Jakarta, ICMES. Pemimpin Besar Iran Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menegaskan Iran tidak akan menghentikan pengayaan uranium, dan pantang menyerah kepada tekanan pihak lawan di semua bidang.

Presiden AS Donald Trump menyampaikan kepada para pemimpin Dunia Islam rencanaAS untuk Jalur Gaza, yang sudah dua tahun menjadi sasaran perang genosida Israel.
Presiden Indonesia Prabowo Subianto menyatakan Indonesia siap menyumbangkan 20.000 pasukan untuk pasukan internasional yang akan dikerahkan di Jalur Gaza menyusul gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Berita selengkapnya:
Ayatullah Khamenei Tegaskan Iran Takkan Mundur dari Pengayaan Uranium
Pemimpin Besar Iran Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menegaskan Iran tidak akan menghentikan pengayaan uranium, dan pantang menyerah kepada tekanan pihak lawan di semua bidang.
Dalam pidato televisi pada Selasa malam (23/9) saat menyatakan sikap tersebut, Ayatullah Khamenei mula-mula mengapresiasi prestasi banyak para pelajar dalam berbagai olimpiade internasional belakangan ini di mana mereka berhasil merebut 40 medali, 10 di antaranya medali emas.
“Semua ini sangat penting dan bernilai. Para pemuda kita meraih peringkat pertama di Olimpiade Astronomi, di antara negara-negara peserta dari berbagai negara dunia. Mereka juga meraih prestasi gemilang di bidang lain, termasuk olahraga, seperti yang bisa Anda lihat akhir-akhir ini. Awalnya voli, dan sekarang gulat. Beginilah kondisi pemuda Iran, dan alhamdulillah, mereka memiliki bakat istimewa,” ujarnya.
Menjelang peringatan tahun pertama kesyahidan mantan sekjen Hizbullah, Sayyid Hassan Nasrallah, Ayatullah Khamenei mengatakan, “Saya merasa perlu mengenangnya pada hari-hari ini. Sayyid Hassan Nasrallah adalah aset berharga bagi dunia Islam, bukan hanya bagi kaum Syiah, atau pun bagi Lebanon saja. Saya tegaskan bahwa kekayaan ini tidak hilang, melainkan tetap ada. Sayyid Hassan memang telah tiada, tetapi warisan yang ditinggalkannya akan tetap abadi.”
Dia menambahkan, “Cerita Hizbullah di Lebanon adalah cerita yang terus berkelanjutan, kekayaan besar yang kembali kepada Lebanon dan lain-lain ini tak boleh diabaikan.”
Mengenai persatuan bangsa Iran, hal pertama yang dia tekankannya ialah bahwa kekompakan mereka selama Perang Dua Belas Hari (Iran VS Israel dan AS) telah “menanamkan rasa frustasi dalam diri musuh, yang menyadari sejak hari-hari pertama dan di tengah-tengah perang bahwa mereka tidak akan mampu mencapai tujuan dan sasaran mereka.”
Pemimpin Besar Iran menjelaskan, “Tujuan musuh bukanlah menyerang para pemimpin, yang hanyalah hanya perantara semata, dengan mengklaim bahwa dengan menyerang para komandan militer dan beberapa tokoh berpengaruh dalam rezim, kekacauan akan menyebar di dalam negeri, terutama di Teheran; elemen mereka akan mulai memicu kerusuhan dan keresahan, dan akan menghasut siapa pun yang mereka bisa untuk turun ke jalan guna menciptakan keretakan antara rakyat dan pemerintahan Republik Islam. Jadi, inilah tujuannya.”
Ayatollah Khamenei menambahkan, “Tujuan musuh adalah menyasar dan melumpuhkan pemerintahan, suatu perkara yang pernah saya sampaikan dalam pidato lainnya. Mereka bahkan menyusun rencana dan pemikiran untuk era pasca-Republik Islam. Mereka berusaha menghasut, memicu kerusuhan di jalanan, membentuk geng, dan mencabut Islam dari negara ini. Inilah tujuan musuh. Tujuan ini gagal sejak awal. Adapun para komandan dan lain-lain yang telah gugur syahid, mereka segera digantikan, dan posisi, organisasi, serta susunan angkatan bersenjata tetap kuat, perkasa, dan bermoral tinggi.”
Ayatullah Khamenei menekankan bahwa rakyat Iran yang notabene elemen paling berpengaruh, sama sekali tidak terpengaruh oleh keinginan musuh. Demonstrasi memang terjadi dan membanjiri jalanan, tapi demi melawan musuh, bukan pemerintahan Islam.
“Ini sudah sampai pada titik di mana musuh, dan mereka yang berada di luar perbatasan, berkata kepada elemen mereka: ‘Hai orang-orang yang tak berdaya, apa sih tidak kami lakukan segala yang bisa kami lakukan untuk kalian?’ Kami telah menyiapkan kondisi untuk kalian, kami telah mengebom, kami telah membunuh sejumlah orang, mengapa kalian tidak melakukan apa pun?’” tuturnya.
Dia melanjutkan bahwa elemen musuh itupun menjawab bahwa mereka sebenarnya ingin berbuat banyak, tapi rakyat Iran tak peduli kepada mereka, berpaling dari mereka, sebagaimana para pejabat dan aparat keamanan juga tak memberi mereka kesempatan untuk berbuat banyak.
“Demikianlah rencana musuh menjadi mandul,” ungkap Ayatullah Khamenei.
Ayatullah Khamenei juga menegaskan bahwa perundingan dengan AS akan sangat merugikan pihak Iran.
“Ada dampak-dampak yang merugikan dalam hal ini, alih-alih bermanfaat. Perundingan dengan AS dalam situasi sekarang menimbulkan berbagai kerugian besar bagi negara, yang sebagiannya boleh dikata fatal. Ada kerugian-kerugian sedemikian rupa,” ujarnya.
Dia menjelaskan alasannya dengan mengatakan, “Perundingan ini tidak akan bermanfaat bagi kita karena pihak AS sejak semula sudah menentukan hasil negosiasi. Yakni, AS menyatakan menerima negosiasi, dan bersedia melakukannya apabila hasil negosiasi itu ialah penghentian aktivitas nuklir dan pengayaan uranium di Iran.” (alalam)
Trump Usulkan Rencana Baru Mengenai Gaza kepada Para Pemimpin Negara-Negara Islam
Presiden AS Donald Trump menyampaikan kepada para pemimpin Dunia Islam rencanaAS untuk Jalur Gaza, yang sudah dua tahun menjadi sasaran perang genosida Israel.
Rencana itu disampaikan dalam pertemuan puncak di New York City, Selasa (23/9), di sela-sela sidang ke-80 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Pertemuan tersebut dihadiri oleh para pemimpin dan pejabat tinggi dari berbagai negara termasuk Indonesia, Turki, Qatar, Arab Saudi, UEA, Mesir, Yordania, dan Pakistan. Trump menyampaikan rencana AS untuk mengakhiri perang di Gaza dan masa depan wilayah Palestina tersebut.
Setelah meninggalkan pertemuan itu, tanpa memberikan penjelasan lebih jauh, Trump menyatakan, “Pertemuan saya dengan para pemimpin Arab dan Muslim terkait Gaza sangat hebat.”
Dengan dukungan AS, Israel sejak 7 Oktober 2023 melakukan genosida di Gaza yang sejauh ini telah menewaskan 65.382 orang dan melukai 166.985 orang, yang sebagian besarnya adalah anak-anak dan perempuan, serta menyebabkan kelaparan yang menewaskan 442 warga Palestina, termasuk 147 anak-anak.
Di awal pertemuan tersebut, Trump menyebutnya “sangat penting untuk mengakhiri perang di Gaza.”
Dia juga mengatakan bahwa para peserta pertemuan akan membahas kemungkinan mengakhiri perang di Gaza dan memulangkan “sandera” Israel yang ditawan di Jalur Palestina.
Israel memperkirakan terdapat 48 tahanan Israel di Gaza, 20 di antaranya masih hidup, sementara sekitar 11.100 warga Palestina mendekam di penjara-penjara Israel, didera penyiksaan, kelaparan, dan pengabaian medis. Banyak dari mereka sudah terbunuh, menurut laporan media dan HAM Palestina dan Israel.
Trump menambahkan, “Ini adalah pertemuan terpenting yang saya adakan hari ini… Saya telah mengadakan 32 pertemuan di tempat ini.”
Dia menambahkan, “Tapi ini sangat penting bagi saya karena kita akan mengakhiri sesuatu yang tidak pernah seharusnya terjadi.”
Dalam pertemuan tersebut, Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, mengatakan, “Situasi di Gaza buruk, dan kami di sini untuk melakukan segala yang kami bisa untuk mengakhiri perang dan memulangkan para sandera.” (ry)
Presiden Prabowo Nyatakan RI Siap Sumbang 20,000 Personil untuk Pasukan PBB di Jalur Gaza Pasca Gencatan Senjata
Presiden Indonesia Prabowo Subianto menyatakan Indonesia siap menyumbangkan 20.000 pasukan untuk pasukan internasional yang akan dikerahkan di Jalur Gaza menyusul gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
“Kita tidak boleh tinggal diam sementara rakyat Palestina dirampas… keadilan dan legitimasi di aula ini,” ujar Presiden Indonesia dalam pidatonya di Majelis Umum PBB, Selasa (23/9).
Palestina adalah negara pengamat di PBB, dan AS mencegahnya mendapatkan keanggotaan penuh, meskipun lebih dari 150 negara telah mengakuinya.
Prabowo menekankan perlunya “melindungi semua orang, baik yang kuat maupun yang lemah.”
Dia menambahkan, “Indonesia kini menjadi penyumbang utama pasukan penjaga perdamaian PBB. Kami percaya kepada PBB dan akan terus mengabdi di mana pun perdamaian dibutuhkan, tidak hanya melalui kata-kata tetapi juga melalui personel di lapangan.”
Dia juga mengatakan, “Kapan pun Dewan Keamanan PBB dan Majelis Umum memutuskan demikian, Indonesia akan siap mengirimkan 20.000 atau lebih putra-putrinya untuk membantu menjaga perdamaian di Gaza, atau bahkan di Ukraina, Sudan, Libya, atau di mana pun.”
“Deklarasi New York,” yang disusun oleh Prancis dan Arab Saudi dan diadopsi oleh Majelis Umum PBB, menetapkan pengerahan “misi stabilisasi internasional sementara” di Gaza untuk memberikan “jaminan keamanan bagi Palestina dan Israel.” (afp)









