Jakarta, ICMES. Kelompok pejuang Hizbullah Lebanon menyatakan Amerika Serikat (AS) terlibat langsung dalam agresi terhadap Lebanon dan pembunuhan mantan Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah, dan menekankan bahwa Washington telah meningkatkan operasi intelijen terhadap Hizbullah sepuluh kali lipat selama 25 tahun terakhir.

Otoritas Israel dilaporkan telah mendakwa seorang insinyur Israel karena ditengarai memulai kontak dengan intelijen Iran, dan menawarkan untuk menjual informasi sensitif, termasuk akses ke pusat penelitian nuklir.
Draf deklarasi pertemuan puncak darurat Arab yang diadakan di Kairo mengadopsi rencana Mesir untuk rekonstruksi Jalur Gaza, dan menyambut baik penyelenggaraan konferensi internasional untuk rekonstruksi itu selama bulan Maret.
Berita selengkapnya:
Hizbullah: AS Terlibat Langsung dalam Pembunuhan Sayid Nasrallah
Kelompok pejuang Hizbullah Lebanon menyatakan Amerika Serikat (AS) terlibat langsung dalam agresi terhadap Lebanon dan pembunuhan mantan Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah, dan menekankan bahwa Washington telah meningkatkan operasi intelijen terhadap Hizbullah sepuluh kali lipat selama 25 tahun terakhir.
Kepala Arsip Sumber Daya dan Perbatasan Hizbullah, Nawaf al-Musawi, mengungkap hal tersebut dalam wawancara dengan jaringan televisi Lebanon al-Mayadeen pada hari Senin (2/3).
Dia memastikan AS memiliki peran dalam keputusan dan pelaksanaan pembunuhan Sayid Nasrallah, yang gugur dalam serangan rudal Israel di Beirut pada tanggal 27 September 2024.
Al-Musawi menyebutkan bahwa jenis rudal yang digunakan untuk menyerang markas besar Nasrallah di lingkungan Dahiyeh, Beirut, “bukan bagian dari persenjataan Israel, dan dibawa secara khusus untuk serangan yang ditargetkan ini.”
Dia menambahkan bahwa operasi intelijen AS terhadap Hizbullah sejak tahun 2000 telah meningkat sepuluh kali lipat dibandingkan dengan operasi Israel, dan menekankan adanya program intelijen AS untuk “melayani kepentingan Israel.”
Menurutnya, Hizbullah telah “mengalami pukulan berat” dalam konfrontasinya dengan rezim Tel Aviv, namun dia memastikan gerakan tersebut “belum berakhir, begitu pula dengan front perlawanan.”
Dia juga menilai kubu perlawanan telah menimbulkan kerugian signifikan pada rezim pendudukan Israel “pada puncak perang” dan mencetak prestasi selama itu. Dia menyebutkan contoh, operasi Caesarea, di mana pesawat nirawak Hizbullah mencapai kediaman Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Al-Musawi menyatakan Israel mengklaim telah mencapai “keberhasilan,” namun, menurutnya, tidak ada bukti atas apa yang disebut Israel sebagai pencapaiannya terhadap Hizbullah.
Dia juga mengatakan bahwa Hizbullah saat ini sedang melakukan penyelidikan internal terhadap semua peristiwa keamanan dan militer yang terjadi selama perang terbaru Israel di Lebanon.
Sejak dimulainya eskalasi pada Oktober 2023, sekitar 4.000 warga Lebanon, yang sebagian besarnya warga sipil, gugur, dan lebih dari satu juta orang mengungsi.
Eskalasi Israel tersebut juga menyebabkan gugurnya sejumlah petinggi Hizbullah, termasuk Sayid Nasrallah, dan Sayid Hashem Safieddine, yang pernah menjadi kepala Dewan Eksekutif Hizbullah, serta para komandan dan pejuang. (presstv)
Israel Ciduk Teknisinya karena Tawarkan Informasi Reaktor Nuklir Dimona kepada Iran
Otoritas Israel dilaporkan telah mendakwa seorang insinyur Israel karena ditengarai memulai kontak dengan intelijen Iran, dan menawarkan untuk menjual informasi sensitif, termasuk akses ke pusat penelitian nuklir.
Doron Bokobza, 29 tahun, seorang penduduk kota Be’er Sheva di wilayah pendudukan selatan dan seorang insinyur di Haifa Chemicals South, dikenai dakwaan pada tanggal 2 Maret 2025 karena menghubungi agen asing dan mentransfer informasi ke Iran.
Para investigator menyatakan Bokobza menjalin kontak dengan elemen intelijen Iran melalui aplikasi pengiriman pesan Telegram selama beberapa bulan.
Sejak Desember 2024 hingga penangkapannya pada Februari, dia diduga melakukan berbagai tugas untuk orang Iran yang menanganinya.
Dia juga mengaku memiliki akses ke pusat penelitian nuklir Negev, dan konon memberikan rincian tentang fasilitas tersebut.
Bokobza didakwa memulai kontak tersebut, dan sepenuhnya menyadari keterlibatannya dengan agen intelijen Iran.
Teknisi Israel tersebut ditangkap pada bulan lalu setelah penyelidikan bersama oleh dinas keamanan internal rezim, Shin Bet, dan polisi.
Bokobza dilaporkan telah mengaku memotret fasilitas “sensitif” dan mengirimkan informasi untuk “biaya”. (presstv)
Arab Gelar Pertemuan Puncak, Begini Isi Draf Deklarasinya
Draf deklarasi pertemuan puncak darurat Arab yang diadakan di Kairo pada hari Selasa (3/3) mengadopsi rencana Mesir untuk rekonstruksi Jalur Gaza, dan menyambut baik penyelenggaraan konferensi internasional untuk rekonstruksi itu selama bulan Maret.
Saluran al-Qahera News melaporkan, “Draf pernyataan akhir dari pertemuan puncak darurat Arab memutuskan untuk mengadopsi rencana Mesir untuk rekonstruksi Gaza, dan menyerukan kepada masyarakat internasional untuk memberikan dukungan cepat bagi rencana Mesir tersebut.”
Draf pernyataan akhir pertemuan puncak itu menyambut baik penyelenggaraan konferensi internasional oleh Kairo untuk rekonstruksi Gaza Maret ini.
Sore nanti, pertemuan puncak darurat Arab mengenai Palestina akan diadakan di Kairo, ibu kota Mesir, untuk membahas rencana pemulihan dan rekonstruksi awal Gaza serta perkembangan terbaru di wilayah tersebut.
Mesir telah mengembangkan rencana Arab yang komprehensif untuk membangun kembali Gaza tanpa mengusir warga Palestina darinya, karena pengusiran akan menghancurkan perjuangan Palestina. Mesir bermaksud menyampaikannya pada pertemuan puncak hari Selasa.
Disebutkan bahwa pelaksanaan rekonstruksi memerlukan pengaturan pemerintahan transisi dan penyediaan keamanan dengan cara yang menjaga prospek solusi dua negara, dan bahwa solusi dua negara adalah solusi terbaik dari sudut pandang masyarakat dan hukum internasional.
Rencana Mesir menekankan,”Jalur Gaza merupakan bagian integral dari wilayah Palestina”, dan “upaya untuk menghilangkan harapan rakyat Palestina untuk mendirikan negara atau perampasan tanah mereka hanya akan menyebabkan lebih banyak konflik dan instabilitas.”
Rencana itu menekankan “pentingnya mempertahankan gencatan senjata di Jalur Gaza.”
Rencana itu juga mencakup pembentukan sebuah komite untuk mengelola Gaza, yang akan mengelola urusan Jalur Gaza untuk masa transisi selama enam bulan, dengan syarat komite tersebut independen dan terdiri dari tokoh-tokoh “teknokrat” non-faksi yang bekerja di bawah naungan pemerintah Palestina.
Rencana itu menekankan bahwa Komite Administrasi Gaza sedang dibentuk di tahap sekarang sebagai persiapan untuk memungkinkannya kembali sepenuhnya ke Jalur Gaza dan mengelola tahap berikutnya dengan keputusan Palestina.
Rencana itu menyebutkan, “Mesir dan Yordania tengah berupaya melatih personel polisi Palestina sebagai persiapan untuk penempatan mereka di Jalur Gaza.” (raialyoum)