas pelanggaran hukum internasional oleh Israel.
“Pilihannya jelas: Kita bertindak bersama untuk menegakkan hukum internasional atau kita mengambil risiko keruntuhannya,” ungkap esai tersebut.
Mereka mengingatkan bahwa Israel telah “secara sistematis” melanggar hukum internasional di Gaza, dengan bantuan kekuatan dunia yang memberinya dukungan diplomatik, militer, dan politik.
Mereka menegaskan bahwa “keterlibatan” ini telah memberikan pukulan yang “menghancurkan” bagi integritas Piagam PBB dan prinsip-prinsip fundamentalnya tentang hak asasi manusia, kesetaraan kedaulatan, dan larangan genosida.
“Sebuah sistem yang mengizinkan pembunuhan sekitar 61.000 orang tidak hanya akan gagal, melainkan telah gagal,” ungkap mereka
Malaysia dan Kolombia termasuk di antara negara-negara yang mendukung aksi Afsel memperkarakan genosida Israel di Mahkamah Internasional (ICJ).
Afsel menuduh Israel melakukan genosida dalam kasus yang belum pernah terjadi sebelumnya di pengadilan tinggi PBB tersebut pada bulan Desember 2023.
Afsel menengara Tel Aviv “berniat menghancurkan warga Palestina di Gaza” dan menyerukan pengadilan untuk memerintahkan penghentian kampanye genosida Israel di Jalur Gaza. Sementara putusan akhir masih tertunda, pengadilan memutuskan tahun lalu bahwa “ada risiko yang masuk akal akan terjadinya genosida di Gaza dan berlanjutnya kerugian serius terhadap warga sipil sejak saat itu.” (presstv)