Rangkuman Berita Utama Sabtu 1 Februari 2025

Jakarta, ICMES. Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi melontarkan peringatan keras ihwal konsekuensi serangan yang berpotensi dilakukan Rezim Zionis Israel dan Amerika Serikat (AS) terhadap situs nuklir Iran.

Presiden Iran menegaskan bahwa sebagian besar permasalahan yang dihadapi dunia Islam saat ini adalah akibat keterjauhan dari ajaran Islam  sehingga terjadi perpecahan dan pertikaian, serta membuka jalan bagi kemunculan musuh kemanusiaan.

Pengamat militer Israel Yossi Yehoshua menilai Israel tidak memiliki pengaruh atas Hamas, yang justru memegang kendali penuh atas Jalur Gaza.

Berita selengkapnya:

Araghchi: Serangan terhadap Situs Nuklir Iran akan Picu Perang Besar

Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi melontarkan peringatan keras ihwal konsekuensi serangan yang berpotensi dilakukan Rezim Zionis Israel dan Amerika Serikat (AS) terhadap situs nuklir Iran.

“Asumsi saya ialah bahwa dalam masalah ini (kemungkinan serangan terhadap fasilitas nuklir Republik Islam), kita akan memasuki perang yang meluas di kawasan itu, sebuah bencana yang tidak diinginkan oleh siapa pun, baik di kawasan maupun di luar kawasan,” tutur Araghchi kepada jaringan televisi Al Jazeera dalam kunjungan singkatnya ke Qatar Jumat (31/1).

“Saya ragu bahwa Amerika akan membuat kesalahan perhitungan yang begitu besar. Tidak seperti sebelumnya, jika fasilitas nuklir Iran diserang, reaksi Iran akan segera dan tegas,” sambungnya.

Iran sejauh ini telah dua kali membalas agresi Israel terhadap wilayah Iran. Balasan itu dilancarkan dengan melesatkan dengan ratusan rudal balistik dan jelajah dalam serangan bersandi Operasi True Promise I dan II terhadap target-target vital dan strategis Israel di wilayah pendudukan Palestina.

Namun, Iran membutuhkan waktu sebelum melakukan pembalasan, tampaknya dengan mempertimbangkan berbagai kondisi domestik dan regional.

“Amerika dan Israel tahu target apa yang dapat kami tuju,” kata Araghchi mengenai berbagai aspek respon Iran terhadap potensi agresi terhadap fasilitas nuklirnya.

Dia juga menegaskan kembali bahwa “Iran pasti akan mampu menanggapi” agresi demikian, dan sangat menyarankan AS agar tidak membuat “salah satu kesalahan historis terbesar” dengan berkontribusi pada serangan demikian.

Menteri Luar Negeri Iran enggan berspekulasi apakah agresi demikian dapat menyebabkan banyak kerusakan pada situs nuklir Iran.

Dia hanya menyebutkan bahwa kekuatan dan kemampuan nuklir Iran terletak “dalam pikiran dan pemikiran para ilmuwan Iran.”

“Kemampuan dan program ini tidak akan dihancurkan oleh pemboman atau serangan udara,” ungkapnya.

Selain itu, lanjutnya, fasilitas nuklir Iran tidak terletak di satu atau dua lokasi, melainkan tersebar di banyak lokasi dan dijaga oleh pertahanan udara yang sangat baik dan kuat.

“Fasilitas-fasilitas ini berada di tempat-tempat yang sangat sulit, bahkan mustahil, untuk diakses bahkan dengan serangan udara,” terangnya.

Kemudian, dia juga menyebutkan kepastian akan adanya reaksi “segera dan tegas” Iran terhadap serangan. (presstv/aljazeera)

Presiden Iran: Perlawanan terhadap Kezaliman Tak Dapat Dihancurkan dengan Senjata

Presiden Iran menegaskan bahwa sebagian besar permasalahan yang dihadapi dunia Islam saat ini adalah akibat keterjauhan dari ajaran Islam  sehingga terjadi perpecahan dan pertikaian, serta membuka jalan bagi kemunculan musuh kemanusiaan.

Dalam kata sambutannya pada upacara penutupan Kompetisi Al-Qur’an Internasional ke-41 di Mashhad, Iran, Masoud Pezeshkian mengatakan bahwa Al-Qur’an al-Karim memandang umat Islam sebagai satu umat, dan menyeru mereka berpegang teguh pada tali ilahi, bersatu pada satu poros, dan mencegah segala bentuk perpecahan.

 “Tidak diragukan lagi bahwa sebagian besar permasalahan dunia Islam saat ini adalah karena keterjauhan dari ajaran ini, sehingga yang terjadi tak lain adalah perpecahan dan perselisihan, serta terbukanya jalan bagi munculnya musuh-musuh kemanusiaan,” ujarnya.

Dia juga menyebutkan bahwa salah satu realitas penting di kawasan Timur Tengah dan bahkan dunia dewasa ini ialah adanya perlawanan yang memancar dari ajaran Islam terhadap kezaliman serta adanya bantuan terhadap kaum tertindas.

“Pengalaman membuktikan bahwa gerakan hakiki ini tak dapat dihancurkan dengan senjata apapun. Sebaliknya, gerakan ini akan menjadi fleksibul dan mengakar dari hari ke hari,” terangnya.

Menurutnya, imperialisme global  menggunakan berbagai media untuk menebar Islamfobia dengan mengesankan Islam dan Al-Quran sebagai bahaya bagi kemanusiaan.

Presiden Pezeshkian menilai tujuan utama gerakan ini adalah menjarah sumber daya alam dan manusia umat Islam. Namun, dia juga menegaskan bahwa rencana-rencana musuh itu akan gagal berkat pertolongan Allah dan jerih payah para penelaah dan pengamal Al-Qur’an. (alalam)

Pakar Israel: Hamas Kuasai Gaza Secara Penuh, Israel Tak Punya Pengaruh

Pengamat militer Israel Yossi Yehoshua menilai Israel tidak memiliki pengaruh atas Hamas, yang justru memegang kendali penuh atas Jalur Gaza.

“Hamas sebenarnya mengendalikan Jalur Gaza sepenuhnya, baik dengan kekerasan atau cara lain, dan kita  tidak memiliki pengaruh apa pun atasnya,” ungkap Yehoshua kepada saluran i24 News Israel, Jumat (31/1).

“Hamas mengendalikan Gaza, dan merekalah yang menentukan ada atau tidaknya pelanggaran di pihak Israel selama proses penyerahan sandera yang ditawannya dari Jalur Gaza,” lanjutnya.

Pakar Israel ini mengesampingkan gagasan pemindahan sukarela warga Palestina dari Jalur Gaza, dan menyoal berapa banyak orang Palestina di Jalur Gaza yang akan menerima pemindahan ini.

Sabtu lalu, Presiden AS Donald Trump kepada wartawan melontarkan gagasan pemindahan warga Palestina di Jalur Gaza ke negara-negara tetangga seperti Mesir dan Yordania, dengan dalih “kurangnya tempat tinggal di Jalur Gaza” akibat dari vandalisme dan genosida Israel yang berlangsung selama lebih dari 15 bulan dengan dukungan AS.

Jumat kemarin, Trump kembali melontarkan gagasan itu dengan mengklaim bahwa Yordania dan Mesir akan menerima penduduk Gaza.

“Yordania dan Mesir akan menerima penduduk dari Gaza,” katanya kepada wartawan di Ruang Oval Gedung Putih pada hari Jumat, menurut Reuters. Padahal, kedua negara Arab itu sudah menyatakan keberatan mereka.

Jumat kemarin, sejumlah warga Mesir berkonsentrasi menggelar unjuk rasa protes di pintu perbatasan Rafah. Mereka mengecam desakan Trump agar warga Palestina dikeluarkan dari Gaza dan dikirim ke Mesir dan Yordania.  (raialyoum/aljazeera)