Rangkuman Berita Utama  Rabu April 2025

Jakarta, ICMES. Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) akhirnya mengakui bahwa jet tempurnya dari jenis F/A-18E Super Hornet, terjatuh dari kapal induk USS Harry S. Truman akibat serangan Angkatan Bersenjata Yaman.

Gerakan Ansarullah Yaman mengeluarkan peringatan keras kepada Amerika Serikat (AS) dan sekutu Baratnya, dengan menegaskan bahwa lebih dari delapan juta pejuang Yaman siap bertempur, dan bahwa pembalasan mereka dapat meningkat jika agresi Yaman berkelanjutan.

Gubernur Provinsi Hormozgan, yang berkantor pusat di kota Bandar Abbas, Mohammad Ashouri, mengatakan bahwa insiden Pelabuhan Shahid Rajaee disebabkan oleh pelanggaran deklarasi barang serta kelalaian dan kecerobohan dalam penyimpanannya.

Berita selengkapnya:

AS Mengakui Jet F-18 Jatuh ke Laut Akibat Serangan Yaman, Ini Komentar Ansarullah

Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) akhirnya mengakui bahwa jet tempurnya dari jenis F/A-18E Super Hornet, terjatuh dari kapal induk USS Harry S. Truman akibat serangan Angkatan Bersenjata Yaman.

Angkatan Laut AS dalam sebuah pernyataan pada hari Senin (28/4) menyatakan bahwa jet tempur canggih senilai lebih dari Rp. 1,1 triliun itu terhempas ke Laut Merah ketika ditarik ke atas kapal yang sedang berbelok tajam untuk menghindari serangan pasukan Yaman di Laut Merah.

“Sedang ditarik di hanggar ketika kru yang bergerak kehilangan kendali atas pesawat tersebut,” ungkap Angkatan Laut AS.

Dia menambahkan bahwa seorang pelaut mengalami cedera ringan, tetapi kelompok penyerang dari kapal induk dan sayap udaranya tetap “sepenuhnya mampu menjalankan misi.”

Seorang pejabat anonim AS kepada The Washington Post juga mengonfirmasi hilangnya jet tempur tersebut.

Gerakan Ansarullah di Yaman pada hari Selasa (29/4) mengatakan bahwa kapal induk AS Truman kemungkinan besar terkena serangan “langsung” dan memperkirakan kapal tersebut akan meninggalkan Laut Merah “segera.”

Kantor Berita Yaman Saba melaporkan bahwa “kapal induk AS Truman dan pasukan pengiringnya akan segera meninggalkan Laut Merah, setelah gagal mencapai tujuan agresinya terhadap Yaman.”

Sumber anonim Yaman yang dikutip kantor berita Saba mengatakan, “Kami tidak mengesampingkan kemungkinan serangan langsung terhadap kapal induk AS dalam operasi terkini Angkatan Bersenjata Yaman, dan kami memperkirakan kapal tersebut akan meninggalkan wilayah operasi kapan saja.”

Dia menambahan,”Operasi belakangan ini terhadap USS Harry Truman memaksanya mundur sebagai akibat dari tekanan terus-menerus dari rudal dan pesawat nirawak Yaman. Serangan terhadap kapal induk itu berlangsung selama berjam-jam dengan taktik baru dan menggunakan rudal balistik dan jelajah serta pesawat nirawak.”

Dia juga menjelaskan, “Kami memiliki informasi tentang kedatangan unit pengawal kapal induk AS di Terusan Suez dalam perjalanan keluar dari Laut Merah setelah agresi terhadap Yaman gagal menghentikannya mendukung rakyat Palestina.”

Peristiwa itu terjadi setelah gerakan Ansarullah Yaman mengatakan serangan rudal AS di pusat penahanan provinsi Saada, Yaman, menewaskan hampir 70 migran Afrika dan melukai puluhan lainnya.

AS sendiri mengaku telah menyerang lebih dari 800 target di Yaman sejak pertengahan Maret dalam apa yang disebut Operasi Rough Rider, yang diinstruksikan oleh Presiden Donald Trump untuk memberikan “kekuatan mematikan yang luar biasa”. (alalam/raialyoum)

Yaman Nyatakan 8 Juta Pejuangnya Siap Bertempur Melawan AS dan Barat

Gerakan Ansarullah Yaman mengeluarkan peringatan keras kepada Amerika Serikat (AS) dan sekutu Baratnya, dengan menegaskan bahwa lebih dari delapan juta pejuang Yaman siap bertempur, dan bahwa pembalasan mereka dapat meningkat jika agresi Yaman berkelanjutan.

Peringatan itu disampaikan oleh Mohammad al-Bukhaiti, anggota senior Biro Politik Ansarullah Yaman, melalui akun resminya di X, Selasa (29/4).

“Kami menyarankan AS dan Barat untuk mengakhiri agresi mereka dan mencabut blokade Gaza, atau perang kami melawan mereka akan meningkat dan meluas,” tulisnya.

Komentar tersebut mengemuka di tengah serangan udara AS dan Inggris yang sedang berlangsung yang menargetkan Yaman.

Serangan AS lebih diintensifkan sejak bulan lalu, di bawah apa yang disebut Operasi Rough Rider, yang telah disahkan oleh Presiden Donald Trump. Kampanye ini bertujuan untuk menghentikan serangan pasukan Yaman terhadap kapal-kapal Israel dan yang terkait dengannya di jalur pelayaran Laut Merah serta target-target di kedalaman wilayah Palestina pendudukan.

Angkatan Bersenjata Yaman telah melancarkan serangan sejak Oktober tahun lalu, ketika rezim Israel mulai menguasai Jalur Gaza dalam perang genosida serta semakin memperketat blokade yang sudah lama mencekik di wilayah pesisir itu.

Perang genosida itu sejauh ini telah merenggut nyawa hampir 52.000 warga Palestina, yang sebagian besarnya adalah wanita dan anak-anak.

Meskipun AS dan sekutu Baratnya membombardir Yaman, pasukan Yaman tetap melanjutkan operasi pro-Palestina mereka serta melakukan banyak serangan balasan terhadap aset militer AS.

Seperti diketahui, belakangan ini sebuah pesawat tempur Angkatan Laut AS F/A-18E Super Hornet jatuh ke Laut Merah setelah kapal induk AS USS Harry S. Truman berbelok tajam untuk menghindari serangan oleh pasukan Yaman. (presstv)

Pejabat Iran Bantah Spekulasi Adanya Sabotase dalam Ledakan Besar di Pelabuhan Syahid Rajaee

Gubernur Provinsi Hormozgan, yang berkantor pusat di kota Bandar Abbas, Mohammad Ashouri, mengatakan bahwa insiden Pelabuhan Shahid Rajaee disebabkan oleh pelanggaran deklarasi barang serta kelalaian dan kecerobohan dalam penyimpanannya.

Dalam wawancara televisi pada Senin malam (28/4) dia menyebutkan angka terbaru korban hilang.

“Ada sekitar 22 orang hilang, dan jenazah 22 lainnya tidak dapat diidentifikasi. Beberapa yang terluka diangkut dengan pesawat militer ke Rumah Sakit Shiraz. Kami tidak berbasa-basi dalam menyatakan fakta-fakta insiden ini,” ujarnya.

Dia juga menjelaskan, “Beberapa temuan awal telah dicapai terkait kemungkinan kelalaian dalam hal ini, dan kami tengah menyelidiki secara serius semua aspek insiden ini. Kami tidak akan berkompromi; siapa pun yang lalai dalam hal ini akan dimintai pertanggungjawaban secara hukum.”

Dia menambahkan, “Dengan meninjau berbagai klip video insiden Pelabuhan Shahid Rajaee, kami melihat adanya proses pemindahan kargo saat insiden berlangsung, yang kemudian menimbulkan asap, dan lalu terjadi ledakan. Kerusakan mungkin akan berkurang jika peralatan lengkap tersedia di lokasi kecelakaan.”

Ashouri lantas menegaskan,”Sebagian dari insiden Pelabuhan Shahid Rajaee merupakan akibat dari pelanggaran deklarasi barang, dan sebagian lainnya terkait dengan kelalaian dan kecerobohan. Spekulasi adanya sabotase dalam insiden Pelabuhan Shahid Rajaee tidak berdasar.”

Menurutnya, lebih dari 100 mobil pemadam kebakaran, 500 petugas pemadam kebakaran, dan personel lapangan memberikan bantuan yang signifikan, bekerja sama untuk memadamkan dan mengendalikan api. Dia berterima kasih kepada semua tim dan lembaga bantuan yang berupaya mencapai lokasi kecelakaan dari provinsi tetangga. (alalam)